Serba Mungkin di Pilkada Tabalong
Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan memberikan gambaran kontestasi yang akan berjalan ketat. Upaya petahana bupati mendulang suara akan diuji dengan kehadiran pasangan calon lain yang berpotensi merebut suara pemilih.
Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tabalong akan diikuti oleh empat kontestan. Satu dari keempat calon tersebut adalah Anang Syakhfiani, petahana bupati. Dalam pilkada kali ini, Anang yang berpasangan dengan Mawardi diusung oleh partai Golkar, PAN, Demokrat, PKB, Nasdem, PKPI, PKS dan PBB.
Tiga parpol lain yang mendapat kursi di DPRD Tabalong, yakni PPP, Gerindra dan Hanura, mengusung pasangan Noor Farida-Aspianor sebagai calonnya. Aspianor sebelumnya adalah staf ahli di DPR.
Adapun Noor Farida, pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum, pernah maju sebagai kandidat orang kedua Tabalong di pilkada tahun 2013. Saat itu, Ida berpasangan dengan Muchlis, petahana wakil bupati, yang mencoba meraih posisi lebih tinggi sebagai bupati.
Dari jalur perseorangan, muncul pasangan Winarto-Ali Sibqi yang sebenarnya memiliki latar belakang sebagai politisi. Winarto pernah menjadi anggota DPRD Tabalong dari Partai Hanura, sedangkan Ali sebelumnya tercatat sebagai anggota DPRD Tabalong dari Partai PPP.
Calon lain yang juga akan berkompetisi dari jalur perseorangan di pilkada Tabalong adalah Noorhasani (Sani) yang berpasangan dengan Eddyan Noor Idur. Eddy dikenal dengan latar belakanganya sebagai mantan birokrat Sekretaris Daerah Hulu Sungai Utara.
Sementara, Sani dikenal memiliki berbagai latar belakang sebagai pensiunan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengusaha subkontraktor tambang batu bara. Sani juga aktif di yayasan pemadam kebakaran swadaya Kremsak, Organisasi Radio Amatir Indonesia, dan pernah menjadi Ketua Koni Kabupaten Tabalong hingga tahun 2016.
Posisi Sani sebagai Ketua Koni menjadi salah satu penanda dimulainya kompetisi di ajang pilkada di kabupaten ini.
Kompetisi dan Isu
Tahun 2016, Tabalong ditunjuk menjadi tuan rumah pekan olahraga provinsi (Porprov) X Kalimantan Selatan yang berlangsung pada Oktober-November 2017. Namun, sejak persiapannya Koni Tabalong dihadapkan pada kendala keuangan untuk penyelenggaraan ajang tersebut.
Anggaran yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan olahraga tersebut mencapai Rp 22 miliar, sedangkan perkiraan dana dari Koni Kalsel untuk kegiatan tersebut hanya Rp 10 miliar.
Belum tuntas jalan keluar untuk menutupi kekurangan dana tersebut, Sani menyampaikan pengunduran dirinya sebagai Ketua Koni Tabalong pada 7 Maret 2016. Salah satu alasan Sani mengundurkan diri adalah untuk mempersiapkan diri mengikuti pilkada.
Lebih kurang sebulan sesudah mundurnya Sani, pemerintah Kabupaten Tabalong menyatakan telah mengalokasikan dana untuk Porprov X dari APBD Tabalong 2016 senilai Rp 10 miliar.
Pemerintah Kabupaten Tabalong pun menyatakan mendukung dana pembinaan senilai Rp 3 miliar, yang baru bisa dicairkan sesudah pelantikan Ketua Koni Tabalong yang baru.
Kendala dana pelaksanaan Porprov X Kalsel dan mundurnya Sani dari jabatan Ketua Koni Tabalong, memunculkan kabar adanya “kompetisi” dini antara Ketua Koni Tabalong tersebut dengan Bupati Tabalong saat ini, untuk kepentingan pencalonan kepala daerah.
Peristiwa hilangnya jabatan sebagai imbas dari kompetisi Pilkada di Tabalong bukan kali ini saja terjadi. Ajang pilkada di Tabalong Tahun 2008 dan 2013 juga menggambarkan kondisi serupa.
Setelah memenangkan pilkada 2008, Bupati Tabalong terpilih Rahcman Ramsyi mengubah formasi jabatan struktural, salah satunya menggeser posisi Anang Syakhfiani dari jabatan terakhirnya sebagai Kepala Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tabalong.
Anang pun sempat keluar dari wilayah kabupaten Tabalong, menjabat sebagai Kepala Dinas Tata kota dan Kebersihan Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2011-2013.
Tahun 2013, Anang kembali mencalonkan diri, namun tidak lagi bersaing dengan Rachman yang saat itu sudah menjabat Bupati Tabalong dua periode. Anang bersaing dengan Muchlis, petahana wakil bupati saat itu dan Arifin Noor dengan posisi terakhir sebagai Kepala Bappeda Tabalong dan dikenal sebagai “anak emas” Rachman Ramsyi.
Namun, latar belakang Arifin yang bukan putera asli Tabalong pun turut menjadi isu yang mewarnai pertimbangan pemilih saat itu. Pilkada 2013 pun diwarnai dengan beredarnya kabar bahwa wilayah tambang yang dikuasai oleh PT Adaro akan diambil alih oleh pengusaha lokal di Kabupaten Tapin.
Sebagian masyarakat Tabalong juga melihat Anang Syakhfiani sebagai sosok putera daerah yang “teraniaya” akibat dinamika politik dalam pilkada 2008. Janji kampanye Anang untuk memperbaiki harga dan tata niaga produk karet juga menjangkau masyarakat bawah, khususnya warga Dayak yang mayoritas menggantungkan hidup dari sektor tersebut.
Ketiga faktor tersebut menyentuh sisi emosional pemilih sekaligus menggerus simpati terhadap sosok pemimpin lama dan tokoh-tokoh yang masuk dalam lingkarannya. Pilkada 2013 akhirnya menempatkan pasangan Anang Syakhfiani-Zony Alfianoor sebagai bupati dan wakil bupati baru Tabalong.
Tantangan Dan Janji
Semasa Anang menjabat, Kabupaten Tabalong terbilang sukses mencapai sejumlah kemajuan pembangunan. Sepanjang tahun 2013-2016, besaran Indeks Pembangunan Manusia konsisten meningkat dan selalu berada di atas pencapaian IPM Provinsi Kalimantan Selatan.
Besaran IPM Tabalong menempati peringkat ketiga di antara kabupaten/kota lain di Kalsel. Pemerintah Tabalong juga berupaya mengembangkan kawasan perdesaan dengan sejumlah program. Tahun 2016, setiap desa mendapatkan alokasi dana desa Rp 1,3 miliar ditambah dana bagi hasil pajak dari anggaran daerah Tabalong sekitar Rp 4 miliar per desa.
Pemerintah Tabalong juga meluncurkan program Badan Usaha Milik Desa Mart (Bumdes Mart) di 121 desa di kabupaten ini yang turut berdampak menambah lapangan pekerjaan. Tambahan bantuan desa dari dana APBD dan program Bumdes Mart sedikit banyak berkontribusi pada menurunnya persentase penduduk miskin terhadap total penduduk di Tabalong secara konsisten sepanjang 2015-2017.
Namun demikian, Tabalong di masa kepemimpinan Anang juga dihadapkan pada tantangan meredupnya kondisi ekonomi. Sejak tahun 2012 hingga 2016, pertumbuhan ekonomi Kabupaten tabalong selalu berada di bawah Provinsi Kalsel.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Tabalong tak lepas dari besarnya ketergantungan wilayah ini terhadap sektor pertambangan minyak dan gas serta batubara.
Tercatat sekitar 49 persen perekonomian Tabalong ditopang oleh sektor pertambangan dan penggalian. Sementara, harga komoditas minyak dan gas bumi serta batubara mengalami kejatuhan selama beberapa tahun terakhir.
Sepanjang tahun 2011-2012, harga minyak mentah di pasar dunia tercatat turun dari 91,39 dolar AS per barel menjadi 88,95 dolar AS per barel. Sementara, penurunan harga batubara juga mulai terjadi sejak 2012.
Tahun 2011, Harga batubara acuan (HBA) rata-rata sepanjang Januari-Desember masih tercatat 118,40 dolar AS per ton. Adapun sepanjang Januari-Desember tahun 2012 tercatat HBA rata-rata menjadi 95,48 dolar AS per ton. Tahun 2016, rata-rata HBA tinggal 61,84 dolar AS per ton.
Sektor lain yang juga menopang perekonomian Kabupaten Tabalong adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Kabupaten Tabalong dikenal sebagai wilayah penghasil karet terbesar di Kalsel.
Tahun 2016, tercatat luas areal tanam karet di Tabalong mencapai hingga 64,3 ribu hektar, atau sekitar 24 persen dari total 269,3 ribu hektar luas lahan karet di Provinsi Kalsel. Jumlah petani karet di Tabalong tercatat lebih kurang 36 ribu orang atau hampir seperempat dari total 148,62 ribu jumlah petani di sektor pertanian dan perkebunan di Kalsel.
Sentra perkebunan karet di Tabalong yang dominan dihuni warga etnis Dayak Wraukin dan Dayak Deyah ini berlokasi di Kecamatan Tanta, Upau, Haruai dan Muara Uya. Sejauh ini, pemerintah Tabalong masih begulat dengan tantangan mengangkat kesejahteraan petani melalui peningkatan kualitas produk dan harga karet.
Pemerintah Tabalong telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Meningkatkan Mutu Karet (Gemas Mekar) pada November 2015. Program Gemas Mekar bertujuan mengubah kebiasaan petani dalam hal pengolahan karet sesudah panen.
Petani karet yang menjadi sasaran pembinaan adalah petani yang memproduksi karet olahan berupa lump mangkok dan shit angin sesuai dengan standar pabrik dengan kadar air yang lebih kecil.
Melalui program Gemas Mekar, petani akan mendapatkan harga jual yang lebih baik. Selain itu, pemerintah Tabalong juga memberikan kredit tanpa agunan dari Bank Perkreditan Rakyat kepada petani karet guna menambah modal dan mengembangkan usaha mereka.
Namun, upaya meningkatkan kesejahteraan petani karet dihadapkan pada kendala fluktuasi harga karet di pasar dunia. Contohnya, harga karet lump yang sempat mencapai Rp 10.000-Rp 11.000 per kilogram, sempat anjlok di bawah Rp 5.000 pada pertengahan Juli 2016. Sebagian petani karet juga masih berhadapan dengan kendala sulitnya akses dari kebun mereka ke perusahaan.
Peluang Kemenangan
Janji kampanye Anang untuk kesejahteraan petani karet sejauh ini belum sepenuhnya terwujud. Janji yang terwujud bukan tidak mungkin menjadi “modal” politik bagi paslon lain untuk memenangkan suara pemilih di wilayah warga Dayak tersebut.
Kemenangan di empat kecamatan tersebut potensial memberikan dampak signifikan untuk mendongkrak perolehan suara. Sebanyak sepertiga dari total 163.072 pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap Pilkada Tabalong 2018 adalah masyakarat yang berdomisili di Kecamatan Haruai, Muara Uya dan Tanta.
Sepertiga pemilih lain adalah pemilih rasional yang berada di Kecamatan Tanjung dan Murung Pudak sebagai pusat kota dan pemerintahan Tabalong.
Program-program yang dekat dengan problem keseharian masyarakat sekaligus realistis boleh jadi mampu menarik simpati pemilih dari dua lumbung suara tersebut.
Sekalipun demikian, sisi emosional pemilih bisa saja menjadikan program yang dijual setiap kandidat tidak menjadi faktor penentu utama kemenangan.
Kabar tentang persaingan pilkada di balik karut-marut pelaksanaan Porprov X dapat saja dibaca publik sebagai sejarah berulang adanya pihak yang teraniaya seperti pilkada lima tahun lalu.
Bagaimanapun, peta kontestasi pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tabalong nantinya, sangat mungkin menggambarkan motto kabupaten ini. Di bumi “Saraba Kawa” yang bermakna bumi yang semuanya bisa, hasil pilkada di tabalong bisa saja berakhir mengejutkan, baik untuk petahana maupun penantangnya. (BIMA BASKARA/LITBANG KOMPAS)