Keunikan Peta Politik Jawa Barat (2)
Elektabilitas pasangan Sudrajat – Ahmad Syaikhu (ASYIK) berdasarkan survei Litbang Kompas semula terbilang kecil secara kuantitas sehingga diperkirakan sulit untuk mengejar elektabilitas dua paslon di atasnya, yang angka elektabilitasnya terpaut jauh.
Namun, secara kualitas, peningkatan elektabilitas yang diperoleh pasangan nomor urut 3 ini terbilang agresif karena mampu merangsek ke wilayah-wilayah yang sudah dikuasai oleh Rindu dan Duo DM (Deddy Mizwar-Medi Mulyadi).
Dari enam kluster geopolitik Jabar, pasangan Asyik berhasil mendongkrak elektabilitas mereka di Bandung Raya, Priangan Timur, dan Megapolitan.
Di Cirebonan dan Karawangan, pasangan nomor urut 3 ini gagal mendulang suara. Alih-alih meningkatkan, elektabilitas Asyik malah turun di wilayah yang menjadi basis Duo DM ini.
Peningkatan elektabilitas Asyik berdasar survei memang tidak mengubah posisi mereka dalam peringkat perolehan dukungan. Namun, kemampuan pasangan ini menambah potensi keterpilihan mereka menunjukkan agresifitas mesin politik yang efektif dalam menggerogoti penguasaan suara dari dua paslon yang unggul.
Bandung Raya yang menjadi basis terkuat pemilih Rindu berhasil digoyang oleh Asyik dengan peningkatan elektabilitas hingga 7 persen. Pada survei pertama, elektabilitas pasangan ini berada di angka 5,7 persen.
Tiga bulan kemudian, elektabilitas mereka meningkat di angka 12,7 persen. Peningkatan ini ternyata mampu membuat stabilitas penguasaan suara pasangan Rindu goyah.
Fenomena ini terlihat dari perolehan elektabilitas Rindu yang turun pada survei bulan Mei, yaitu 48,7 persen. Padahal, tiga bulan sebelumnya elektabilitas Rindu mencapai 56,3 persen.
Basis Rindu di luar Bandung Raya yang berhasil diganggu oleh Asyik adalah Priangan Timur. Di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung ini Asyik mencatat peningkatan elektabilitas sekitar 5 persen.
Peningkatan ini lagi-lagi menggerus elektabilitas Emil – Uu yang terlihat pada turunnya angka elektabilitas mereka dari 51,6 persen menjadi 44,4 persen. Salah satu penyebabnya adalah ceruk pemilih Islam yang mendukung Rindu memiliki persinggungan (irisan) dengan pemilih Islam pendukung Asyik yang ada di PKS dan PAN.
Priangan Barat merupakan satu-satunya basis Emil – Uu yang aman dari gangguan peningkatan elektabilitas Asyik. Di kawasan ini Asyik berhasil menambah elektabilitas mereka dari 6,1 persen menjadi 10 persen. Sementara Rindu juga berhasil menambah elektabilitas mereka dari 40,6 persen menjadi 46,7 persen.
Megapolitan menjadi medan pertempuran antara Asyik dengan Duo DM dan Rindu. Di kawasan ini Asyik berhasil meningkatkan elektabilitas mereka menjadi 21 persen atau bertambah sekitar 7 persen. Eskalasi tingkat keterpilihan Asyik ini berhasil menggoyahkan stabilitas dukungan untuk Duo DM.
Elektabilitas Duo DM langsung tergerus sekitar 4 persen, meskipun pergeseran elektabilitas tersebut tidak mengubah posisi pasangan ini sebagai penguasa suara di sini. Sedangkan elektabilitas pasangan Rindu relatif stabil di posisi 31 persen.
Pasangan TB Hasanuddin – Anton Charliyan atau Hasanah yang didukung oleh PDIP seolah kehabisan nafas dalam mengejar ketertinggalan elektabilitas mereka. Padahal, PDIP sebagai pemenang Pemilu 2014 di Jabar sudah memiliki infrastruktur dan jaringan politik yang luas di provinsi ini.
Tim pemenangan Hasanah mengakui bahwa semua elemen partai dan simpatisan paslon sudah dikerahkan semaksimal mungkin untuk menggenjot elektabilitas jagoan mereka yang tertinggal paling rendah.
Koordinator Media dan Cyber Tim Pemenangan Hasanah, Budiana juga menyadari lambannya pergerakan elektabilistas pasangan dengan latar belakang aparat keamanan ini.
Meskipun Hasan – Anton dikenal memiliki reputasi yang baik dalam profesi mereka, sosok keduanya belum banyak dikenal oleh masyarakat Jabar.
“Pasangan Hasanah tidak ada yang pernah menjabat sebagai kepala daerah sehingga kiprah mereka dalam melayani masyarakat secara langsung tidak pernah terasa,” kata Budiana yang menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DPD PDIP Jabar.
Karena itulah untuk mendongkrak elektabilitas pasangan Hasanah, PDIP mengerahkan semua elemen struktural dan non-struktural di seluruh Jabar untuk bergerak semaksimal mungkin mempromosikan cagub nomor urut 2 ini.
Salah satu elemen struktural yang menjadi tulang punggung partai adalah tiga pilar partai, yaitu pengurus partai, pengurus yang terpilih menjadi anggota DPRD, dan pengurus yang terpilih menjadi kepala daerah.
Menurut pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan Asep Warlan Yusuf, figur Tb Hasanuddin dan Anton Charliyan secara personal “biasa-biasa” saja bagi masyarakat Jabar.
Namun, pasangan ini memiliki kekuatan yang berasal dari militansi kader PDIP dan program-program unggulan yang realistis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jabar.
“Programnya sangat realistis dan mudah dipahami oleh masyarakat, terutama kaum marjinal dan kelompok masyarakat yang tersisihkan. Karena itu kedua sosok ini bisa memberi harapan baru kepada masyarakat Jabar melalui program-program kerakyatan yang ditawarkan,” kata Asep.
Mesin Politik
Eskalasi tingkat keterpilihan Asyik pada survei bulan Mei hingga hari pencoblosan 27 Juni mengindikasikan kerja politik yang intens melalui konsolidasi mesin politik paslon.
Mesin politik merupakan organisasi yang dibentuk secara khusus dengan fungsi menggalang dukungan massa secara masif sehingga efektif untuk meningkatkan elektabilitas paslon. Elemen utama mesin politik adalah partai politik dan seluruh elemennya yang ada di daerah, relawan, dan simpatisan paslon.
Mengaktifkan semua elemen parpol pengusung merupakan strategi setiap paslon dalam menjaga basis dukungan sekaligus menambah dukungan dari basis pemilih lawan politik. Mesin politik pasangan Asyik yang dimotori oleh PKS bergerak cepat untuk mendukung mobilitas paslon mereka dalam menjangkau calon pemilih.
Priangan Timur merupakan salah satu basis dukungan Ridwan – Uu yang berhasil digerogoti oleh Asyik melalui kerja mesin politiknya.
Kawasan ini memang potensial untuk digoyang oleh Asyik karena secara agama, pendukung Rindu yang ditopang oleh pemilih PPP dan PKB yang berada di Jabar bagian selatan, memiliki karakter yang bersinggungan (irisan) dengan karakter pemilih Asyik yang menjadi pemilih PKS dan PAN.
Kondisi ini membuat pemilih Rindu sangat rentan untuk menggeserkan pilihan mereka kepada paslon Asyik. Apalagi di Priangan Timur, pamor PPP dan PKB sebagai representasi Islam tradisional sedang mengalami “krisis” kepercayaan dari para konstituennya.
Meskipun kedua partai ini masih menjadi partai pilihan mayoritas masyarakat Priangan Timur – terutama Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya – preferensi dalam memilih cagub sekarang cenderung berbeda.
Menurut Wakil Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Tasikmalaya Haris Somantri, sosok Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dipasang untuk memberi warna Islam kepada Ridwan Kamil yang dikenal bercitra relatif “liberal”.
Selain seorang kepala pemerintahan, Uu juga dikenal memiliki hubungan kekerabatan dengan kiai-kiai di Tasik yang mempunyai jaringan ke pesantren-pesantren di Priangan. Posisi Uu dipasang untuk mewakili pemilih Islam tradisional di Jabar bagian selatan yang memilih PPP dan PKB.
“Dukungan ini bersifat formal saja karena umat Islam di Tasik ini suaranya sudah tidak bulat lagi mendukung Pak Uu, meskipun kepemimpinan beliau masih dihormati baik dalam pemerintahan maupun agama,” ungkap Haris.
Haris didaulat menjadi Koordinator Tim Pemenangan Internal Partai Gerindra Kabupaten Tasikmalaya.
Pendukung PPP dan PKB yang menjadi pemilih Uu inilah yang berpotensi untuk digerus terus-menerus oleh mesin politik Asyik. Salah satu strategi yang digunakan oleh koalisi ini adalah memanfaatkan jaringan kader PKS dan PAN yang sudah memiliki hubungan baik dengan para kiai dan pesantren yang ada di Tasik dan Priangan Timur.
“Ini menjadi pintu masuk bagi Asyik untuk mengambil suara PPP dan PKB di Priangan Timur,” kata Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Tasikmalaya ini.
Mesin politik pendukung pasangan Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi bertumpu pada dukungan Partai Golkar dan Demokrat. Dukungan maksimal dari kedua partai ini sudah diprediksi akan menjadi mesin politik yang kuat untuk mendongkrak elektabilitas paslon nomor urut 4 ini.
Deddy Mizwar sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Daerah DPD Partai Demokrat Jawa Barat dan Dedi Mulyadi selaku Ketua DPD Golkar Provinsi Jabar merupakan modal poitik yang besar untuk menggerakkan elemen-elemen partai di seluruh Jabar.
Jubir Duo DM Adi Nugroho yakin, mesin politik mereka akan bekerja seoptimal mungkin dalam merancang model kampanye yang bisa mendukung mobilitas paslon menjangkau pemilih secara langsung.
“Kami akan mengintensifkan semua potensi yang kami miliki terutama di titik-titik yang kami anggap strategis,” ungkap Adi.
Selanjutnya Adi menyebutkan, mesin politik akan terus ditingkatkan performanya di tengah pemetaan elektabilitas yang kurang menguntungkan posisi Duo DM.
Salah satu strategi yang diyakini bisa mendongkrak elektabilitas pasangan Duo DM adalah membagi peran kedua figur ini dalam melakukan kampanye tatap muka di seluruh wilayah Jabar.
Agar kampanye bisa dilakukan dengan efektif dalam rentang masa kampanye yang sempit, Provinsi Jabar dipecah menjadi 5 wilayah kampanye dengan mempertimbangkan skala prioritas peningkatan elektabilitas.
Wilayah yang paling diprioritaskan adalah Kabupaten Bogor dengan pertimbangan jumlah DPT yang paling gemuk se-Jabar. Kabupaten Bogor yang tergabung dalam Wilayah I bersama dengan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Depok ini akan digarap dengan serius.
“Wilayah ini memiliki dinamika sosial yang tinggi karena mayoritasnya adalah pemilih kaum urban. Potensi elektabilitas Deddy – Dedi di sini relatif berimbang dengan pasangan Rindu,” kata Adi.
Sebaliknya, wilayah dengan potensi elektabilitas terendah adalah Wilayah IV yang terdiri dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi. Menurut Adi, wilayah ini sudah dipastikan kalah karena menjadi basis terkuat Ridwan Kamil.
Meski demikian wilayah ini tetap digarap melalui kader-kader Partai Golkar di Bandung Barat dengan target menggerogoti suara pemilih Ridwan.
Pasangan TB Hasanuddin – Anton Charliyan atau Hasanah memiliki strategi tersendiri untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Strategi tatap muka antara paslon dengan calon pemilih menjadi strategi andalan pasangan oleh PDIP.
Untuk menggerakkan mesin politik partai, semua aktivis dan pengurus partai mulai dari Dewan Pimpinan Daerah (provinsi) hingga pengurus Anak Ranting sudah diperintahkan untuk bekerja memenangkan pasangan Hasanah.
“Mesin partai sudah bekerja sekitar 80 hingga 90 persen. Makanya kami heran dengan elektabilitas Pak Hasanuddin dan Pak Anton Charliyan yang disurvei hasilnya masih terlalu kecil,” kata Budiana, Koordinator Media dan Cyber Tim Pemenangan Hasanah.
Konsolidasi Pendukung
PKS telah membuktikan bahwa mesin politik yang solid dengan dukungan kader partai yang militan sangat efektif untuk meningkatkan elektabilitas pasangan Asyik. Hal ini terbukti pada perolehan elektabilitas Asyik pada Pilgub Jabar yang mencapai 29,53 persen.
Angka ini memperlihatkan peningkatan dua kali lipat dibanding perolehan elektabilitas berdasarkan hasil survei terakhir pada Mei, atau empat kali lipat dibanding hasil survei pertama pada Februari.
Eskalasi elektabilitas Asyik ini mengindikasikan mesin politik PKS, PAN, dan Gerindra bergerak sangat cepat dalam mengonsolidasi pendukung.
Tiga parpol pengusung Sudrajat – Ahmad Syaikhu ini mampu mengakselerasi loyalitas pemilih masing-masing (parpol) dengan soliditas wilayah basis dukungan mereka, sekaligus menggerogoti suara pendukung paslon lain. (SULTANI/LITBANG KOMPAS) –BERSAMBUNG