Peristiwa teror kembali menyerang Inggris. Selasa (14/8/2018), sebuah mobil yang dikendarai Salih Khater (29) dengan sengaja melaju dan menabrak beberapa pejalan kaki dan pesepeda di jalan di luar Gedung Parlemen Inggris di kawasan Westminster. Polisi Inggris menetapkan kejadian ini sebagai peristiwa terorisme.
Pelaku merupakan warga Inggris yang berasal dari Sudan. Ditengarai, ia sudah merencanakan aksinya dengan beraksi pada waktu-waktu masyarakat ramai beraktivitas di lokasi kejadian.
Dengan mengendarai mobilnya, Salih tiba-tiba berbelok ke arah yang salah dan menabrak pejalan kaki dan pesepeda. Kemudian, ia melaju menabrak batas luar House of Lords. Tiga orang menjadi korban luka akibat insiden ini.
Peristiwa tersebut menjadi perhatian koran-koran terkemuka di Inggris edisi Rabu (15/8/2018). Daily Mirror, The Daily Telegraph, Daily Express, The i, The Sun, The Times, Daily Mail, dan Daily Star ramai-ramai mengangkat tema yang mirip.
”They Will Never Win”, seru judul berita utama harian Daily Mirror, mengutip perkataan Perdana Menteri Theresa May. Diungkapkan, tujuan teror adalah untuk memecah belah Inggris. Namun, dipastikan teroris tidak akan berhasil mencapai target itu.
Bukan kali ini saja teror dialami warga Westminster. Dalam kurun waktu satu tahun, Westminster telah dua kali menjadi target aksi terorisme. Pertama, pada 22 Maret 2017, saat Khalid Masood menabrakkan mobilnya ke trotoar pejalan kaki di Jembatan Westminster, dekat Gedung Parlemen Inggris.
Akibat insiden tersebut, dua pejalan kaki tewas tertabrak dan seorang polisi tewas ditusuk pelaku. Polisi kemudian menembak pelaku hingga tewas. Peristiwa ini dinyatakan sebagai kejadian terorisme bermotif radikalisme. Teror kedua adalah peristiwa teror Selasa lalu yang memiliki pola sama, menabrakkan mobil ke kerumunan warga.
Kota bersejarah
Koran The Times mengingatkan, terulangnya teror menjadi kejadian yang patut diwaspadai berkaitan dengan posisi strategis kota ini. Westminster adalah sebuah kota penting bagian wilayah dari London, Inggris. Sejak abad ke-12, kota ini menjadi pusat pemerintahan Inggris, tepatnya di Gedung Parlemen Inggris atau The Palace of Westminster.
Di kota ini terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti Westminster Abbey dan St Margaret’s Church yang merupakan gereja pusat di London. Selain itu, terdapat juga Menara London dan Jembatan Westminster.
Banyaknya bangunan penting dan bersejarah membuat kota ini rawan menjadi target terorisme. Tidak dimungkiri, obyek-obyek pemerintahan menjadi target paling sering bagi teroris untuk melancarkan aksinya dengan tujuan melemahkan fondasi utama dan kekuatan negara.
Menengok peristiwa teror serupa di beberapa negara Eropa lainnya, sejumlah kota telah menjadi sasaran teror. Kota-kota itu antara lain Nice (Perancis), Berlin (Jerman), London (Inggris), Brussels (Belgia), dan Stockholm (Swedia). Yang terbesar adalah serangan bom di kota Brussels pada 2016 yang menewaskan 32 orang dan melukai 320 orang.
Teror yang kedua kalinya di Westminster menjadi pelajaran berharga terhadap kewaspadaan nasional Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengingatkan masyarakat Inggris untuk tetap waspada sembari kembali beraktivitas normal. Harian Daily Mail melaporkan, terdapat hampir 700 investigasi langsung kasus terorisme yang masih dilakukan polisi Inggris sampai saat ini.
Hingga Juni 2018, sedikitnya 441 orang ditahan dalam investigasi antiteror yang berlangsung dari awal tahun sampai Maret 2018. Artinya, setiap hari terdapat lebih dari satu orang yang ditahan terkait kasus teror di Inggris. Angka tersebut merupakan angka tertinggi rata-rata penahanan orang dalam investigasi antiteror sejak tahun 2001 dan meningkat 17 persen dari tahun sebelumnya.
Koran Daily Express dan The i memberikan apresiasi terhadap respons pihak keamanan Inggris yang cepat tanggap menangani banyaknya kasus dugaan terorisme dan upaya meningkatkan kewaspadaan. Kedua surat kabar ini juga memberikan ruang apresiasi positif kepada polisi Inggris yang berhasil menghentikan berulangnya aksi teror Westminster.
Sepuluh mobil polisi dan 3 ambulans langsung berjaga-jaga di lokasi kejadian setelah polisi melihat mobil pelaku melaju dengan arah yang salah. Polisi berhasil membekuk tersangka setelah mobil menabrak batas luar Gedung Parlemen.
Meski demikian, perlu ada peningkatan penjagaan keamanan serta pengaturan bagi pejalan kaki dan jarak terdekat kendaraan yang boleh melintas di kawasan-kawasan penting seperti Gedung Parlemen Inggris untuk mencegah gerak teroris di kawasan strategis. (DEBORA LAKSMI INDRASWARI/LITBANG KOMPAS)