Bergerak aktif adalah kunci bagi tubuh yang bugar. Sayangnya, gaya hidup pencet-pesan-antar kian digemari. Akibatnya, publik memiliki kebiasaan baru malas bergerak alias mager. Padahal, untuk memelihara kesehatan tubuh tidak hanya ditentukan oleh apa yang dimakan, tetapi juga seberapa aktif seseorang.
Kebiasaan malas bergerak berdampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka panjang. Parahnya, mereka yang tidak bergerak aktif sehari-harinya lebih rentan terkena stres. Sejumlah penelitian mengungkapkan manusia modern saat ini semakin gemar dengan kebiasaan malas bergerak.
Pola perilaku manusia kian minim aktivitas atau gerakan fisik. Para peneliti dalam jurnal kesehatan The Lancet tahun 2012 menemukan secara umum tiga dari 10 orang berusia 15 tahun ke atas tidak melakukan aktivitas fisik yang direkomendasikan.
Malas bergerak secara aktif bahkan disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Selain itu, data European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada 2008 menunjukkan bahwa kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
Meski sebagian besar responden sudah menyadari bahaya dari tubuh yang tidak dibiasakan bergerak aktif, ternyata jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan responden masih lebih banyak menghabiskan waktu sehari-harinya untuk duduk dibandingkan berjalan kaki ataupun berdiri.
Bahkan, hampir 50 persen responden hanya berjalan kaki kurang dari 1 jam setiap harinya. Sementara ada sekitar 34 persen responden yang berdiri kurang dari 1 jam dalam sehari.
Sebaliknya, duduk menjadi aktivitas yang paling lama dilakukan. Tidak kurang dari seperempat responden menghabiskan waktu untuk duduk lebih dari lima jam setiap hari. Sebanyak 23 persen lain menghabiskan 3-5 jam untuk duduk setiap harinya.
Saat malas bergerak menjadi kebiasaan diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat, tubuh akan kian rentan akan stres diikuti berbagai masalah kesehatan lainnya.
Rentan stres
Kurangnya motivasi dan rutinitas padat sering kali menjadi alasan sebagian publik untuk tidak beraktivitas secara aktif. Kehadiran media sosial disadari ataupun tidak disadari juga membuat publik banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas di dunia maya dan mengurangi pergerakan aktif.
Terbukti ada 46,2 persen responden yang memilih bermain games online atau mennonton film/televisi dibandingkan bermain di taman atau alam. Peluang bergerak aktif lain, seperti naik turun ruangan melalui tangga, tidak diambil oleh sekitar 24 persen responden yang justru memilih lift atau eskalator.
Padahal, ketika tidak bergerak aktif, seseorang ternyata lebih rentan terkena stres. Stres bisa menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit. Sebaliknya, tubuh yang banyak bergerak aktif terbukti membantu mengurangi risiko komplikasi penyakit akibat stres. Stres berkaitan dengan kolesterol jahat, terutama jika tidak dibarengi dengan aktivitas fisik yang cukup.
Basel University dan Gothernburg Hospital di Swedia melakukan percobaan terhadap 200 pekerja di sepeda statis. Rata-rata pekerja berada pada fase stres. Namun, bedanya mereka yang secara fisik lebih bugar memiliki angka kolesterol jahat yang lebih rendah.
Sementara itu, mereka yang secara fisik jarang beraktivitas di kantor dan cenderung lebih memilih untuk diam memiliki kadar kolesterol jahat lebih tinggi. Kelompok kedua lebih berisiko menderita penyakit, seperti gangguan jantung.
Individu yang bergerak secara aktif akan melepaskan endorfin, zat kimia yang membuat suasana hati lebih baik atau bahagia. Selain itu, bergerak aktif juga melepaskan hormon yang membuat tidur nyenyak di malam hari. Sebaliknya, jika tubuh tidak aktif, tidak ada energi yang digunakan tubuh.
Apabila waktu bekerja banyak dihabiskan dengan duduk, olahraga menjadi kewajiban. Penelitian dari University of Georgia, Amerika Serikat, mengungkapkan, olahraga selama 20 menit 3 kali seminggu dapat meningkatkan level energi hingga 20 persen.
Sayangnya, hanya 18 persen responden jajak pendapat ini yang mengaku berolahraga setiap hari dan 25 persen yang menyempatkan diri berolahraga 2-3 kali dalam seminggu. Sementara ada seperempat responden yang bahkan tidak pernah berolahraga dalam seminggu.
Tidak ada kata terlambat untuk mulai menjalani gaya hidup aktif demi terhindar dari stres. Malas bergerak bukan pilihan kebiasaan yang sehat. Sudahkah Anda mengajak tubuh aktif bergerak hari ini? (SUSANTI AGUSTINA/LITBANG KOMPAS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.