Nuansa Politik Menguat di Bulan Juli
Berita-berita politik semakin memenuhi ruang publik dalam dua bulan terakhir dan akan berlanjut hingga tahun depan. Agenda pemilu serentak yang menggabungkan pemilu presiden dan pemilu legislatif menjadi isu utamanya. Peliputan yang cenderung masif dari media massa nasional harus tetap memberi ruang untuk isu-isu lain yang penting dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Setelah rangkaian pilkada serentak yang memuncak di bulan Juni 2018, agenda politik bergeser ke tahapan pemilu presiden dan pemilu legistlatif 2019. Hasil dari analisis isi berita utama halaman muka (frontpage) yang dilakukan Litbang "Kompas" pada enam suratkabar nasional edisi Juli 2018, tidak kurang dari 36,1 persen berita mengangkat isu politi. Angka ini bertambah 5,8 persen dari bulan sebelumnya.
Kenaikan proporsi ini disebabkan oleh makin kuatnya media menyoroti dialektika politik di tengah persiapan pemilihan umum 2019 mendatang. Dari proporsi tersebut, pemberitaan jelang pilpres mendominasi hingga 30,3 persen. Sisanya, sebanyak 5,8 persen merupakan pemberitaan tentang pilkada yang sebagian dikaitkan dengan pemilu 2019 dan pemilihan calon legislatif.
Persiapan jelang pilpres menjadi topik teratas di semua media yang diteliti. Media Indonesia menempatkan berita tersebut sebanyak 15 kali sebagai berita utama di halaman muka. Penekanan tema yang sama juga dilakukan surat kabar lain meski dengan jumlah yang lebih sedikit. Indopos memberitakan isu panas ini dalam 14 berita, Koran Tempo (11 berita), Kompas (4 berita), dan Republika (3 berita).
Problematika jelang pilpres sendiri sudah menjadi isu paling atas pada Maret lalu. Media cetak mulai menurunkan berita arah dukungan partai politik (parpol) terhadap dua bakal calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Isu poros ketiga di luar dua calon terkuat tersebut juga menyeruak.
Di April hingga Juni, pemberitaan jelang pilpres meredup. Aksi terorisme di Mako Brimob memutar kemudi pemberitaan. Kabar buruk pada Mei ini menjadi berita utama di halaman muka semua media cetak. Meski demikian pada bulan selanjutnya (Juni), perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Pilkada Serentak tak luput lebih mendominasi headline.
Persiapan jelang pilpres mulai disorot kembali pada bulan Juli setelah pilkada serentak selesai. Kompas pada edisi 2 Juli 2018 mengawali topik pilpres dengan tetap mengaitkan hasil pilkada melalui berita utama berjudul “Hasil Pilkada Pengaruhi Strategi Partai.” Kemenangan calon di daerah dinilai akan memengaruhi peta koalisi partai dan perolehan suara saat pilpres.
Koalisi partai yang cair juga berangsur-angsur menguat. Poros dukungan untuk Joko Widodo dan Prabowo disorot tajam oleh Media Indonesia. Berita berjudul “Koalisi Jokowi Tunjukkan Solidaritas” (26/7) menggambarkan kekuatan kubu Jokowi yang sudah mulai solid. Koalisi terdiri dari PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP, Partai Nasdem, dan Partai Hanura.
Sementara itu, koalisi di sisi Prabowo justru diberitakan sebaliknya. Dukungan partai untuk Prabowo yang belum mencapai kesepakatan ditunjukkan melalui berita “Prabowo Meminta Kepastian SBY” (30/7) dan “Koalisi Prabowo belum Menyatu” (31/7) . Partai Demokrat belum menyatakan dukungan pasti sama halnya dengan dua partai pendukung Prabowo pada Pilpres 2014 lalu, PAN dan PKS.
Sejumlah parpol peserta Pemilu 2019 yang saat ini tidak memiliki kursi di DPR juga terbagi dalam sikap yang berlainan. Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) telah menyatakan dukungannya ke kubu Jokowi. Sementara itu, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Berkarya, dan Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) hingga saat ini belum menunjukkan arah dukungannya secara jelas.
Hingga akhir Juli, siapa kandidat yang akan menjadi calon wakil presiden masih menjadi pertanyaan yang diburu awak media. Sejumlah nama disebut dalam headline, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang), dan Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin. Meski demikian, belum ada kandidat yang dominan. Kedua poros yang terbentuk pun dilihat masih saling menunggu.
Asian Games 2018 dan Isu Lain
Sementara itu, berita teratas kedua sepanjang Juli adalah persiapan Asian Games 2018. Even olahraga berskala internasional ini akan segera digelar di Jakarta dan Palembang sehari setelah peringatan kemerdekaan. Sebanyak 6,45 persen atau 10 kali berita ini dimunculkan sebagai berita utama halaman satu.
Dari sisi jumlah, pemberitaan Asian Games sangat sedikit dibandingkan pemberitaan tentang pilpres. Agenda besar inipun hanya diberitakan oleh tiga koran, yaitu Kompas (4), Republika (3), dan Koran Sindo (3). Sementara tiga koran lainnya, yaitu Media Indonesia, Koran Tempo, dan Indopos tidak menempatkan Asian Games sebagai berita utama di halaman muka.
Pemberitaan yang diangkat oleh tiga koran di atas seputar persiapan venue, fasilitas atlet, dan pengaturan jalan di sekitar area bertanding. Skema ganjil-genap yang diterapkan di wilayah Jakarta dan sekitarnya misalnya, mulai akan diperluas. Ruas jalan tertentu juga akan disterilkan.
Selain perkembangan jelang Asian Games 2018, isu-isu lain yang juga mendapat tempat dalam agenda media cetak sebulan ini antara lain perang dagang antara Amerika Serikat dan China dan imbasnya ke Indonesia, kasus korupsi PLTU Riau 1 yang diduga melibatkan Menteri Sosial Idrus Marham, serta kasus korupsi yang menjerat mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Beda Agenda Media
Jika dilihat dari isu yang diangkat, semua koran menunjukkan kesamaan, yaitu kuat menyorot pencarian wakil calon presiden dan peta koalisi dukungan. Namun, jika dilihat dari sisi tema, fokus setiap koran menunjukkan perbedaan.
Masih dari 155 berita utama yang sama, keenam koran menunjukkan kecenderungan nuansa pemberitaan yang berbeda. Koran Kompas misalnya, menampilkan situasi bencana sebagai perhatian utama. Bencana gempa di Lombok, tenggelamnya KM Sinar Bangun di Toba, dan kekeringan dipilih sebagai berita utama di halaman muka sebanyak enam kali.
Sementara itu, tema ekonomi kental dirasakan pada halaman depan koran Republika dan Koran Sindo. Media ini masing-masing menurunkan sebelas dan sembilan berita ekonomi di halaman utama. Tiga koran lainnya mengutamakan pemberitaan politik di Juli ini. Media Indonesia memilih politik sebagai sajian utama sebanyak 18 kali, Indopos 15 kali, dan Koran Tempo sebanyak 12 kali.
Secara umum, pemberitaan sepanjang Juli didominasi tema-tema politik dan ekonomi yang mencapai (58,7 persen). Besarnya fokus media cetak nasional terhadap kedua isu tersebut harus diikuti dengan evaluasi atas signifikansinya bagi masyarakat. Peliputan masif mengenai dinamika politik praktis yang bersifat elitis misalnya seringkali menjadi bahan perbincangan saja di level masyarakat awam. Nilai signifikansi berita yang seharusnya berpihak pada kepentingan masyarakat menjadi bisa dipertanyakan kembali. (ARITA NUGRAHENI/LITBANG KOMPAS)