Penguasa Lama Bolaang Mongondow
Ibarat pertandingan sepak bola, duel pasangan calon yang bertarung dalam Pilkada Bupati Bolaang Mongondow Utara bagai pertarungan big match. Dua penguasa kawakan, yakni petahana Bupati Depri Pontoh ditantang bupati periode sebelumnya, Hamdan Datusnolang.
Pada periode 2008-2013, Depri Pontoh adalah wakil bagi Hamdan Datunsolang. Depri Pontoh menggandeng Ketua PWNU Bolaang Mongondow Utara Amin Lasena, dengan dukungan dari partai-partai besar: PDI-P, Gerindra, Demokrat, PKB, dan PPP.
Adapun Hamdan Datunsolang berpasangan dengan mantan kolonel TNI, Murianto Babay, yang maju melalui jalur independen.
Kepemimpinan di Bolaang Mongondow Utara bisa dikatakan ”jenuh” karena yang berkuasa hanya berputar pada dua figur itu, yakni Depri Pontoh dan Hamdan Datusolang.
Kemunculan penantang Karel Bangko-Arman Lumoto yang diusung Golkar, Nasdem, dan PAN diharapkan membawa angin perubahan dalam pemerintahan Bolaang Mongondow Utara.
Pengamat politik dari Universitas Sam Ratulangi, Manado, Johnny Alexander Suak, menyatakan, peta politik di Bolaang Mongondow Utara cukup ketat meskipun pasangan yang maju merupakan pejabat yang pernah memimpin di wilayah tersebut.
”Mesin partai akan sangat menentukan kemenangan pasangan calon pada Pilkada Bolaang Mongondow Utara. Kekuatan figur pasangan calon juga akan diuji popularitasnya di mata pemilih,” ujar Johnny.
Peluang pasangan Karel Bangko-Arman Lumoto yang berlatar belakang anggota DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Bermodal dukungan dari Partai Golkar, Nasdem, dan PAN, pasangan ini memiliki peluang mengusik peta persaingan politik Depri Pontoh versus Hamdan Datunsolang.
Setidaknya, pemilih Depri dan Hamdan punya alternatif lain saat pencoblosan pilkada. Kekuatan pilihan tidak terfokus pada petahana bupati dan mantan bupati tersebut.
Jika melihat komposisi kursi di DPRD Bolaang Mongondow periode 2014-2019, terlihat dukungan terhadap Depri Pontoh cukup kuat. Pada Pemilu 2014, partai pengusung Depri, yakni PDI-P, meraih 2 kursi di DPRD, Gerindra 1 kursi, Demokrat 3 kursi, PKB 2 kursi, dan PPP 3 kursi.
Pasangan Karel-Arman juga cukup kuat modal politiknya, dengan kekuatan Golkar 3 kursi di DPRD, PAN 3 kursi, dan Nasdem 1 kursi, yang akan berjuang menghadang kekuatan Depri. Bermodal kekuatan partai penyokong tersebut, Karel bisa menjadi kuda hitam yang akan memecah peta persaingan perolehan suara.
Hamdan Datunsolang dan Murianto Babay memilih jalur perseorangan dalam pilkada kali ini. Pernah menjabat bupati dan pernah memenangi Pilkada 2008, Hamdan akan menguji kembali popularitas dan kekuatan figurnya sebagai pemimpin di Bolaang Mongondow Utara.
Figur calon wakilnya yang berlatar TNI diharapkan akan sanggup mengatur strategi untuk memenangi pilkada kali ini.
Profil
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu dari 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow.
Pemekaran kabupaten ini disetujui oleh DPR pada 8 Desember 2006 dan kabupaten ini dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2007 pada 2 Januari 2007.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdiri atas enam kecamatan, yaitu Sangkub, Bintauna, Bolangitang Timur, Bolangitang Barat, Kaidipang, dan Pinogaluman.
Jumlah penduduk Bolaang Mongondow Utara tahun 2016 mencapai 77.383 jiwa, sebanyak 39.563 jiwa adalah laki-laki, sedangkan penduduk perempuan mencapai 37.820 jiwa. Angka sex ratio mencapai 104,61, yang berarti penduduk laki-laki masih lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Sebaran penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara belum merata di setiap kecamatan. Kecamatan Bolangitang Barat adalah kecamatan dengan penduduk paling banyak, mencapai 20,30 persen dari total penduduk Bolaang Mongondow Utara.
Kaidipang sebagai sentra pemerintahan berpenduduk 19,23 persen. Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah kecamatan Sangkub yang hanya 12,99 persen.
Namun, jika dilihat tingkat kepadatan penduduk tiap km², Kaidipang merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi, mencapai 175 jiwa per km², disusul oleh Kecamatan Pinogaluman. Sementara Sangkub merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling kecil, hanya 18 jiwa per km².
Potensi wilayah
Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang lebih banyak menyerap tenaga kerja rumah tangga serta meningkatkan pendapatan asli daerah dan penghasil devisa.
Produksi tanaman perkebunan selain sebagai penyedia bahan baku untuk industri pengolahan juga sebagai pelestarian lingkungan (tanaman pelindung). Kelapa sebagai komoditas perkebunan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga lebih banyak diupayakan oleh masyarakat.
Berdasarkan data BPS tahun 2017, lahan terluas yang disediakan untuk tanaman padi seluas 27.970 hektar, sedangkan jagung 14.032 hektar, sementara tanaman lain yang berpotensi untuk dikembangkan belum diusahakan secara maksimal, seperti singkong, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau, dengan luas lahan tidak mencapai 30 hektar.
Sementara itu, sorgum dan kedelai belum dikembangkan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Kenyataan menunjukan pemanfaatan luas lahan belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa pada 2016 terjadi selisih antara luas lahan dan luas panen, apalagi untuk tanaman padi dan jagung.
Penyebabnya, selain sarana produksi dan distribusi sarana produksi, juga karena tingkat curah hujan yang kurang baik, apalagi pada 2015-2016 terjadi fenomena El Nino.
Johnny Alexander Suak menambahkan, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara belum terdapat industri besar, industri sedang, dan industri kecil.
”Industri yang ada dan sedang dikembangkan baru pada level terdapat industri rumah tangga. Ini menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bupati terpilih mendatang,” ucapnya.
Penurunan angka kemiskinan masih merupakan isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Bupati terpilih mendatang dihadapkan pada upaya menurunkan angka kemiskinan, yaitu dengan menyediakan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan lapangan kerja, serta pembangunan bidang pertanian dan infrastruktur.
Kemiskinan menjadi isu utama peningkatan kesejahteraan. Perkembangan angka kemiskinan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2012 sebesar 8,01 persen mengalami kenaikan, tahun 2013 sebesar 9,61 persen, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 9,27 persen. Pada 2015 kembali mengalami peningkatan sebesar 9,67 persen, sedangkan tahun 2016 kembali mengalami penurunan sebesar 9,38 persen.
Selain itu, peningkatan hasil bumi dan beragam produk agraris pertanian serta perkebunan relatif stagnan. ”Sejak dibentuk 11 tahun lalu, kabupaten ini masih relatif stagnan perkembangan pembangunannya,” ujar Johnny.
Akses seperti bandar udara ke Manado ataupun Jakarta tampaknya diperlukan untuk mengakselerasi pembangunan setempat. Bupati terpilih harus tanggap agar wilayah ini lebih cepat berkembang perekonomiannya.
Depri vs Hamdan beda tipis
Hasil real count KPU Kabupaten Bolaang Mongondow per 3 Juli 2018 menunjukkan pasangan Depri Pontoh-Amin Lasena unggul tipis sementara dengan meraih 39,8 persen suara di atas pasangan Hamdan Datunsolang-Murianto Babay yang meraih 38,9 persen suara.
Perbedaan yang sangat tipis ini menunjukkan rivalitas Depri versus Hamdan sama kuat. Padahal, Hamdan adalah calon yang maju melalui jalur perseorangan. Adapun Karel Bangko-Arman Lumoto berada di posisi ketiga dengan 21,3 persen suara.
Hasil beda tipis ini masih harus menunggu keputusan rapat pleno KPU Pusat dan belum diketahui apakah akan ada pasangan calon yang akan mengajukan banding terhadap hasil rekapitulasi akhir. Ini mengingat hasil perolehan suara antara Depri-Amin melawan Hamdan-Murianto sangat tipis perbedaannya. (LITBANG KOMPAS)