Dilema Ingin Langsing
Siapa yang tidak ingin memiliki tubuh ideal? Mungkin nyaris tidak ada. Menurunkan berat badan memang gampang-gampang susah. Berbagai cara diyakini mampu mendulang hasil, seperti diet dan olahraga. Akan tetapi, ada juga yang malah membahayakan kesehatan, yakni mengonsumsi obat sembarangan.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas, akhir Agustus lalu, menunjukkan pendapat publik yang hampir berimbang antara mereka yang pernah dan tidak pernah berusaha menurunkan berat badan.
Jika menyelisik menurut jender, responden perempuan lebih banyak yang pernah melakukan usaha ini dibandingkan dengan laki-laki. Nyaris separuh responden perempuan mengaku pernah berusaha mengurangi bobot tubuhnya, sedangkan hanya 39,6 persen responden laki-laki yang pernah melakukan hal serupa.
Gambaran tentang tubuh perempuan yang sempurna seperti yang terlihat di media memang cukup menghantui. Perut rata, wajah tirus dengan lengan dan pinggang kecil nyaris tak berlemak menjadi definisi body goal. Padahal, kaum hawa dengan rupa tersebut sangat jarang ditemui di kehidupan sehari-hari. Tak pelak, hal ini membuat perempuan menjadi khawatir dan tak percaya diri.
Sejalan dengan itu, harian The Guardian, Inggris, menulis tentang laporan dari semua partai di parlemen Inggris terkait dengan gambaran tubuh tahun 2014 dan menemukan fakta yang cukup miris.
Di negeri Ratu Elizabeth II itu bahkan seorang anak perempuan berusia lima tahun sudah khawatir akan ukuran tubuh dan penampilannya. Sementara satu dari empat anak perempuan berumur tujuh tahun pernah berusaha menurunkan berat badan, paling tidak sekali.
Dalam buku Women’s Health for Life karya Donnica Moore disebutkan bahwa menurunkan berat badan adalah urusan kesehatan paling utama bagi satu dari empat perempuan Inggris. Separuh dari kaum hawa di negeri itu bahkan khawatir menjadi gemuk. Sementara penyakit kanker hanya dipedulikan oleh kurang dari 2 persen perempuan.
Menurunkan berat badan adalah urusan kesehatan paling utama.
Bukan hanya perempuan yang khawatir akan bentuk tubuhnya, ternyata sebagian lelaki juga merasakan hal yang sama. Meski perbedaan respons dalam jajak pendapat antara perempuan dan laki-laki hanya 10 persen, angka itu sebenarnya juga tidak kecil.
Sejalan dengan itu, temuan British Social Attitudes Survey, tahun 2014, seperti dikutip dari laman The Guardian, menyatakan, hanya tiga dari empat kaum adam yang puas terhadap penampilan mereka.
Kadar usaha
Usaha untuk menurunkan berat badan memang berbeda di tiap individu, ada yang menganggap sangat sulit atau mudah.
Hasil jajak pendapat menyatakan respons publik berimbang antara mereka yang menganggap sulit dan mudah untuk menurunkan bobot tubuh. Sementara itu, terdapat 21,5 persen responden yang menyatakan upaya mengurangi berat badan bukanlah hal sulit sekaligus juga tidak mudah alias biasa saja.
Meskipun respons publik berimbang, usaha mengurangi bobot tubuh ini dinilai berbeda oleh responden laki-laki dan perempuan.
Hampir separuh responden perempuan mengakui menurunkan berat badan merupakan pekerjaan yang sulit. Bagi 40,2 persen responden laki-laki, perkara ini hal yang mudah.
Menurut pakar diet David Grotto, seperti dikutip dari laman CNN, laki-laki memang cenderung memiliki lebih banyak jaringan otot yang tidak berlemak dibandingkan dengan perempuan.
Jaringan ini membakar lebih banyak kalori daripada lemak tubuh meski saat istirahat. Dengan demikian, ketika laki-laki dan perempuan memangkas kalori yang sama, kaum prialah yang biasanya lebih banyak kehilangan bobot tubuh.
Faktor lain yang memengaruhi penurunan berat badan adalah usia. Dr Medha Munshi, ahli kesehatan kaum lansia dan sistem kelenjar serta hormon, menyatakan di laman The New York Times bahwa semakin bertambahnya umur, apalagi saat menginjak usia 30 tahun, akan semakin sulit untuk menurunkan angka timbangan.
Hal itu karena jumlah otot sudah mulai berkurang dan berpengaruh terhadap metabolisme. Selain itu, kondisi seperti itu dipengaruhi juga oleh penurunan hormon seks, yakni estrogen bagi perempuan dan testosteron bagi laki-laki menjelang usia 50 tahun.
Perubahan metabolisme ini tentu membuat mereka yang berada di usia 30 tahun ke atas tidak bisa sembarangan mengonsumsi makanan. Di usia belasan mungkin bisa tanpa khawatir gemuk meski makan dan ngemil tanpa henti. Apalagi ditambah aktif bergerak, tubuh bisa mengubah makanan menjadi energi dengan lebih mudah.
Akan tetapi, tak perlu berkecil hati. Memasuki usia senja bukan berarti tak mungkin memiliki tubuh ideal. Kuncinya adalah tetap aktif bergerak. Tidak harus yang berlebihan, bahkan bisa dimulai dengan hal sederhana.
Seperti naik tangga atau jalan kaki ke pasar, apabila masih bekerja kantoran, maka berjalan membuat kopi atau ke kantin juga bisa dilakukan. Intinya adalah tetap melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori.
Cara sehat
Cara untuk menurunkan berat badan memang beragam, mulai dari yang konvensional sampai modern. Dua cara yang pernah dilakukan oleh mayoritas responden adalah berolahraga dan mengatur pola makan.
Kombinasi dua cara ini memang terkenal ampuh sejak zaman dulu untuk menyusutkan bobot tubuh. Menghitung kalori yang masuk dan keluar ditambah membakar kalori adalah cara paling sederhana.
Sayangnya, metode ini dianggap bisa berujung pada kegagalan karena banyak orang kembali ke berat badan sebelumnya.
Dr David Ludwig, seorang profesor nutrisi di Harvard School of Public Health, sebagaimana dikutip dari laman TIME, menyatakan, laju kesuksesan pengobatan terhadap obesitas memang rumit dan luar biasa serta setiap tahun bisa berubah-ubah.
Dalam bukunya, Always Hungry, Ludwig membantah bahwa kunci menurunkan berat badan adalah mengurangi makan. Itu karena mengabaikan rasa lapar hanya efektif beberapa bulan, tetapi tidak secara permanen. Secara biologi, diet tradisional ini bekerja tidak sesuai dengan tubuh dan biologis manusia.
Lalu, bagaimana cara yang tepat? Menurut Ludwig, caranya dengan mengonsumsi tipe makanan yang baik untuk tubuh. Tidak masalah yang mengandung lemak, asalkan lemak yang baik seperti yang terkandung dalam alpukat dan kacang. Makanan yang harus dihindari adalah karbohidrat olahan, seperti biskuit, keripik, dan roti.
Cara diet yang tepat adalah dengan mengonsumsi tipe makanan yang baik untuk tubuh.
Menurunkan berat badan memang butuh usaha keras. Karena itulah, untuk mencapai hasil yang instan, tidak sedikit orang yang berani mengonsumi obat pelangsing.
Iklan pil penurun berat badan kini bertebaran di media sosial, bahkan didukung oleh orang terkenal. Iming-iming harga yang murah dan hasil yang maksimal mampu membuat banyak orang terkecoh. Padahal, mengonsumsi obat tanpa resep dalam jangka waktu lama sangat berbahaya.
Sebanyak 12,3 persen responden mengaku pernah mengonsumsi obat untuk menurunkan berat badan. Meski tergolong sedikit, angka ini bisa menunjukkan bahwa terdapat sebagian kecil masyarakat yang melakukan cara tidak aman.
Studi dari American College of Medical Toxicology, seperti dikutip dari laman The Telegraph, menyatakan, di tahun 2011 terdapat 62 orang tewas akibat mengonsumsi obat pelangsing yang dijual bebas di pasaran. Sebelumnya, jumlah korban tewas terpantau meningkat sepanjang 2001 hingga 2010.
Pada akhirnya, tubuh langsing bukanlah segalanya. Jika ingin langsing, harus mengikuti cara yang benar menurut kesehatan agar tidak salah jalan. Jangan sampai jiwa jadi korban hanya demi kepuasan sesaat. (IDA AYU GRHAMTIKA SAITYA/LITBANG KOMPAS)