Keunikan Peta Politik Jawa Barat (3-Habis)
Hasil Hitung Cepat Litbang Kompas mengungkapkan, dari tiga parpol pengusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu, pemilih PKS dan Gerindra memiliki militansi yang tinggi untuk memenangkan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Dua pertiga bagian (75,9 persen) pemilih PKS menjatuhkan pilihan mereka kepada pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu dalam Pilgub Jabar 2018. Sedangkan pemilih Gerindra yang memilih paslon nomor 3 ini sebesar 51,5 persen.
Di wilayah Megapolitan yang dikenal sebagai basis terkuat PKS, partai ini berhasil mengonsolidasi pendukungnya untuk memenangkan Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Sebanyak 41 persen pemilih di kawasan yang berbatasan langsung dengan ibu kota negara ini memilih pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Kemenangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Megapolitan ini menunjukkan keberhasilan PKS menarik kembali pemilihnya yang selama ini “menitipkan” pilihan mereka kepada Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bogor merupakan daerah-daerah yang memberikan kontribusi dukungan terbanyak di Megapolitan.
Bandung Raya yang dikenal sebagai salah satu basis PKS di Jabar juga memperlihatkan peningkatan elektabilitas Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang signifikan. Kota Bandung yang menjadi basis utama pemilih Ridwan Kamil berhasil digoyang oleh PKS sehingga soliditas pemilih Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum terpecah.
Kota Bandung menjadi medan pertarungan seru antara pemilih PKS yang mendukung Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan pemilih Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Di kota ini Sudrajat-Ahmad Syaikhu berhasil mengantongi elektabilitas hingga 33,9 persen.
“Gerakan PKS di Bandung belakangan ini memang sangat terorganisir dan efektif dalam membangun jaringan dukungan untuk pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Apalagi belakangan tokoh-tokoh Islam di Bandung sudah mulai menyuarakan tentang kepemimpinan yang pro kepada umat,’ ungkap Asep.
Di Priangan Timur parpol pengusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu sukses mengonsolidasi pemilih mereka sekaligus menggerogoti pemilih PPP dan PKB yang enggan memilih Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Di sini Sudrajat-Ahmad Syaikhu berhasil mengerek elektabilitas mereka hingga 30,4 persen atau hampir tiga kali lipat dibanding elektabilitas bulan Mei.
Eskalasi dukungan ini hanya menggerek posisi pasangan ini ke peringkat kedua, di bawah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Sokongan suara terbanyak untuk Sudrajat-Ahmad Syaikhu berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut.
Pamor PPP dan PKB sebagai representasi Islam tradisional Di Priangan Timur sedang mengalami “krisis” kepercayaan dari para konstituennya.
Meskipun PPP dan PKB masih menjadi partai pilihan mayoritas masyarakat Priangan Timur – terutama Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya – preferensi dalam memilih cagub sekarang sudah tidak sejalan.
Pendukung PPP dan PKB yang menjadi pemilih Uu Ruzhanul Ulum inilah yang suaranya akan terus digerogoti oleh Gerindra, PKS, dan PAN sebagai pengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Salah satu strategi yang digunakan oleh koalisi ini adalah memanfaatkan jaringan kader PKS dan PAN yang sudah memiliki hubungan baik dengan para kiai dan pesantren yang ada di Tasikmalaya dan Priangan Timur.
Gerindra sendiri akan memanfaatkan tokoh-tokoh lokal seperti mantan bupati atau anggota dewan yang bersimpati kepada Gerindra yang memiliki jaringan dengan para ulama untuk mengalihkan dukungan umat Islam kepada Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
“Ini menjadi pintu masuk bagi Sudrajat-Ahmad Syaikhu untuk mengambil suara PPP dan PKB di Priangan Timur,” ungkap Haris yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Tasikmalaya.
Pasangan Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi mengalami kemerosotan dukungan yang signifikan, baik dari pemilih partai pengusung mereka maupun penguasaan wilayah. Partai Golkar dan Demokrat terbilang gagal melakukan konsolidasi kepada pemilih mereka untuk memenangkan pasangan Wagub Jabar dan Bupati Purwakarta ini.
Hasil Survei Pasca-Pemilihan menunjukkan, pemilih Golkar yang memilih pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi sebesar 51,1 persen. Padahal, pada Survei Pra Pilgub 1 dan 2, pemilih paslon ini berada di atas 60 persen. Hal yang sama juga terjadi pada pemilih Demokrat.
Meskipun militansi untuk memilih pasangan ini tidak sekuat pemilih Golkar pada survei Pra Pilgub, suara mereka yang mendukung duo Dedi ini mencapai 50 persen lebih. Pada survei Pasca-Pemilihan suara pemilih Demokrat yang memilih pasangan ini melorot menjadi 33,3 persen.
Kegagalan mesin politik pengusung duo Dedi ini dianggap sebagai penyebab utama kekalahan mereka dalam kontestasi ini. Posisi Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang sebelumnya sudah diunggulkan untuk memenangi pilgub malah terperosok karena suara pemilihnya banyak yang digerogoti oleh kompetitor.
Elektabilitas Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang sempat membayang-bayangi elektabilitas Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum terperosok ke peringkat tiga dengan perolehan 25,72 persen.
Wilayah Karawangan, Cirebonan, dan Megapolitan yang sempat dikuasai oleh Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, hanya menyisakan Karawangan yang tetap dimenangkan pasangan ini.
Wilayah Kacirebonan jatuh ke tangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum sedangkan Megapolitan berhasil dikuasai Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Duo Dedi hanya bisa menambah kemenangan di wilayah Priangan Barat yang sebelumnya dikuasai oleh Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Penyusutan wilayah penguasaan dari Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa stabilitas dukungan mereka yang paling banyak digoyang oleh lawan politiknya, terutama Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Kemenangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Megapolitan menjadi salah satu kunci kekalahan pasangan ini. Elektabilitas Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi di Megapolitan tergerus setengahnya oleh Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Di Karawangan pun posisi Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi goyah oleh ekspansi mesin politik Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Wilayah yang menjadi basis pemilih tradisional Dedi Mulyadi ini memberikan sokongan kemenangan 47,8 persen.
Padahal, sebelumnya elektabilitas Duo Dedi di sini terbilang paling cemerlang karena 69,5 persen pemilih secara konsisten memilih mereka dalam dua kali survei.
Suara pemilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang tergerus 21,7 persen tersebut mayoritasnya menjatuhkan pilihan mereka kepada Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum sudah diprediksi sejak awal akan mendominasi pemilih di kawasan Jabar selatan yang berada di Bandung Raya dan Priangan. PPP dan PKB yang menjadi elemen dalam mesin politik Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memiliki basis pemilih terbesar di Priangan, terutama Priangan Timur.
Selain kedua partai ini, NasDem dan Hanura juga tergabung dalam mesin politik Ridwan – Uu. Keempat partai ini terbilang paling sukses mengonsolidasi pemilih mereka untuk memenangkan pasangan Wali Kota Bandung dan Bupati Tasikmalaya ini.
Pergerakan elektabilitas pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang cenderung stabil dari Survei Pra Pilgub hingga Exit Poll menunjukkan konsistensi parpol pengusung melakukan konsolidasi dalam menjaga keunggulan elektabilitas paslon nomor urut 1 ini.
PKB dan PPP merupakan partai yang berhasil mengonsolidasi mayoritas pemilihnya untuk memilih pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Sebagian besar pemilih PKB (60 persen) pada Pilgub Jabar 2018 memilih Ridwan Kamil – Uu.
Sementara pemilih PPP yang memilih paslon ini sebanyak 58 persen. Nasdem dan Hanura juga memiliki semangat yang sama, terutama mengonsolidasi pemilih mereka dalam menghadapi gangguan dari mesin politik Sudrajat-Ahmad Syaikhu terhadap pemilih Ridwan Kamil di Bandung dan sekitarnya.
Keberhasilan PPP dan PKB ini bisa dilihat dari posisi Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang selalu menjadi pemenang selama survei dan perolehan elektabilitas mereka yang cenderung stabil di Priangan Timur.
Hasil Exit Poll menunjukkan, elektabiltas Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di wilayah ini sebesar 40,9 persen atau turun 4 persen dibanding survei bulan Mei.
Meski turun, elektabilitas pasangan ini masih jauh mengungguli elektabilitas Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang mesin politiknya sangat agresif menggerogoti pemilih Ridwan – Uu. Kekuatan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di Priangan Timur disokong oleh pemilih dari Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut.
Di Bandung Raya, mesin politik Ridwan Kamil sukses mengonsolidasi pemilih mereka sehingga tetap solid memilih Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, meski menghadapi gempuran yang masif dari mesin politik PKS, yang ingin menggeser dominasi suara paslon Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di Kota Bandung dan sekitarnya.
Meski elektabilitas Ridwan – Uu merosot tajam dari 48,7 persen -- pada Mei -- menjadi 39,2 persen pada 27 Juni, pasangan ini tetap unggul di Bandung Raya dengan selisih yang signifikan dari pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Selain berhasil mempertahankan kemenangan di Bandung Raya dan Priangan Timur sebagai basis pendukung mereka, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum ternyata berhasil mencuri kemenangan di wilayah Cirebonan.
Kemenangan ini merupakan kejutan bagi Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, karena selama survei pasangan ini diprediksi tidak akan bisa mencatat kemenangan di wilayah Cirebonan dan kawasan pantura lain yang sudah menjadi basis Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
Persaingan yang sengit antarpaslon dalam Pilgub Jabar 2018 menunjukkan pentingnya provinsi ini bagi semua paslon dan partai pengusungnya.
Kemenangan Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum berhasil mematahkan dominasi PKS yang selalu sukses memenangkan calon yang diusungnya untuk menjadi Gubernur Jabar selama 10 tahun terakhir.
Sebaliknya, pasangan Sudrajat – Ahmad Syaikhu yang bisa meningkatkan elektabilitas mereka secara mengejutkan menunjukkan kekuatan PKS yang tetap solid dan menjadi salah satu kekuatan politik yang patut diperhitungkan Pemilu dan Pilpres 2019.
Pilgub Jabar sangat terasa aroma kontestasi peilpresnya. Indikasinya adalah keberhasilan pengelompokan parpol pengusung calon yang mengikuti sikap terhadap pemerintah.
Parpol pengusung tiga Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Tb Hasanudin-Anton Charliyan, dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi identik dengan pro pemerintah, sementara pengusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu, yaitu Gerindra, PKS, dan PAN adalah oposan pemerintah.
Pengelompokan ini lalu membuat isu-isu yang dimobilisir dalam Pilgub Jabar sangat kental cita rasa pemilihan presiden. Gerakan #2019 GantiPresiden yang diusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu mampu meningkatkan dukungan yang masif kepada Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Dukungan masyarakat Jabar yang besar terhadap gerakan ini menunjukkan pengaruh Prabowo di Jabar masih kuat. Kemenangan Ridwan – Uu yang merepresentasikan kekuatan pro Jokowi akan membuat peta politik di Jabar ke depan tetap dinamis, unik, dan tetap sulit diprediksi hasil akhirnya. (SULTANI/LITBANG KOMPAS)—HABIS