Kristalisasi Loyalitas Pemilih Bandung
Pasangan Oded M Danial – Yana Mulyana akhirnya berhasil memenangi Pemilihan Wali Kota Bandung setelah Komisi Pemilihan Umum Kota Bandung mengumumkan hasil rekapitulasi suara yang mengunggulkan petahana Wakil Wali Kota Bandung ini. Oded – Yana dinyatakan menang dengan perolehan dukungan 634.842 suara atau 50,1 persen dari 1.266.830 suara sah.
Selain Oded – Yana, ada dua kontestan lain yang ikut bertarung untuk memperebutkan posisi yang akan ditinggalkan oleh Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung yang menang dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.
Pasangan pertama adalah Nurul Arifin – Chairul Yaqin Hidayat. Paslon dengan nomor urut 1 ini diusung Partai Golkar, Demokrat, PKB, dan PAN. Sedangkan pasangan berikutnya adalah Yossi Irianto – Aries Supriatna. Pasangan nomor urut 2 ini diusung oleh PDIP, NasDem, Hanura, dan PPP. Pasangan Oded – Yana yang memperoleh nomor urut 3 diusung oleh PKS dan Gerindra.
Kontestasi tiga paslon ini merepresentasikan pertarungan antarkader partai yang terhimpun dalam koalisi pengusung tiap-tiap paslon.
Nurul Arifin yang dipasang menjadi calon wali kota merupakan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar yang popularitasnya sudah terkenal di seantero Kota Bandung. Chairul Yaqin Hidayat yang menjadi wakil Nurul merupakan Wakil Bendahara Umum DPP Partai Demokrat yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha.
Yossi Irianto merupakan calon wali kota yang tidak memiliki latar belakang sebagai politisi partai. Sosok kelahiran Purwakarta 56 tahun silam ini menghabiskan karirnya dalam bidang birokrasi pemerintahan dengan jabatan terakhir sebagai Sekretaris Daerah Kota Bandung.
Aries Supriatna yang menjadi pendamping Yossi merupakan Anggota DPRD Kota Bandung dari PDIP. Aries Supriatna dipasang untuk memperkuat posisi Yossi yang lemah secara politik.
Oded M Danial merupakan sosok yang sudah populer bagi warga Kota Bandung lantaran posisinya sebagai Wakil Wali Kota Bandung, pendamping Ridwan Kamil.
Oded pernah menjadi Anggota DPRD Kota Bandung dari PKS pada 2009, sebelum dirinya diusung sebagai calon wakil wali kota dalam Pilwalkot Bandung 2013. Sementara wakilnya, Yana Mulyana merupakan sosok non-parpol yang cukup aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di Kota Bandung.
Peta Kontestasi
Kontestasi Pilwalkot Bandung tahun ini diikuti oleh tiga paslon yang diusung oleh tiga koalisi parpol. Tidak ada kandidat yang berasal dari jalur perseorangan. Dengan peta politik yang didominasi oleh parpol, pertarungan antarpaslon juga akan dipengaruhi oleh soliditas mesin politik yang digerakkan melalui partai koalisi.
Pasangan Nurul – Chairul didukung oleh dua parpol berplatform nasionalis yaitu Golkar - Demokrat, dan dua parpol berpaltform islam yaitu PKB – PAN. Keempat parpol ini merupakan partai papan tengah dalam perolehan kursi di DPRD Kota Bandung.
Demokrat pernah menjadi pemenang dalam Pemilu 2009 di Kota Bandung dengan meraih 20 kursi DPRD Kota. Jumlah ini termasuk fantastis lantaran sejak Pemilu 2004 hingga 2014 belum ada satu parpol pun yang bisa meraih kursi DPRD Kota Bandung sebanyak itu.
PKS sebagai pemenang Pemilu 2004 hanya bisa meraih 11 kursi, sementara PDIP sebagai pemenang Pemilu 2014 hanya bisa meraih 12 kursi. Demokrat, pada Pemilu 2004 dan 2014 hanya bisa mengumpulkan 6 kursi.
Golkar merupakan partai yang paling konsisten mempertahankan jumlah pemilihnya selama tiga kali pemilu. Hal ini bisa dilihat dari jumlah kursi yang berhasil dimenangkan oleh partai Beringin ini dari Pemilu 2004 hingga 2014.
Selama tiga pemilu tersebut, Golkar hanya bisa mengumpulkan 6 kursi DPRD Kota Bandung. Kekuatan Golkar di parlemen ini seimbang dengan kekuatan PAN pada Pemilu 2004. Pada Pemilu 2009 dan 2014 kekuatan PAN merosot dengan perolehan kursi yang semakin sedikit. Kondisi ini juga terjadi pada PKB.
Pasangan Yossi Irianto - Aries Supriatna diusung oleh tiga partai berhaluan nasionalis yaitu PDIP, NasDem, dan Hanura ditambah dengan PPP partai barhaluan Islam.
Dari empat partai ini, PDIP dan PPP terbilang paling “senior” karena sudah mengenyam pengalaman politik sejak Pemilu 1971. NasDem dan Hanura merupakan pendatang baru yang debut politiknya baru dimulai pada Pemilu 2009.
PDIP merupakan partai penyokong Yossi – Aris yang terkuat karena memiliki basis pendukung yang luas di Kota Bandung. Dukungan ini bisa dilihat pada prestasi partai selama pemilu.
Pemilu 2004 dan 2009 posisi PDIP selalu membayang-bayangi posisi partai pemenang pemilu di kota kembang ini yaitu PKS dan Demokrat. Pemilu 2014 partai Moncong Putih ini akhirnya bisa memenangkan pemilu setelah menyisihkan PKS dan Demokrat.
PPP merupakan partai papan tengah dengan dukungan pemilih yang fluktuatif. Akibatnya, perolehan kursi di DPRD juga fluktuatif atau cenderung turun. Pemilu 2004 dan 2009 partai berlambang Ka’bah ini bisa mengumpulkan kemenangan hingga 4 kursi. Pemilu 2014 kemenangan tersebut merosot drastis dengan perolehan 2 kursi.
Hanura dan NasDem meski relatif baru menapaki kontestasi politik, rekam jejak para pendiri dan tokoh sentralnya sudah dikenal publik sejak lama sehingga popularitas partai ini berkembang relatif cepat.
Di Kota Bandung, kedua partai ini terbilang agresif dalam berkompetisi di pemilu. Pada Pemilu 2014 kedua partai ini memperoleh dukungan yang cukup besar sehingga bisa mendapatkan kursi DPRD yang cukup banyak.
Pasangan terakhir, Oded M Danial - Yana Mulyana diusung oleh PKS dan Gerindra, yang merepresentasikan konfigurasi Islam dan nasionalis. Dukungan PKS kepada Oded merefleksikan ambisi PKS untuk menguasai Kota Bandung pasca-kepemimpinan Ridwan Kamil.
PKS sendiri merupakan partai yang memiliki basis yang kuat dan dukungan yang luas di Kota Bandung. Hal ini sejalan dengan kemenangan PKS dalam pemilu yang menempatkan posisi partai ini sebagai partai papan atas di Kota Bandung.
Pemilu 2004 PKS keluar sebagai pemenang di Kota Bandung. Pemilu berikutnya, posisi PKS digeser oleh Demokrat dengan selisih jumlah kursi yang signifikan. Pemilu 2014 partai dakwah ini kembali menempati posisinya sebagai “runner up” di bawah PDIP.
Posisi ini menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang paling konsisten menjaga basis dukungannya pada setiap pemilu sehingga perolehan kursi bisa mengimbangi pemenang pemilu. PKS terbilang paling kuat dan solid meskipun partai ini bukan pemenang sejati di Kota Bandung.
Gerindra, meskipun baru berkompetisi pada Pemilu 2009, popularitas Prabowo Subianto sebagai pendiri sekaligus tokoh utama partai ini mampu mencuri simpati warga Kota Bandung.
Pemilu 2009 partai ini mampu menempatkan 3 calegnya di DPRD Kota Bandung. Pemilu 2014 prestasi partai ini meningkat drastis berkat dukungan yang luas kepada sang Ketua Umum untuk memenangi Pemilihan Presiden 2014.
Gerindra berhasil menambah 4 kursi pada Pemilu 2014. Dukungan politik dari parpol terhadap para kandidat menjadi lanskap dasar untuk membaca peta pertarungan pilwalkot ini.
Namun, potensi personal figur kandidat tetap menjadi daya tarik yang untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Sementara mesin politik menjadi kendaraan yang mendukung mobilitas paslon untuk mendekati pemilih.
Nurul Arifin – Chairul memiliki potensi yang kuat pada figur mereka. Nurul Arifin yang sudah lama melintang dalam dunia hiburan di tanah air sudah pasti akan mengantongi popularitas yang tinggi di Bandung. Apalagi wanita pemilik nama Nurul Qomaril Arifin ini juga merupakan mojang priangan kelahiran Bandung.
Potensi popularitas yang tinggi ini juga didukung oleh posisi Nurul sebagai pengurus Golkar yang sudah piawai dalam berpolitik. Sementara Chairul Yaqin Hidayat dikenal sebagai politisi Demokrat dan aktifis seni di Bandung.
Konfigurasi potensi keduanya ini membuat pasangan ini mudah dikenali sehingga popularitas mereka cepat menanjak. Seiring dengan peningkatan popularitas, tingkat elektabilitas pasangan ini juga terus merambat naik seiring dengan kerja-kerja politik yang dilakukan melalui sosialisasi program hingga kampanye.
Menurut hasil survei beberapa lembaga survei di Kota Bandung, pasangan ini memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Selain karena sosok yang sudah populer, elektabilitas mereka bisa juga diperoleh dari cara-cara kampanye yang dilakukan. Hingga bulan Mei, elektabilitas Nurul – Ruli sudah berada di atas 20 persen.
Pasangan nomor 2, Yossi – Aries juga memiliki popularitas yang cukup tinggi. Agar pencalonan mereka semakin dikenal masyarakat, pasangan ini mengefektifkan temu warga dan blusukan sebagai cara untuk menyapa masyarakat secara langsung. Dengan cara ini mereka mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitas dalam waktu yang relatif singkat.
Menurut hasil survei, elektabilitas pasangan ini terbilang meningkat paling cepat karena cara pendekatan mereka kepada masyarakat dan dukungan mesin politik dari PDIP dan koalisinya, serta kerja-kerja relawan yang mempromosikan pasangan ini secara langsung kepada masyarakat. Bahkan, pasangan ini sudah diprediksi berpotensi memenangkan kontestasi Pilwalkot Bandung 2018.
Pasangan nomor 3, Oded M Danial – Yana Mulyana mengalami dinamika dalam popularitas maupun elektabilitasnya. Oded yang masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bandung ini memiliki popularitas yang paling rendah dari semua kandidat.
Hal yang sama juga dialami oleh wakilnya, Yana Mulyana. Sosok Oded sebagai wakil wali kota memang kurang terasa kehadirannya karena selalu berada di bawah bayang-bayang Ridwan Kamil.
Oded yang selama 5 tahun mendampingi Ridwan Kamil lebih banyak mengonsentrasikan aktivitasnya di bidang keagamaan, terutama dakwah. Kegiatan ini membuat Oded lebih banyak dikenal sebagai seorang ustadz ketimbang wakil wali kota.
Karena itulah popularitas politisi PKS ini tidak secemerlang Nurul Arifin ketika namanya pertama kali muncul sebagai bakal calon Wali Kota Bandung.
Bahkan, ketika nama Oded M Danial dan Yana Mulyana dipasangkan sebagai paslon, popularitas mereka terbilang rendah ketimbang dari dua paslon lainnya.
Potensi keterpilihan mereka pun berangkat dari posisi yang paling rendah, sehingga diprediksi sulit untuk mengejar elektabilitas dua pesaingnya. Hingga Mei 2018 posisi elektabilitas Oded – Yana belum masuk ke posisi aman meskipun sudah berhasil menyalip pasangan nomor 1.
Dalam Pemilihan Wali Kota Bandung pada 27 Juni 2018 paslon dari PKS dan Gerindra ini membuat kejutan bagi seluruh warga Kota Bandung. Posisi mereka selama masa kampanye yang dianggap lemah justru menguat dalam pemilihan.
Pasangan ini berhasil meningkatkan elektabilitas mereka secara signifikan sehingga menggerek posisi mereka ke peringkat teratas dalam perolehan suara. Dua paslon pesaing yang selama ini digadang-gadang sebagai pemenang justru terhempas ke posisi yang lebih rendah karena perolehan dukungan mereka mengecil.
Oded – Yana mampu mencuri hati 634.682 pemilih Kota Bandung. Perolehan ini membuat mereka mendapatkan proporsi terbanyak dalam pengumpulan suara, yaitu 50,1 persen.
Sementara pasangan Yossi – Aries yang paling banyak diprediksi sebagai pemenang, hanya mampu memperoleh dukungan 26,1 persen atau setengah kekuatan dari Oded. Nurul – Chairul menempati peringkat terakhir dengan dukungan sebesar 23,8 persen dari 1.266.830 suara sah.
Kemenangan Oded – Yana dalam Pilwalkot Bandung menyerupai prestasi pasangan Sudrajat – Ahmad Syaikhu dalam Pilgub Jabar. Pasangan cagub – cawagub Jabar dari PKS, Gerindra, dan PAN ini berhasil mencuri dukungan yang masif pada saat pemilihan sehingga mampu mengubah peta kemenangan.
Pasangan ini berhasil membuyarkan semua prediksi yang berbasis hasil survei meskipun mereka gagal menjadi pemenang. PKS dan Gerindra mampu mengantarkan Oded – Yana sebagai Wali Kota Bandung yang baru tetapi gagal menempatkan Sudrajat – Syaikhu sebagai pemenang pilgub di Kota Bandung.
Lanskap Pemilihan
Kota Bandung selama ini sudah dikenal sebagai salah satu basis pemilih PKS paling loyal di Jabar. Pemilu 2004 partai ini mampu meraup dukungan mayoritas dari pemilih di Kota Bandung sehingga menobatkannya sebagai pemenang pemilu di kota “Paris van Java”.
Dalam pemilu kedua pada masa reformasi ini PKS berhadapan dengan PDIP, partai pemenang Pemilu 1999 yang juga dikenal memiliki loyalitas dan militansi yang kuat di kota ini.
Posisi PKS pada Pemilu 2009 dan 2014 turun di peringkat kedua, namun kekuatan dukungan untuk partai ini sudah sangat solid. Sebagai partai yang relatif baru PKS termasuk partai yang paling cepat mengonsolidasi kekuatan dukungannya sehingga mampu menjadikan Kota Bandung sebagai basis pendukung.
Soliditas PKS di Bandung telah mengubah posisi PKS dari partai papan bawah pada Pemilu 1999 menjadi partai papan atas pada Pemilu 2004 hingga sekarang.
Perubahan posisi ini membawa konsekuensi pada tersingkirnya Golkar dan PPP sebagai partai yang sudah mapan sejak tahun 1973. PKS berhasil menghimpun kekuatan tersendiri sehingga mampu menyamakan posisinya dengan kekuatan yang sudah lama dibangun oleh PDIP di kota kembang ini.
Artinya, dalam satu dekade PKS berhasil menciptakan lanskap dukungan politik sebagai salah satu kekuatan politik yang kuat di Kota Bandung.
Di atas lanskap politik inilah PKS memainkan peran penting dalam kontestasi pemilihan wali kota. Sejak pilkada langsung tahun 2008, PKS sudah tampil menjadi kekuatan penentu baik dalam pencalonan kandidat maupun kemenangan dalam pemilihan.
Sebagai pemegang kunci kemenangan, posisi PKS selalu diperhitungkan oleh semua kekuatan politik yang hendak berkoalisi. Dalam posisi ini, PKS sudah siap menyodorkan kader-kadernya untuk menjadi wali kota atau pendampingnya.
Pilwalkot Bandung 2008, PKS mengusung pasangan Taufikurahman - Deni Triesnahadi sebagai jagoannya untuk menghadapi Dada Rosada - Ayi Vivananda yang diusung PDIP, Golkar, PAN, Demokrat, PPP dan pasangan Endang Hudaya Prawira – Nahadi dari jalur perseorangan. Secara kasat mata pertarungan ketiga paslon ini sudah pasti akan dimenangkan oleh Dada Rosada – Ayi Vivananda.
Pertama, Dada Rosada merupakan petahana Wali Kota Bandung yang popularitasnya paling tinggi lantaran kebijakan dan gebrakannya yang dianggap sesuai dengan keinginan warga Kota Bandung. Kedua, pasangan ini didukung oleh partai-partai kuat dengan dukungan pemilih yang besar.
Sebaliknya, Taufikurahman – Deni Triesnahadi meskipun didukung sendiri oleh PKS sebagai partai pemenang Pemilu 2004, sosok mereka terbilang baru dan berasal dari latar belakang profesi yang tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat. Taufik merupakan seorang dosen sementara wakilnya dikenal sebagai pendiri Rumah Zakat.
Meski pasangan yang diusung kalah, PKS mampu membuktikan soliditas dan militansi pemilihnya yang tetap loyal mendukung Taufik – Deni. Dukungan tersebut mampu menggerek perolehan suara paslon nomor 3 ini hingga 25,69 persen.
Pilwalkot 2013 merupakan puncak kemenangan PKS sebagai partai papan atas di Kota Bandung. Dalam kontestasi yang menghadirkan 8 paslon tersebut, pasangan Ridwan Kamil – Oded M Danial berhasil unggul dengan dukungan sebesar 45,24 persen dari 959.647 suara sah. Kali ini, PKS menggandeng Gerindra sebagai mitra koalisi untuk menghadapi koalisi partai-partai lain yang tersebar di tiga paslon.
Pilwakot 2018 menjadi ajang pembuktian diri PKS sebagai partai pemilik suara tersolid di Ibu Kota Provinsi Jabar ini. Kali ini PKS kembali menggandeng Gerindra untuk mengusung kadernya sendiri, Oded M Danial untuk menggantikan posisi Ridwan Kamil sebagai wali kota.
Hasil pemilihan menunjukkan, pemilih PKS di Kota Bandung tetap loyal mendukung komitmen PKS untuk memenangkan Oded – Yana sebagai pemimpin baru Kota Bandung.
Kemenangan Oded – Yana ini sekaligus menyiratkan terjadinya kristalisasi loyalitas pemilih di dalam melihat sosok Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial sebagai calon wali kota.
Pada sisi yang berbeda, para pemilih di Kota Bandung juga memandang hal yang sama terhadap sosok Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang turut berkontestasi dalam pilgub.
Kristalisasi ini membuat pemilih di Kota Bandung seolah terbelah. Di satu sisi para pemilih PKS tetap loyal memenangkan calon yang diusung oleh partai mereka, sementara di sisi lain, para pemilih di Kota Bandung umumnya cenderung memilih sosok Wali Kota mereka Ridwan Kamil untuk menjadi Gubernur Jabar periode 2018-2023.
Kristalisasi ini terlihat dari besarnya dukungan pada antara kedua sosok yang nyaris seimbang. Dua sosok pemimpin Kota Bandung ini mendapatkan pendukung mereka masing-masing sehingga keduanya tampil sebagai pemenang di Kota Bandung.
Ridwan Kamil mendapat dukungan 51,26 persen pemilih Kota Bandung untuk menjadi Gubernur Jabar. Sedangkan Oded M Danial mendapat dukungan 50,1 persen pemilih untuk menjadi Wali Kota Bandung. (SULTANI/LITBANG KOMPAS)