Jembatan Kemerdekaan Murung Raya
Pilkada serentak yang digelar di Murung Raya, Kalimantan Tengah untuk pemilihan pasangan bupati periode 2018-2023 telah usai digelar pada 27 Juni lalu.
Meskipun proses penghitungan suara masih berlangsung di KPUD Murung Raya, tetapi secara sepintas tokoh pemenang sepertinya sudah dapat diperkirakan.
Pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan, Perdie M Yoseph-Rejikinoor kemungkinan besar akan menduduki tahta bupati dan wakil bupati untuk periode kali ini.
Hasil penghitungan cepat “real count” KPU Murung Raya (Mura) berdasarkan formulir C1 pada 27 Juni dengan total suara masuk sekitar 94 persen, pasangan Perdie M. Yoseph-Rejikinoor memimpin kontestasi.
Terkumpul suara sementara sebanyak 56,74 persen menggungguli pasangan lainnya Aprianoor-Susilo 41,56 persen, dan H. Syafuani-Dihasbi 1,71 persen.
Walaupun suara belum terkumpul 100 persen dan belum di rapat plenokan, hampir dapat dipastikan pasangan PRO untuk julukan Perdie-Rejikinoo akan unggul dalam ajang pilkada kali ini.
Persentase perolehan suara real count KPU Mura tersebut kemungkinan besar tidak berubah banyak hingga nanti diumumkan siapa pemenang ajang pilkada kali ini.
Keunggulan pasangan PRO tersebut sebetulnya bukan menjadi suatu hal yang mengejutkan. Bahkan, dapat diperkirakan sejak awal bahwa pasangan ini bakal menjadi pemenangnya. Prediksi demikian berdasarkan sejumlah data terkait rekam jejak kemenangan pilkada di Mura sebelumnya.
Sejak pertama kali pilkada digelar langsung pada tahun 2008 hingga kini, pasangan petahana adalah sosok yang memiliki keunggulan besar sehingga mereka selalu tampil menjadi pemenang.
Jabatan Perdie M. Yoseph yang merupakan petahana bupati periode 2013-2018 sangat berperan besar terhadap kemenangannya pada pilkada kali ini.
Tentu kemenangan tersebut tak lepas dari kinerja partai dan tim sukses pasangan PRO itu. Dukungan dari partai koalisi PDIP, PPP, Nasdem, dan PKB mampu mengungguli sementara pasangan lain yang diusung oleh Gerindra, Demokrat, PKS, dan Golkar (Aprianor-Susilo) dan suara pendukung independen (Safuani-Dihasbi).
PDIP merupakan partai yang memiliki suara tertinggi di masyarakata Mura. Pada pemilu DPRD 2014 Mura, suara pendukung PDIP mampu mengantarkan 8 orang untuk menduduki kursi anggota dewan setempat. Kursi tersebut merupakan jumlah kursi terbanyak dibandingkan partai lainnya.
Pada pilkada kali ini, PRO didukung oleh 4 partai dengan total jumlah kursi sebanyak 15 buah. Artinya, secara kekuatan modal sosial politik memiliki pengaruh yang besar untuk menarik minat masyarakat memilih pasangan PRO.
Selain dukungan partai, sosok petahanan Perdie M. Yoseph memiliki keunggulan yang sulit ditandingi pasangan lainnya. Selain posisi petahana bupati, Perdie adalah keluarga besar M. Yoseph yang memiliki posisi kekuasaan politik di Mura.
Bupati Mura sejak 2003-2013 adalah Willy M Yoseph yang merupakan kakak kandung Perdie M. Yoseph. Pamor kekuasaan yang tinggi itu diperkuat lagi dengan posisi adik-adiknya seperti Henri M. Yosep dan Yetro M. Yoseph yang menduduki kursi sebagai anggota DPRD Mura.
Keluarga M. Yosep adalah tokoh bahkan "dedengkot" PDIP di Mura. Hal ini sejalan dengan partai yang menjadi minat tertinggi pilihan masyarakat Mura, yakni PDIP. Jadi, lengkap sudah apabila kekuasaan bupati periode berikutnya diperkirakan akan jatuh ke tangan Perdie M Yoseph untuk kedua kalinya.
Berkembang setelah “Merdeka”
Mengunjungi daerah ini memerlukan waktu berkendara darat cukup lama, sekitar 12 jam dari Kota Palangkaraya. Saat memasuki Puruk Cahu, yang menjadi jantung kota Murung Raya, pengendara kendaraan dari arah Muara Teweh akan melintasi jembatan besar yang sangat mencolok jembatan baja besar bernama “Merdeka”.
Hadirnya jembatan itu pada tahun 2008 bagaikan memerdekakan warga Mura karena membuat transportasi barang dan manusia menjadi jauh lebih lancar dan mudah. Sebelumnya, transportasi harus melintasi Sungai Barito dengan mengandalkan kapal penyeberangan feri dan kapal penumpang.
Konektivitas yang lebih lancar membuat Mura kian berkembang dan terbuka. Rumah-rumah dan bangunan berdiri berjajar sejalan dengan jalan raya. Meskipun, masih dikelilingi hutan serta sungai, terlihat Mura berkembang menjadi sebuah kawasan yang lebih tertata.
Sejumlah penanda kota dibangun untuk mencitrakan kota akan kebudayaannya. Ada tugu tentang orang dayak pedalaman yang membawa parang yang sangat menawan di tengah-tengah kota.
Ada juga bangunan masjid yang sangat besar yang terletak di dekat jembatan Merdeka yang memberikan citra keberadaan penganut muslim. Belum lagi pembukaan dan pembangunan akses jalan raya yang terus dikembangkan hingga ke pelosok-pelosok pedalaman.
“Banyak sekali kemajuan yang sangat dirasakan di daerah ini. Jalan-jalan dibuka dan dibangun hingga ke pedalaman. Dahulu kala daerah ini sangat sepi. Tapi sekarang sudah mulai ramai dan banyak kemajuan di kota ini”, terang Alponsis Djinu, komisioner KPUD Murung Raya.
Kemajuan ini, lanjut Alponsis, membuat masyarakat juga sangat memperhatikan para calon yang akan maju memimipin daerah ini. Tentu saja masyarakat yang cerdas akan melihat rekam jejak dan kiprahnya. “Dengan kata lain, jangan sampai salah memilih kucing dalam karung,” pungkasnya.
Daerah yang relatif sepi ini memang tampak adem-ayem kegiatan ekonominya. Tidak ada yang menonjol bila berkeliling di kota yang berbukit-bukit ini. Gedung-gedung besar boleh dikatakan tidak ada, toko-toko besar pun juga tidak tampak, pasar tradisional pun juga hanya ramai di waktu tertentu. Hanya jalan raya yang beraspal cukup besar yang tampaknya dipersiapkan untuk kemajuan tata kota di masa mendatang.
Lengangnya kota tersebut ternyata berbeda jauh dengan kegaduhan di dalam rimba. Sejumlah areal hutan di Mura ternyata merupakan sumber bahan tambang yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Batu bara, emas, dan perak merupakan komoditi mineral tambang yang hingga kini masih diproduksi oleh sejumlah perusahaan pertambangan.
Pertumbuhan ekonomi kota ini banyak ditopang oleh sektor pertambangan hingga sekitar 53 persen atau sekitar 2,5 triliun per tahun. Komoditas tambang yang mendominasi paling tinggi adalah batu bara karena setiap tahun rata-rata mampu berkontribusi hingga sekitar Rp 2,1 triliun.
Tak heran apabila di kota ini tampak hilir mudik tongkang batu-bara yang melintas di Sungai Barito untuk dibawa ke Banjarmasin. Di bawah jembatan Merdeka, tampak kekayaan alam yang digali di perut Mura dibawa ke luar daerah dan bahkan hingga ke manca negara.
Sedikit banyak hasil alam Mura menetes ke pembangunan. Salah satunya berupa pembangunan infrastruktur jalan yang kian jauh menerobos pedalaman. Pada tahun 2016 panjang jalan di Mura mencapai 919 km atau bertambah sekitar 290 km sejak 2009. Hal inilah yang salah satunya sangat dirasakan oleh warga.
Pembangunan dan Citra
Bila Jembatan Merdeka dianggap sebagai tonggak perkembangan kota. Niscaya, sosok yang terlibat dalam pembangunan itu dianggap sebagai tokoh yang mampu memajukan kota. Pembangunan jembatan itu membutuhkan dana lebih dari Rp 14 miliar.
Proses pembangunannya sejak tahun 2003 dan selesai tahun 2008. Pendanaannya merupakan sharing bersama antara APBN, APBD Kalteng, dan APBD Murung Raya.
Kala itu bupati selama periode itu dijabat oleh Willy M. Yoseph, yang merupakan kakak dari sosok petahana yang berlaga saat ini, Perdie M. Yoseph.
Jadi, tanpa ragu, warga setempat atau masyarakat lainnya yang paham tentang perkembangan Mura akan dapat mudah menebak siapa pemenangnya. (BUDIAWAN SIDIK A/LITBANG KOMPAS)