Daya Tarik Figur Lama Dalam Pilkada Sikka (1)
Pemilihan Bupati Sikka selalu menjadi ajang pertarungan tokoh-tokoh lama dan tokoh-tokoh yang maju melalui jalur perseorangan untuk memperebutkan jabatan tertinggi di daerah ini.
Pilbup 2018 kembali menghadirkan tiga sosok yang selama ini selalu terdaftar sebagai kandidat kepala daerah sejak Pilkada 2008. Nama Alexander Longginus, Yoseph Ansar Rera, dan Robertus R Diogo Idong sudah sangat akrab di telinga masyarakat Kabupaten Sikka.
Selain sepak terjang mereka dalam masyarakat, nama ketiga tokoh ini selalu muncul sebagai calon kepala daerah Sikka sejak Pilkada 2008. Alexander Longginus pernah menjadi Bupati Sikka periode 2003-2008 yang berdampingan dengan Yosef Ansar Rera sebagai wakilnya.
Namun, dalam Pilkada langsung tahun 2008 kedua tokoh ini pecah kongsi dan membentuk poros koalisi masing-masing dalam persaingan menjadi Bupati Sikka. Dalam pilkada inilah nama Robi R Diogo Idong mulai muncul sebagai calon wakil bupati dengan poros dukungan yang berbeda dari kedua calon petahana tersebut.
Alexander Longginus atau lebih akrab disapa Alex Longginus sejatinya adalah tokoh PDIP di Kabupaten Sikka. Seluruh karir politiknya dibangun melalui partai yang cukup populer bagi masyarakat Sikka.
Jabatan tertinggi yang dipegang oleh Alex hingga sekarang adalah Ketua DPC PDIP Kabupaten Sikka. Lantaran jabatan ini Alex Longginus selalu mendapat kesempatan istimewa untuk bertarung dalam rangka memperebutkan jabatan publik di Kabupaten Sikka.
Pemilihan Bupati Sikka melalui DPRD pada 2003 memuluskan jalan bagi Alex untuk menjadi orang nomor satu di bumi Nusa Nipa. DPRD Kabupaten Sikka akhirnya memilih pasangan yang diusung oleh PDIP, Alexander Longginus - Yoseph Ansar Rera untuk memimpin Kabupaten Sikka hingga tahun 2008.
Sukses memimpin Kabupaten Sikka selama 5 tahun, Alex Longginus ingin menambah kembali pengalamannya menjadi bupati untuk periode yang kedua melalui Pilkada langsung pada 2008.
Ambisi yang sama juga terjadi pada wakilnya, Yoseph Ansar Rera. Kedua pemimpin Sikka ini akhirnya pecah kongsi dan memilih jalur masing-masing untuk bertarung dalam pilkada nanti.
Alex Longginus menggandeng Ignatius Henyo Kerong untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati dan wakil bupati Sikka dengan menggunakan kendaraan politik PDIP. Sebaliknya, Ansar Rera maju dengan menggunakan kendaraan politik empat partai non-parlemen, yaitu PIB, PPDI, PAN, dan Pelopor.
Keempat partai ini tergabung dalam Koalisi Bagi Rakyat (Kobar). Sayangnya, pencalonan Ansar Rera digugurkan oleh KPUD Kabupaten Sikka karena adanya pelanggaran administrasi parpol pengusung Ansar.
Meski Alex Longginus lolos sebagai calon bupati, namun dalam pemilihan pasangan ini mendapat perlawanan kuat dari pendatang baru, yaitu Sosimus Mitang dan Damianus Wera.
Pasangan yang diusung oleh Koalisi Bersama Membangun Sikka yang terdiri dari PDS, PPDI, dan PBB ini berhasil membendung kekuatan pengaruh figur Alex Longginus berikut soliditas mesin politiknya, yaitu PDIP.
Pasangan Sosimus Mitang – Damianus Wera berhasil memaksa Alex Longginus – Henyo Kerong masuk gelanggang lagi untuk bertarung kembali dalam laga pilkada putaran kedua.
Hasilnya, dua sosok pendatang baru, Sosimus Mitang – Damianus Wera berhasil menaklukkan kekuatan Alex Longginus dan PDIP sehingga KPUD Sikka harus menetapkan Sosimus – Wera sebagai Bupati Wakil Bupati Sikka pertama hasil pemilihan langsung.
Sementara itu, Robertus R Diogo Idong atau yang lebih akrab disapa Robi Idong digandeng oleh politisi Golkar Alex Hendro Bapa sebagai cawabup.
Meskipun diusung oleh partai yang populer di Kabupaten Sikka, pasangan yang mengandalkan konfigurasi pamor kader partai dan putra Bupati Sikka ke-5 Alexander Idong (1993-1998), ternyata gagal mengantarkan kedua tokoh ini ke tampuk kekuasaan Pemkab Sikka.
Pilkada 2013 menghadirkan 18 sosok yang tergabung menjadi 9 paket cabup dan cawabup Sikka. Dari 9 paket ini 4 di antaranya merupakan pasangan calon dari jalur perseorangan dan 5 paket lainnya dari partai politik. Nama Alex Longginus, Ansar Rera, dan Robi Idong terdaftar kembali sebagai kandidat untuk pilkada langsung gelombang kedua ini.
Kali ini konfigurasi pencalonan ketiganya mengalami perubahan, di mana Alex Longginus menggandeng Robi Idong sementara Ansar Rera menggandeng Paulus Nong Susar. Paslon pertama diusung oleh PDIP dan pasangn kedua diusung oleh Gerindra.
Kontestasi ketiga sosok ini terbilang ketat lantaran hasil penghitungan suara menempatkan kedua paket ini dalam posisi yang sama-sama unggul sehingga harus dilakukan putaran kedua. Hasil putaran pertama menempatkan pasangan Alex Longginus – Robi Idong sebagai pemenang dengan meraih dukungan 28,2 persen dari 157.253 suara sah.
Pada putaran kedua perolehan suara Alex – Robi meningkat signifikan menjadi 47,5 persen. Namun peningkatan ini tidak memberi kemenangan bagi keduanya, karena masih jauh di bawah perolehan lawan mereka. Ansar – Paulus ternyata dipilih oleh 52,5 persen dari 142.827 suara sah.
Kemenangan yang fenomenal ini dilatari oleh migrasi pendukung hampir semua peserta pilkada (baik perseorangan maupun parpol) kepada pasangan Ansar Rera – Paulus Nong Susar.
Pilbup 2018 seolah-olah disiapkan untuk menjadi ajang pertarungan tiga wajah lama untuk berkontetasi kembali pada 27 Juni nanti. Kali ini KPUD Sikka hanya meloloskan tiga paket calon dari sejumlah paket yang mendaftarkan diri. Konfigurasi tiga paket yang berhak mengikuti pilbup ini mencerminkan poros dukungan untuk ketiga sosok tersebut.
Pasangan Alexander Longginus – Stefanus L Say diusung oleh PDIP, Gerindra, dan PAN yang menguasai 12 kursi DPRD Kabupaten Sikka. Pasangan Robi Idong – Romanus Woga mencalonkan diri melalui jalur perseorangan. Sementara pasangan Ansar Rera – Rafael Raga diusung oleh Partai Golkar, Nasdem, PKPI, Demokrat, PPP, dan PKS.
Konfigurasi Dukungan
Pilbup Sikka 2018 ditandai dengan kontestasi preferensi para pemilih yang mengikuti kesamaan wilayah dengan para calon. Pola preferensi ini yang menjadi motif dasar konfigurasi pencalonan demi mendulang suara sebanyak mungkin.
Para calon bupati cenderung akan melirik calon pendamping mereka yang dinilai merepresentasikan wilayah pemilih mereka yang diharapkan bisa meningkatkan potensi elektabilitas.
Alex Longginus merupakan cabup yang merepresentasikan pemilih dari Nita, sebuah kecamatan yang berada di selatan Kota Maumere. Selain Nita, sosok Alex ini juga populer di tiga kecamatan yang ada di Kota Maumere, yaitu Alok Barat, Alok, dan Alok Timur.
Sebaran wilayah pendukung Alex ini hanya terpusat di bagian selatan dan barat. Untuk melengkapi sebaran kekuatannya, Alex memilih Stef Say yang merupakan tokoh yang populer dari Kecamatan Bola yang ada di pantai selatan bagian timur.
Robi Idong menguasai wilayah Kecamatan Nele dan sekitarnya yang berbatasan langsung dengan sisi selatan Kota Maumere. Nama Robi juga populer di Kecamatan Alok, Alok Timur dan Alok Barat.
Selain wilayah-wilayah yang menjadi basis pemilih tradisionalnya ini, sosok Robi juga dikenal memiliki kedekatan dengan pemilih Islam, terutama di Geliting (Kecamatan Kewapante), Kampung Beru (Kecamatan Alok), dan Bebeng (Kecamatan Alok Barat).
Untuk melengkapi kesenjangan dukungan dari kawasan timur, Robi memilih Romanus Woga seorang tokoh dari Kecamatan Hewokloang sebagai wakilnya. Pemilihan Romanus ini diharapkan bisa mewakili pemilih yang berada di kawasan timur, yang meliputi Kecamatan Kewapante.
Yoseph Ansar Rera yang sekarang menjabat sebagai Bupati Sikka merupakan tokoh yang berasal dari Paga, daerah yang berada di sisi paling selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ende.
Wilayah dukungan untuk calon petahana ini meliputi seluruh Kecamatan Paga berikut beberapa wilayah di Kecamatan Alok Barat, Alok, dan Alok Timur.
Wakil Ansar Rera adalah Rafael Raga, seorang tokoh beretnis Tana Ai yang berasal dari Talibura, yang berada di sisi timur Kabupaten Sikka. Ketua DPC Golkar Kabupaten Sikka ini diharapkan bisa meraup dukungan pemilih dari kawasan timur yang meliputi Kecamatan Nebe, Talibura, dan Waigete.
Konfigurasi cabup dan cawabup Sikka ini mengindikasikan bahwa preferensi utama para pemilih di kabupaten ini masih didominasi oleh sentimen kesamaan daerah mereka dengan calon yang akan dipilih.
Motif lain seperti agama dan etnis kurang berpengaruh karena mayoritas semua calon yang bertarung memiliki agama yang sama, dan berlatar belakang etnis yang relatif sama juga.
Peta Politik
Secara umum, peta politik di Kabupaten Sikka menggambarkan dominasi partai-partai nasionalis, yaitu Golkar, PDIP, dan Gerindra, dan Demokrat. Partai-partai ini, terutama Golkar dan PDIP terbilang populer untuk masyarakat Kabupaten Sikka.
PDIP adalah pemenang Pemilu 1999 dan 2004, sementara Golkar tampil sebagai pemenang Pemilu 2009. Pemilu 2014 terdapat dua partai peraih kursi DPRD terbanyak, yaitu Golkar dan Gerindra. PDIP, demokrat dan Hanura berada di peringkat berikutnya dengan perolehan 4 kursi untuk masing-masing partai.
Pilbup 2018 membagi partai-partai pemilik kursi di DPRD Kabupaten Sikka ke dalam dua poros yang berlawanan. Poros pertama adalah PDIP, Gerindra, dan PAN yang mengusung pasangan Alexander Longginus – Stef L Say.
Poros kedua adalah Partai Golkar, Nasdem, PKPI, Demokrat, PPP, dan PKS yang mengusung pasangan Yoseph Ansar Rera – Rafael Raga. Pasangan Robi Idong – Romanus Woga kendati maju secara perseorangan, namun mendapat dukungan politik dari PKB dan Hanura yang memiliki 6 kursi di DPRD.
Pola koalisi yang dibangun lebih cair sehingga sekat-sekat ideologi yang menciptakan polarisasi parpol di tingkat pusat tidak terjadi dalam Pilkada Sikka.
Menurut Ketua DPC PDIP Kabupaten Sikka Alexander Longginus, PDIP bisa berkoalisi dengan Gerindra -- termasuk PAN – lebih didorong oleh kepentingan masyarakat ketimbang ideologi partai. “Politik di Kabupaten Sikka ini diurus oleh keluarga sehingga tidak ada sekat-sekat ideologi,” ungkapnya.
Konfigurasi Alex – Stef ini oleh sebagian besar kalangan di Kabupaten Sikka dianggap paling ideal secara politik karena mengusung sosok nomor satu di dua partai yang populer di kalangan masyarakat Sikka.
Secara geografis, kedua sosok ini juga merepresentasikan sebagian besar pemilih yang ada di kawasan barat, utara, dan selatan Kabupaten Sikka.
“Aspirasi politik sebagian besar masyarakat Kabupaten Sikka ini sudah menyatu dengan PDIP sehingga sangat militan membela partai ini. PDI bisa bertahan dari tekanan Orde Baru selama 32 tahun karena militan.
Militansi ini dibentuk sejak lahirnya Partai Katolik tahun 1955. PDIP membawa sejarah misi perjuangan Partai Katolik,” kata Alex kepada Kompas di kediamannya di Kota Uneng, Maumere pada awal Februari lalu.
Partai Gerindra meskipun baru, popularitasnya terus menanjak dalam dua pemilu terakhir. Pada Pemilu 2009 Gerindra hanya meraih 3 kursi DPRD. Pada Pemilu 2014 partai ini berhasil menambah 2 kursi sehingga menggerek posisinya menjadi peraih kursi terbanyak bersama pemenang Pemilu 2009, Partai Golkar.
Kekuatan Partai Gerindra ini disokong oleh para pemimpinnya yang merupakan tokoh-tokoh terbaik di Kabupaten Sikka. Salah satunya adalah Stef L Say yang menjabat sebagai Ketua DPC Kabupaten Sikka.
Dengan latar belakang sebagai politisi dan anggota DPRD popularitas dan kiprah Stef dalam menjajal politik di Kabupaten Sikka sudah matang. Latar belakang formal ini disokong dengan basis kultural di kawasan Bola Raya (Kecamatan Bola, Doreng, dan Mapitara).
Kekuatan lain yang menjadi modal politik bagi Stef Say adalah statusnya sebagai anak dari Bupati Sikka yang kedua Laurensius Say (1967-1977).
“Kedudukan Stef Say sebagai wakil Alexander Longginus bisa mengakomodasi sentimen etnis, karena Stef memiliki jaringan kekerabatan yang luas dan berasal dari keluarga penguasa,” ungkap Geri Gobang, pengamat politik dari Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere.
Pasangan Robi Idong – Romanus Woda juga memiliki potensi keterpilihan yang tinggi dengan melihat peta politik yang berbasis pada dukungan yang mereka miliki.
Robi Idong sejatinya sudah mendapat dukungan dari PKB dan Hanura yang memiliki 6 kursi. Sayangnya, jumlah minimal kursi yang dibutuhkan adalah tujuh, sehingga untuk lolos diusung parpol Robi harus menambah satu kursi dari partai lain.
Dinamika politik yang dihadapi Robi Idong dalam mencari dukungan parpol inilah yang membuat mantan birokrat di Pemkab Sikka ini membanting stir menggunakan jalur perseorangan. “Partai sudah melanggar mekanisme yang ditetapkan.
Ada calon yang tidak mendaftar tetapi mendapat rekomendasi untuk diusung. Ini soal mahar atau sumbangan untuk partai politik yang harganya sudah dipatok oleh partai,” ungkap Robi Idong kepada Kompas di kediamannya di Nara pada awal Februari lalu.
Pilihan untuk menggunakan jalur perseorangan bukan didasari oleh kekecewaan kepada sikap parpol yang terkesan diskriminatif lantaran mahar politik yang sangat mahal. Robi sudah membangun basis pendukungnya sejak dua tahun lalu untuk menyokong keinginannya menjadi calon bupati tanpa menggunakan “jasa” parpol.
“Sudah dua tahun kami bangun basis dukungan dari rumah ke rumah. Sampai Oktober lalu sudah ada 515 tempat untuk tatap muka. Setidaknya, sudah ada 30.000 fotokopi elektronik yang berhasil dikumpulkan oleh relawan kami dari warga,” ungkap putra dari Alexander Idong, Bupati Sikka yang kelima.
Setidaknya, Robi akan memosisikan dirinya sebagai calon bupati baru yang bisa menjadi alternatif warga Kabupaten Sikka dari dua nama yang sudah pernah menjadi bupati.
Keberadaannya sebagai mantan birokrat dan pengusaha menjadi nilai jual yang cukup tinggi bagi masyarakat karena dianggap masih bersih dari pengaruh penyalahgunaan wewenang, terutama korupsi.
“Pemimpin yang memiliki rekam jejak yang bersih masih menjadi sosok yang didambakan oleh masyarakat Sikka,” pungkasnya.
Romanus Woga merupakan sosok yang sudah akrab bagi masyarakat Kabupaten Sikka terutama yang berurusan dengan koperasi. Romanus merupakan tokoh koperasi yang namanya sudah sangat dikenal. Pemilihan Romanus sebagai Wabup bisa ditengarai untuk mengakomodasi sentimen etnis dari wilayah timur.
“Nama Romanus Woga cukup terkenal di koperasi kredit yang cukup banyak menjamur di Kabupaten Sikka. Jumlah anggotanya juga banyak karena banyak warga yang menjadi anggotanya. Posisi Romanus di koperasi ini diharapkan bisa meraup suara warga yang terhimpun di koperasi-koperasi,” ungkap Geri Gobang.
Pasangan terakhir adalah Yoseph Ansar Rera – Raphael Raga, yang merepresenatasikan konfigurasi bupati petahana dan politisi senior Golkar di Kabupaten Sikka. Kiprah masa lalu kedua tokoh ini juga terbilang gemilang.
Ansar Rera merupakan mantan Wabup Sikka periode 2008-2013, sementara Raphael pernah menjabat Ketua DPRD Kabupaten Sikka selama 3 periode, sekaligus pernah menjabat Ketua DPC Golkar Kabupaten Sikka dua periode.
Sosok dan kiprah Ansar dan Raphael ini sudah menjadi modal yang potensial bagi pasangan ini untuk memenangi Pilbup Sikka 2018. Pasangan ini memiliki basis dukungan partai terbanyak dengan menguasai 17 kursi.
Ada enam partai, yaitu Golkar, Demokrat, Nasdem, PKPI, PPP, dan PKS mengarahkan dukungan mereka kepada calon bupati petahana sekaligus Ketua DPC Partai Nasdem Kabupaten Sikka, Ansar Rera dengan pasangannya Raphael Raga.
PPP merupakan salah satu partai yang mengarahkan dukungannya kepada pasangan ini. Menurut Ketua DPC PPP Kabupaten Sikka Muhammad Abduh, dukungan untuk Ansar Rera – Raphael Raga ini merupakan instruksi dari DPP.
“Sebagai pengurus tingkat kabupaten kami harus menyukseskan putusan partai meskipun mayoritas arus bawah PPP di sini mendukung calon yang lain,” ungkap Abduh kepada Kompas pada awal Februari lalu.
Bagi Ansar Rera basis dukungan massa yang paling bisa diandalkan adalah pemilih-pemilih tradisional yang berbasis pada sentimen kekerabatan dan wilayah. Ansar Rera yang berasal dari kawasan barat dengan etnis Lio, sedangkan Raphael Raga yang berasal dari kawasan timur dengan etnis Tana Ai.
“Pengalaman pada Pilkada 2013 kedua wilayah ini sangat concern dalam memenangkan calon mereka,” kata Ansar Rera di Kantor Bupati Sikka pada awal Februari lalu. (SULTANI/LITBANG KOMPAS)
(Bersambung)