Daya Tarik Figur Lama dalam Pilkada Sikka (2)
Antusiasme warga
Masyarakat Kabupaten Sikka pada umumnya senang dengan masalah politik, terutama soal kontestasi para tokoh idola mereka dalam pemilihan bupati. Para pendukung calon biasanya akan mengekspresikan sikap mereka secara terbuka sebagai bentuk dukungan kepada calon.
Salah satu bentuk ekspresi dukungan kepada para pasangan calon dalam Pemilihan Bupati Sikka 2018 adalah menjamurnya posko-posko pasangan calon yang berderet di pinggir jalan raya hingga di gang-gang kecil.
Berdasarkan pantauan Kompas, hampir semua ruas jalan yang ada di kabupeten ini diisi dengan posko pendukung ketiga pasangan calon ini. Hanya di ruas-ruas jalan protokol tidak ditemui posko tersebut.
Dari Kota Maumere hingga Magepanda (Kecamatan paling barat), di sisi kiri ataupun kanan Jalan Raya Maumere-Magepanda terdapat posko pendukung yang bisa dikenali sebagai posko pasangan calon tertentu dari warna dominan yang ada di posko tersebut.
Pemandangan yang sama juga dijumpai di ruas jalan dari Paga hingga Kota Maumere. Ruas jalan dengan panjang lebih kurang 50 kilometer tersebut dijejali dengan aksesori pilkada terutama posko, poster, dan spanduk pasangan calon.
Bahkan, di ruas jalan Kota Maumere ke timur, yaitu daerah Talibura, posko-posko pendukung ini cukup mudah dijumpai di sisi kiri dan kanan jalan.
Pasangan calon nomor 1, Alex-Stef yang didukung PDI-P dan Gerindra, menjadikan warna merah sebagai warna identitas posko. Keberadaan posko Alex-Stef ini mendominasi daerah yang menjadi basis pemilih mereka, yaitu di Nita, Magepanda, Alok Barat, Alok Timur, dan Bola Raya.
Di Kota Uneng, Kecamatan Alok Barat, yang menjadi tempat domisili Alex Longginus, posko pasangan calon ini mendominasi ruang-ruang publik di kelurahan tersebut.
Pasangan calon nomor 2, Robi Idong-Romanus Woga yang maju melalui jalur perseorangan, menggunakan warna putih dengan tagline ”Roma” sebagai identitas posko mereka.
Posko Roma terkonsentrasi di daerah sekitar Nelle yang menjadi tempat domisili Robi Idong. Selain itu, posko Roma juga cukup menjamur di Alok Barat, Alok, Alok Timur, Hewokloang, dan Kewapante.
Pasangan calon nomor 3, Ansar Rera-Raphael Raga yang didukung oleh Nasdem, Demokrat, Golkar, PKPI, PPP, dan PKS, memilih warna biru sebagai warna identitas posko.
Daerah Paga dan Mego merupakan basis Ansar Rera sehingga di sepanjang jalan yang melintasi kedua kecamatan ini posko dengan warna biru yang dihiasi dengan foto Ansar dan Raphael sudah menjadi pemandangan yang jamak. Di Kota Maumere, posko biru ini terlihat dominan hanya di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat.
Fenomena menjamurnya posko-posko pendukung menjelang pilkada di Kabupaten Sikka merupakan upaya untuk memberi penanda sebagai daerah basis pemilih pasangan calon tertentu.
Meski terlihat sederhana, pengadaan posko ini cukup memakan biaya sehingga keterlibatan pasangan calon dalam membiayai pembangunannya tetap ada. Peran serta pasangan calon tidak bisa dihindari karena akan mendapat keuntungan dengan hadirnya posko tersebut.
”Posko harus dilihat sebagi upaya untuk mengklaim bahwa wilayah yang berada dalam kawasan posko merupakan basis massa pemilik posko tersebut. Masyarakat di sini mudah terpengaruh karena kegiatan di posko hanya untuk kumpul-kumpul sambil makan, minum, dan putar musik. Pokoknya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan sehingga masyarakat tertarik untuk datang dan berkumpul. Yang ditunjukkan kepada masyarakat hanya yang bikin senang saja, bukan bahas program,” ujar Geri Gobang, pengamat politik dari Unipa Maumere.
Problem daerah
Di balik keriuhan para kandidat bertarung memperebutkan posisi bupati Sikka untuk lima tahun ke depan, daerah ini masih menyimpan problem ketertinggalan dalam meningkatkan pendapatan daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka, daerah ini memiliki laju pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) terlamban di Pulau Flores.
Dari tahun 2011-2016, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sikka hanya bergerak dari angka terendah 3,91 persen ke angka tertinggi 4,87 persen. Meski tren pertumbuhannya positif, angka tersebut terbilang kecil karena masih berada di bawah 8 kabupaten lain yang berada di Flores.
Kecilnya angka PDRB tahunan ini akan menjadi tantangan bagi para kandidat pemimpin Kabupaten Sikka nanti. Jika PDRB 9 kabupaten di Flores disandingkan, terlihat bahwa Kabupaten Sikka selalu menjadi daerah yang paling kecil PDRB tahunannya.
Dalam kurun waktu 2012-2015, PDRB tahunan Kabupaten Sikka selalu berada di peringkat paling bawah setelah Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Flores Timur. Padahal, Sikka merupakan salah satu kabupaten tertua di Flores ataupun NTT.
Tiga pasangan calon yang akan bertarung menawarkan solusi untuk mengangkat PDRB daerah ini dengan beragam cara. Calon Bupati Petahana Yoseph Ansar Rera ketika ditemui Kompas di kantor Bupati Sikka pada awal Februari lalu menyebutkan, langkah utama yang akan dilakukan adalah melanjutkan program-program unggulan yang sudah berjalan selama masa kepemimpinan lima tahun pertama.
Program-program tersebut antara lain pengembangan industri pengolahan, pelatihan UKM, serta peningkatan kualitas pertanian dan perikanan. Namun, Ansar akan memprioritaskan pengembangan sektor pariwisata yang saat ini menjadi primadona di Kabupaten Sikka dan Pulau Flores.
Bagi Ansar, pariwisata merupakan sektor unggulan yang bisa merangsang pertumbuhan kegiatan sektor ekonomi lain yang terkait langsung dengan pariwisata.
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Sikka sedang menggalakkan pariwisata dengan mempromosikan Teluk Maumere sebagai ikon wisata.
”Melalui ikon Teluk Maumere, kami akan mengintervensi obyek-obyek wisata meski dengan kondisi seadanya. Selain membenahi akses ke obyek wisata, pemerintah juga terus mempromosikan obyek wisata melalui beragam kegiatan. Salah satunya adalah lomba foto bawah laut di Teluk Maumere,” kata Ansar.
Kandidat nomor 1, Alex Longginus, menawarkan solusi peningkatan pendapatan melalui keberhasilan program yang sudah dirintis sejak dia menjadi bupati pada 2003-2008.
Saat itu, dia berhasil membuat terobosan baru dari dalam birokrasi pemerintah yang dipimpinnya. Alex berhasil menjadikan data operasional sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan publik di Kabupaten Sikka.
”Setelah saya dilantik, hal yang saya tanya pertama adalah data operasional. Faktanya, pemerintah kabupaten tidak memiliki sama sekali data operasional. Buat saya data operasional ini sangat penting karena sering terjadi misinterpretasi antara data statistik dan data operasional,” katanya.
Selama masa kepemimpinannya, Alex Longginus berhasil membuat database Kabupaten Sikka dari semua aspek. Dengan database inilah, kebijakan-kebijakan publik yang akan dikeluarkan oleh pemerintah menjadi riil dan bisa dioperasionalkan.
Selain menjadikan data sebagai perangkat lunak pembentukan kebijakan publik, dia juga berhasil merealisasikan sejumlah program yang terbilang monumental.
Sejumlah program yang berhasil hingga sekarang adalah pendirian Universitas Nusa Nipa (Unipa), pembukaan jalan lingkar luar, pelebaran Bandara Frans Seda, dan persiapan Pelabuhan L Say sebagai pelabuhan ekspor-impor.
Dalam kontestasi sekarang, Alex Longginus ingin memprioritaskan pembenahan internal birokras pemerintahan yang dinilainya banyak menyalahi aturan birokrasi.
Alex Longginus menilai, dua bupati yang memimpin Kabupaten Sikka selama sepuluh tahun tidak menggunakan aturan-aturan birokrasi. ”Keadaan ini bisa mengganggu prestasi kerja pemerintah,” katanya.
Langkah selanjutnya adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan secara matang sehingga anggaran pembangunan bisa diserap dengan efisien. Kandidat nomor 3, Robi Idong, menawarkan solusi berupa program pemenuhan hak-hak dasar warga terlebih dahulu.
Menurut Robi, selama ini masyarakat Kabupaten Sikka selalu mengalami krisis air bersih dan listrik. Berdasarkan catatan tim pasangan calon nomor urut 2 ini, dari 75.000 rumah warga, baru 13.000 rumah yang terlayani air bersih.
Menurut dia, masih terdapat kesenjangan yang amat jauh antara warga yang sudah terlayani air bersih dan yang belum terlayani. Proporsi warga yang terlayani air bersih masih masih terlampau kecil.
Untuk mengurangi kesenjangan pelayanan air bersih tersebut, pasangan Roma ini akan memprioritaskan pengadaan air bersih pada masa awal pemerintahan.
”Kami akan melayani 40.000 rumah untuk mendapatkan air bersih pada tiga tahun pertama menjabat bupati,” ujar Robi.
Program lain yang bisa merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi adalah pengadaan listrik hingga ke pelosok dengan mengadopsi program Indonesia Terang.
Pasangan calon perseorangan ini juga memperhatikan kondisi jalan yang dianggap masih banyak yang rusak. ”Sekitar 500 kilometer jalan yang belum beraspal,” kata Robi.
Tiga pasangan calon peserta Pilbup Sikka 2018 kini mulai menawarkan konsep dan gagasan mereka kepada masyarakat yang akan memilih mereka untuk menjadi bupati selama lima tahun ke depan.
Para pasangan calon ini memiliki kompetensi yang berbeda-beda yang diperlukan untuk memajukan Kabupaten Sikka.
Kontestasi di antara mereka bukan sekadar adu fanatisme pendukung, melainkan juga adu gagasan untuk mendorong Kabupaten Sikka ke posisi yang lebih baik dalam kemajuan ekonomi. (LITBANG KOMPAS)