Ajang Pertaruhan di Tanah Laut
Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, akan menjadi ajang kontestasi dua petahana yang tak lepas dari balutan kepentingan aktivitas pengusaha di sektor pertambangan.
Pada tahun 2008 dan tahun 2013, pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tanah Laut (Tala) terbilang ramai oleh banyaknya pasangan calon yang mengajukan diri dalam kontestasi tersebut.
Ajang pilkada tahun 2013 di Kabupaten Tala diikuti oleh empat kontestan, sama banyaknya dengan jumlah pasangan calon yang bersaing memperebutkan suara di pilkada tahun 2008.
Namun, ajang kontestasi kepala daerah di Kabupaten Tala pada tahun ini tidak semeriah sebelumnya. Jumlah kontestan yang maju dalam pilkada Kabupaten Tala kali ini mengecurut pada dua paslon saja. Kedua calon kepala daerah adalah sosok petahana.
Bambang Alamsyah, petahana Bupati Tala, kali ini memilih berpasangan dengan Ahmad Nizar. Bambang pecah kongsi dengan wakilnya, Sukamta, yang kini juga mencalonkan diri sebagai bupati Tala berpasangan dengan Abdi Rahman.
Abdi Rahman dikenal sebagai anggota dewan di DPRD Kabupaten Tala. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tanah Laut dari Partai Gerindra periode 2014-2019 tersebut juga pernah mencalonkan diri sebagai wakil bupati dalam pilkada Tala tahun 2008.
Pilkada kali ini menjadi pertaruhan yang besar bagi Sukamta. Sekalipun Kamta dikenal sebagai petahana wakil bupati, pesaing yang harus dihadapinya adalah pasangan yang masing-masing memiliki ketokohan yang kuat.
Ahmad Nizar sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Tala sebagai sosok yang dekat dengan Bambang. Nizar menjabat sebagai Kepala Bappeda yang sering berkunjung ke berbagai daerah di Tala bersama Bambang, atau mewakili Bambang saat berhalangan menghadiri undangan kunjungan.
Ahmad Nizar juga dikenal memiliki usaha pribadi yaitu pencucian mobil, dealer sepeda motor, rumah makan dan gedung futsal. Sementara, sosok Bambang Alamsyah jelas tidak asing di mata masyarakat Tala. Bambang adalah petahana Bupati Tala.
Berdirinya Dinasti
Bambang pun naik menjadi Bupati Tala menggantikan posisi ayahnya, Adriansyah, yang akrab disapa Aad. Sementara, Aad sebelumnya telah menjabat sebagai Bupati Tala dua periode. Dalam 15 tahun terakhir, posisi kepala daerah di Kabupaten Tala praktis dikuasai oleh Adriansyah dan puteranya.
Munculnya dinasti politik di Kabupaten Tala tak lepas dari tarikan kepentingan ekonomi khususnya di sektor pertambangan. Sejumlah kalangan di sektor pertambangan, khususnya batubara, berkepentingan dengan kelancaran usaha ketika terpilihnya sosok tertentu.
Berdirinya dinasti politik dalam balutan kepentingan pengusaha tambang batubara, terlihat jelas sejak masa pemerintahan Aad. Tahun 2010, Bareskrim Polri dan Polda Kalsel menetapkan Aad sebagai tersangka kasus dugaan suap Rp 5 miliar, bersama dengan H Muhidin, Walikota Banjarmasin saat itu.
Kasus mereka terkait sengketa tapal batas wilayah Desa Sungai Cuka yang merupakan wilayah “abu-abu” antara Kecamatan Kintap (Kabupaten Tala) dan Kecamatan Satui (Tanah Bumbu), Agustus 2010.
Sudah sejak lama, batas administratif dua kecamatan sekaligus dua kabupaten tersebut tak kunjung selesai ditetapkan. Sementara, di wilayah sengketa itu terdapat perusahaan tambang batu bara yang dimiliki oleh Haji Muhidin.
Kekosongan aturan hukum batas wilayah itu kemudian menjadi celah yang rentan dimanfaatkan bagi kepentingan tertentu.
Dalam konteks ini, Muhidin selaku pemilik PT Binuang Jaya Mulia menginginkan agar lokasi tempat penambangan perusahaannya di Desa Sungai Cuka dapat dimasukkan ke wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
Perubahan batas itu akan menguntungkan perusahaan karena mereka dapat melanjutkan aktivitas pertambangan batubara.
Dalam perkembangannya, berkas penyidikan berulang kali dikembalikan pihak Kejaksaan Negeri Banjarmasin ke kepolisian. Dinamika penyidikan atas kasus tersebut berakhir pada Juli 2014 ketika penyidikan dua orang tersebut dihentikan lantaran kejaksaan menyatakan alat bukti tidak lengkap.
Status tersangka keduanya pun akhirnya gugur.
Kepentingan Pengusaha
Pertautan yang cukup erat antara dinasti politik dan kepentingan pengusaha sedikit banyak tecermin juga pada peta dukungan parpol dalam pilkada Kabupaten Tala tahun ini. Majunya kembali Bambang sebagai calon kepala daerah tak lepas dari dukungan parpol tertentu, salah satunya PAN.
Partai berlambang matahari terbit itu kini berada di bawah kepemimpinan Haji Muhidin, yang menjabat sebagai Ketua pengurus harian Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Kalimantan Selatan 2015-2020.
Adapun ketua bendahara pengurus harian partai itu dijabat oleh Zaiful Aswat, yang pernah bekerja sebagai head legal di PT. Jhonlin Baratama (2005) dan corporate secretary Jhonlin Group (2012).
Kedua perusahaan itu adalah bisnis milik sosok pengusaha tambang batubara lain, yakni Andi Syamsudin Arsyad atau dikenal dengan nama Haji Isam. Sosok haji Isam sangat dikenal sebagai pengusaha batubara besar di Tanah Bumbu yang berbatasan dengan Tanah Laut.
Dosen Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Budi Suryadi, mengemukakan pendapat senada mengenai kuatnya pengaruh pengusaha pertambangan lokal dalam kontestasi kepala daerah di Kabupaten Tala.
“Haji Isam ini adalah orang kuat lokal yang menguasai wilayah tambang Pleihari (Kabupaten Tala) dan pesisir”, ujar Budi.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa Haji Isam juga memiliki pengaruh besar di partai Golkar. Melalui pamannya, Sahbrin Noor, yang menduduki posisi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Kalimantan Selatan sekaligus Gubernur Kalimantan Selatan saat ini. Golkar bersama PAN kini kompak mengusung pasangan calon Bambang Alamsyah-Ahmad Nizar.
Sementara, paslon Sukamta-Abdi Rahman mendapatkan dukungan dari partai Gerindra. Partai ini berada di bawah kepemimpinan Abidin, sosok haji lain pemilik usaha batubara.
Haji Abidin yang menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Kalimantan Selatan adalah pemilik dari PT Surya Citra Mahkota Mandiri yang bergerak dalam bidang pertambangan dan pelabuhan khusus batubara di Tanah Bumbu.
Upaya Abidin untuk mempengaruhi pemerintahan secara tidak langsung juga pernah diusahakan dengan mencalonkan Muhammad Nur, puteranya, yang berpasangan dengan Atmari dalam pilkada 2013.
Namun, pemungutan suara di pilkada 2013 berakhir dengan kemenangan pasangan Bambang Alamsyah-Sukamta yang meraih 40,71 persen suara pemilih. Pasangan Atmari-Muhammad Nur berada di posisi kedua, hanya memperoleh suara 38,54 persen pemilih dalam pilkada 2013.
Ekonomi Tambang
Besarnya kegiatan usaha di sektor pertambangan, khususnya batubara, tecermin juga dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tala. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tala sepanjang 2011-2016 menunjukkan tren menurun, dari 7,29 persen (2011) menjadi hanya 3,26 persen (2016).
Sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tala selalu berada di bawah angka pertumbuhan Provinsi Kalimantan Selatan.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tala antara lain terjadi karena melambatnya lapangan usaha yang menjadi salah satu sumber andalan pertumbuhan selama ini. Pertambangan batubara adalah salah satunya.
Andil sektor pertambangan terhadap perekonomian Kabupaten Tala terbilang besar. Tahun 2016, andil sektor pertambangan dan penggalian dalam perekonomian Kabupaten Tala mencapai 25 persen. Andil sektor pertambangan di tahun-tahun sebelumnya, yakni 2013-2015 bahkan lebih besar lagi, mencapai sepertiga dari total perekonomian kabupaten ini.
Andil sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Kabupaten Tala yang terbilang besar, sangat mempengaruhi pasang surut perkembangan ekonomi kabupaten ini.
Adanya kontraksi kontraksi atau fluktuasi kinerja pertambangan batubara global turut berdampak pada perekonomian Kabupaten Tala. Menurunnya angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tala pun konsisten dengan lesunya pasar batubara dunia.
Harga acuan batubara global Newcastle turun dari 132 Dollar AS per ton pada Januari 2011, kemudian turun di 84 Dollar AS awal September 2012, lalu terus menurun menjadi 77 Dollar AS per ton pada Agustus 2013. Tahun 2015, harga batu bara dunia terus anjlok hingga menyentuh 52,13 Dollar AS per ton.
Peluang Kemenangan
Maju mundurnya perekonomian Kabupaten Tala, sejauh ini masih ditentukan oleh geliat pertambangan batubara. Latar belakang sosok dan afiliasi parpol tidak dapat menafikan begitu saja kepentingan pengusaha tambang batubara yang berdiri di baliknya.
Meskipun diikuti oleh empat paslon, hasil pilkada 2013 menunjukkan kontestasi yang mengerucut pada pasangan Bambang-Sukamta yang mendapatkan restu dari Haji Muhidin, berhadapan dengan pasangan Atmari-Muhammad Nur yang didukung oleh Haji Abidin.
Pasangan Bambang-Sukamta kalah tipis dari Atmari-Muhammad Nur di Lumbung suara pemilih yakni Kecamatan Pelaihari, Takisung dan Kecamatan Jorong. Jumlah pemilih di tiga kecamatan itu tercatat mencapai 44 persen dari total 238.298 pemilih pada pilkada 2013.
Ketiga kecamatan tersebut merupakan kawasan perkotaan Kabupaten Tala yang karakteristik masyarakatnya lebih rasional. “Pemilih di wilayah kota lebih logis karena mereka lebih banyak melihat dan lebih banyak mendengar”, Ujar Kamaruzzaman, Ketua KPU Kabupaten Tanah Laut.
Hasil pilkada tahun 2013 juga menunjukkan Atmari dan Bambang cenderung mendominasi perolehan suara pemilih di Kecamatan Jorong dan Kintap.
Karakteristik pemilih di dua kecamatan tersebut condong antara menimbang kedekatan emosional dan pragmatis. Sementara, Kintap dan Jorong adalah dua kecamatan yang kaya akan sumber batubara dan menjadi wilayah persaingan ekonomi para pengusaha tambang.
Namun demikian, terpuruknya ekonomi tambang batubara beberapa tahun terakhir bisa saja mengubah kecenderungan pemilih dalam melihat kontestasi kepala daerah kali ini.
Program yang nantinya diusulkan kedua paslon sedikit banyak menentukan arah suara pemilih. Bagaimanapun, sebagian masyarakat pemilih di Kabupaten Tala mempunyai harapan ideal akan terpilihnya kepala daerah yang mampu mewujudkan keberhasilan pembangunan.
Pembangunan itu adalah pembangunan berkesinambungan, sesuai slogannya Bumi “Tuntung Pandang”, yang bermakna terus dilihat sampai selesai, sampai selama-lamanya. (BIMA BASKARA/LITBANG KOMPAS)