Srikandi Siau Tagulandang Biaro
Pilkada Kabupaten Siau Tagulandang Biaro atau disingkat Kabupaten Sitaro merupakan pilkada yang menawarkan kontestasi seru di semenanjung kepulauan Sulawesi Utara.
Pilkada kali ini merupakan persaingan antarpengganti bupati Toni Supit yang sudah dua kali berkuasa sejak Kabupaten Sitaro dibentuk oleh pemerintah pada 2007.
Wakil bupati petahana Siska Salindeho kini maju sebagai calon bupati melalui jalur perseorangan dengan menggandeng anggota DPRD Kabupaten Sitaro, Heronimus Makainas.
Uniknya, Salindeho akan mendapat perlawanan sengit dari istri sang bupati petahana Toni Supit, yakni Evangelian Sasingen. Bisa jadi sang petahana Toni Supit ingin melanggengkan dinasti kekuasaannya kelak jika Sasingen berkuasa.
Evangelian berpasangan dengan John Heit Palandung dengan dukungan PDI-P. Dengan modal tujuh kursi wakil rakyat di DPRD, PDI-P merupakan partai yang bercokol cukup lama sebagai parpol papan atas di Sitaro.
Penantang calon bupati lainnya yang tidak bisa diremehkan adalah pasangan Alfrets Ronald Takarendehang dengan Jutixel Rudolf Parera. Pasangan ini cukup kuat karena diusung Partai Golkar (empat kursi DPRD).
Pasangan berikutnya yang dijagokan tiga partai, yaitu Nasdem, PAN (4 kursi), dan Gerindra (5 kursi), adalah AD Almost Berd Maliogha dan Elians Bawole. Dengan besarnya dukungan parpol, pasangan ini bisa jadi kuda hitam yang mengusik peta perolehan suara.
Pertarungan dua srikandi
Sejatinya, pertarungan dalam Pilkada Sitaro ini mempertontonkan persaingan dua srikandi yang cukup berpengaruh di wilayah kepulauan ini.
Sasingen memiliki modal sosial cukup kuat karena dia istri bupati petahana sekaligus ketua PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) di wilayah ini. Peran dia sebagai penggerak PKK menjadikan Sasingen sangat dikenal kaum perempuan di wilayah ini.
Pesaingnya, Salindeho, mantan wakil bupati petahana, juga memiliki modal sosial cukup kuat, yakni sudah dikenal masyarakat.
Sasingen yang bermodal dukungan PDI-P memiliki peluang cukup besar, tetapi rekam jejak memimpin masih dipertanyakan.
Adapun Salindeho yang dengan percaya diri maju lewat jalur perseorangan tidak bisa diremehkan begitu saja dalam hal figur kepemimpinannya karena pernah menjabat sebagai wakil bupati.
Meskipun demikian, terdapat sejumlah kritik dari pegiat perempuan yang menilai dua srikandi yang beradu dalam Pilkada Kabupaten Sitaro ini belum menunjukkan visi untuk berpihak kepada kaum perempuan.
Dosen Universitas Manado (Unima), Fitri Mamonto, menyatakan, dua calon bupati tersebut selama ini belum banyak membela hak kaum perempuan.
”Jika terpilih menjadi bupati nanti, calon perempuan bupati sudah selayaknya mendengarkan suara dan memperjuangkan hak-hak mendasar kaum hawa. Perempuan harus membuktikan jangan hanya menjadi alat politik meraup suara,” ujar Mamonto.
Potensi Sitaro
Di balik panasnya aroma persaingan pilkada, Kabupaten Sitaro memiliki sejumlah potensi pariwisata yang bisa menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Potensi wisata yang banyak menyedot jumlah pengunjung ialah panorama bawah laut, terumbu karang di Pulau Biaro, dan keindahan pasir putih di sekitar Pulau Mahoro. Selain itu, ada juga mata air panas di Kampung Lehi Siau Barat dan keindahan Pantai Tanganga.
Pariwisata di darat juga menjanjikan dikembangkan, di antaranya lava Gunung Api Karangetang dan Gunung Api Ruang, Danau Makalehi, dan wisata budaya makam raja-raja dan peninggalan sejarah Kerajaan Siau dan Kerajaan Tagulandang.
Selain pariwisata, sumber-sumber pendapatan berbasis ekonomi kelautan tersedia luas menjadi aset utama wilayah ini. Usaha perikanan tangkap dan budidaya rumput laut sejauh ini telah dilakukan oleh penduduk setempat tetapi belum memberikan hasil optimal.
Tak hanya wisata kelautan, wilayah ini juga kaya dengan produk perkebunan. Komoditas hasil bumi di wilayah ini antara lain dari perkebunan pala, kelapa, cengkeh, dan salak. Hasil bumi ini cukup signifikan pula dalam menopang perekonomian masyarakat setempat.
Penghasil buah pala terbesar adalah Pulau Siau. Buah salak yang memiliki aroma spesifik diekspor ke pasaran internasional. Pulau Tagulandang juga menghasilkan komoditas salak yang pemasarannya terutama ke kota Manado, Bitung, dan Kabupaten Minahasa.
Kerawanan pilkada
Dari segi keamanan pilkada, Kabupaten Sitaro memiliki indeks kerawanan pilkada kategori rawan sedang (2,11) dengan kerawanan tertinggi pada dimensi kontestasi (2,30).
Hasil penelitian Bawaslu 2017 di Kabupaten Sitaro menunjukkan materi kampanye yang mengadu isu SARA, fitnah atau hoaks, hasutan, dan adu domba yang dilakukan dalam pilkada sebelumnya terulang dalam pilkada kali ini.
Netralitas aparat sipil negara (ASN) dalam pilkada juga menjadi catatan Bawaslu dalam penyelenggaraan pilkada kali ini. Praktik keterlibatan ASN dalam kampanye pilkada seperti periode sebelumnya menjadi hal yang terus dipantau oleh Bawaslu. Apalagi ada dua petahana, baik dari bupati maupun wakil, yang maju bertarung dalam pilkada kali ini.
Indikasi adanya praktik politik uang seperti dalam Pilkada 2013 juga menguatkan sinyalemen munculnya potensi kecurangan dalam penyelenggaraan pilkada. Dari aspek penyelenggara, seperti KPU, juga menjadi catatan Bawaslu, terutama dalam hal pencairan dana penyelenggaraan pilkada.
Sasingen unggul
Hasil real count yang dilakukan KPU Sitaro hingga Selasa, 3 Juli 2018, pukul 12.00 menunjukkan pasangan Sasingen-Palandung meraih 45,9 persen suara, disusul pasangan Takarendehang-Parera yang meraih 24 persen suara.
Angka itu ditempel ketat oleh Salindeho-Makainas yang meraih 23 persen suara. Adapun pasangan Maliogha-Bawole hanya meraih 7,1 persen suara.
Figur Sasingen sebagai istri bupati petahana Toni Supit tampaknya masih menjadi magnet yang ampuh untuk meraih suara maksimal dalam pilkada serentak kali ini. Ditambah pula mesin partai PDI-P yang diduga berjalan sangat optimal menggerakkan suara para simpatisan kadernya.
Pilkada di wilayah terluar Indonesia selalu menarik diamati, sebab dari wilayah sanalah muncul calon pemimpin yang sanggup menjaga kearifan lokal pulau-pulau terluar di wilayah bumi pertiwi ini. (TOPAN YUNIARTO/LITBANG KOMPAS)