Merunut Capaian Medali Emas Indonesia di Asian Games
Indonesia berhasil mengakhiri penantian medali emas Asian Games pada sejumlah cabang olahraga. Tenis, karate, hingga balap sepeda kembali naik ke podium tertinggi setelah cukup lama berpuasa gelar. Kini, harapan prestasi olahraga Indonesia tak hanya bertumpu pada bulu tangkis semata.
Sejak Asian Games 1962, Indonesia memang tak pernah absen meraih medali emas. Dalam hajatan Asian Games setidaknya beberapa medali emas berhasil disabet para atlit Indonesia. Hingga tahun 2014, Indonesia hanya memperoleh rata-rata empat medali emas pada setiap ajang Asian Games. Namun, jumlah medali emas yang diraih Indonesia itu masih tergolong minim.
Hingga tahun 2014, medali emas terbanyak yang berhasil diraih oleh Indonesia sebanyak 11 medali terjadi pada Asian Games 1962, di Jakarta. Sementara itu, medali emas paling sedikit diraih pada Asian Games tahun 1986. Saat itu, Indonesia hanya memperoleh satu medali emas.
Capaian jumlah medali di Asian Games 2018 menjadi sebuah mercusuar prestasi olahraga. Indonesia berhasil meraih total 31 medali emas dari 13 cabang olahraga. Berkat capaian ini, rata-rata raihan medali emas meningkat dari empat emas, menjadi enam medali dalam setiap ajang Asian Games yang diikuti negara ini.
Tak hanya raihan medali, jumlah cabang olahraga penyumbang medali emas juga mencatatkan rekor terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia dalam ajang Asian Games. Rekor ini diperoleh seiring berhasilnya beberapa cabang olahraga mengakhiri puasa gelar. Beberapa cabang olahraga yang kembali berhasil naik podium tertinggi di antaranya adalah tenis, dayung, karate, hingga balap sepeda.
Prestasi Disegani
Pada Era Orde Baru, tenis menjadi salah satu primadona bagi dunia olahraga Indonesia. Cabang olahraga ini menyumbangkan medali emas dalam sembilan ajang Asian Games sejak tahun 1966. Selama lebih dari tiga dekade, atlet tenis Indonesia menjadi salah satu pihak yang disegani di Asia.
Hal ini tidak terlepas dari pembinaan atlet yang dilakukan. Regenerasi berhasil dilakukan oleh cabang olahraga tenis dengan menghasilkan para atlet muda. Salah satu atlet muda yang sukses saat itu adalah Yayuk Basuki. Saat berusia 19 tahun, Yayuk telah memenangi medali emas pada Asian Games 1990 di Beijing, China.
Namun, sejak tahun 2006, Indonesia harus puasa medali emas dari cabang tenis. Indonesia baru berhasil meraih kembali medali emas pada cabang ini dalam Asian Games 2018. Medali emas diraih pada nomor ganda campuran melalui atlet Christopher Benjamin Rungkat dan Aldila Sutjiadi.
Pada Asian Games 2018, Indonesia juga berhasil mengakhiri puasa gelar dari cabang karate. Medali emas diraih oleh Rifki Ardiansyah Arrosyiid pada kelas 60 kilogram (kg) putra. Rifki berhasil mengalahkan atlet senior asal Iran, Amir Mahdi Zadeh.
Terakhir kali, Indonesia sukses memperoleh medali emas pada cabang karate dalam Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan. Saat itu, Muhammad Hasan Basri berhasil meraih medali emas pada nomor kumite kelas -65 kg putra.
Dari cabang balap sepeda, Indonesia juga kembali berhasil mengakhiri puasa medali emas. Podium tertinggi Asian Games terakhir kalinya dirasakan oleh atlet balap sepeda Indonesia pada tahun 1962. Indonesia saat itu berhasil meraih tiga medali emas dari nomor team time trial, open road race, dan team open road race.
Setelah 56 tahun, balap sepeda akhirnya kembali meraih podium tertinggi. Kali ini, medali diperoleh pada cabang balap sepeda gunung downhill putra dan putri. Dua medali emas diraih oleh Khoiful Mukhib dan Tiara Andini Prastika. Keduanya kini menjadi pebalap dengan peringkat tertinggi di Asia versi induk organisasi balap sepeda dunia, Union Cycliste Internationale.
Tak hanya itu, setelah sempat berpuasa gelar pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, tim dayung Indonesia juga kembali sukses menggemakan lagu Indonesia Raya. Medali emas diraih pada kelas ringan delapan putra di Arena Dayung, Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang.
Regenerasi Pemain
Suksesnya Indonesia mengakhiri puasa medali emas ini tidak terlepas dari regenerasi yang dilakukan. Hal ini terlihat dari sejumlah atlet berusia muda yang berhasil menyumbangkan medali emas untuk Indonesia.
Usia rata-rata penyumbang medali emas Indonesia dalam ajang Asian Games ke-18 2018 adalah 24,4 tahun. Rata-rata usia ini lebih muda dibandingkan peraih medali emas Asian Games 2014 lalu, yaitu 25,3 tahun.
Dari 52 atlet yang berhasil meraih medali emas dalam Asian Games 2018, 52 persen di antaranya merupakan atlet dengan usia di bawah rata-rata. Bahkan, terdapat 18 atlet peraih medali emas yang masih berusia di bawah 23 tahun.
Salah satu atlet muda peraih medali emas bagi Indonesia adalah Rajiah Sallsabillah, atlet dari cabang panjat tebing nomor beregu putri. Berusia 19 tahun, Rajiah sukses mempersembahkan medali emas pada cabang panjat tebing beregu putri untuk pertama kalinya bagi Indonesia.
Pada nomor perseorangan, Aji Bangkit Pamungkas, atlet pencak silat juga berhasil menyumbangkan medali emas. Aji masih berusia 19 tahun saat memperoleh medali emas kelas 85 kg-90 kg Putra.
Atlet-atlet muda memang menjadi tumpuan negara-negara lainnya untuk meraih medali emas. Negara-negara di Asia Timur yang selama ini menguasai perolehan medali emas dalam ajang Asian Games juga tak ragu mengikutsertakan atlet muda mereka.
Jepang adalah salah satu negara yang berhasil melakukan regenerasi atlet. Bahkan, salah satu atlet asal Jepang, Rikako Ikee, baru berusia 18 tahun saat berhasil meraih enam medali emas sekaligus pada ajang Asian Games 2018. Wanita ini kemudian dinobatkan sebagai atlet terbaik dalam Asian Games 2018.
Harapan Baru
Prestasi Indonesia dalam ajang Asian Games 2018 memberikan harapan baru pada capaian prestasi olahraga Indonesia. Selama ini, harapan tersebut tertuju pada cabang olahraga bulu tangkis dan tenis.
Sepanjang seluruh ajang Asian Games yang diikuti, bulu tangkis dan tenis memang menjadi cabang olahraga terbanyak penyumbang medali emas. Kedua cabang olahraga ini menyumbangkan 43 medali atau 47 persen dari total medali emas Indonesia.
Bulu tangkis pertama kali menyumbangkan medali emas bagi Indonesia pada tahun 1962. Saat itu, cabang olahraga bulu tangkis untuk pertama kalinya dipertandingkan dalam ajang Asian Games. Indonesia selaku tuan rumah berhasil meraih lima medali emas sekaligus. Bulu tangkis pun menjadi cabang olahraga penyumbang medali emas terbanyak bagi Indonesia saat itu.
Medali emas ini disumbangkan oleh nomor regu putra, regu putri, tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri. Salah satu penyumbang medali emas saat itu adalah Minarni yang berhasil meraih tiga medali emas dari nomor regu putri, tunggal putri, dan ganda putri. Sejak saat itu, harapan untuk mendulang medali bertumpu pada bulu tangkis.
Sejak Asian Games 1962 hingga 2018, bulu tangkis berhasil meraih 28 medali emas. Cabang olahraga ini menyumbang 31 persen dari total perolehan medali emas Indonesia. Terakhir, bulu tangkis menyumbangkan dua medali emas dalam ajang Asian Games 2018 dari nomor tunggal putra dan ganda putra.
Bulu tangkis juga menjadi cabang olahraga paling konsisten menyumbangkan medali. Sejak dipertandingkan pertama kali pada tahun 1962, atlet bulu tangkis Indonesia hanya gagal dua kali meraih medali emas. Kegagalan ini terjadi pada tahun 1986 di Korea Selatan dan tahun 1990 di China.
Salah satu penyebab kegagalan yang disoroti saat itu adalah regenerasi. Gugurnya atlet bulu tangkis yang bersamaan dengan musim gugur di Korea pun menjadi bahan evaluasi bagi dunia bulu tangkis Indonesia saat itu.
Namun, bulu tangkis Indonesia berhasil bangkit dan membuahkan hasil. Sejak Asian Games 1994 hingga 2018, bulu tangkis selalu berhasil menyumbangkan medali emas. Pelatnas bulu tangkis di Jakarta selalu berhasil melahirkan pemain muda yang berprestasi.
Sebut saja nama Taufik Hidayat yang berhasil menyumbangkan medali emas pada usia 17 tahun pada tahun 1998. Taufik saat itu turut andil menyumbangkan medali emas dalam nomor beregu putra setelah mengalahkan atlet unggulan asal China, Lou Yigang.
Atlet-atlet muda terus dihasilkan pada cabang olahraga bulu tangkis. Terakhir, nama Jonatan Christie turut menjadi penyumbang medali emas. Pada usia 20 tahun, ia telah sukses meraih medali emas dari nomor tunggal putra. Kini, Jonatan menduduki peringkat 12 dunia atau naik tiga peringkat setelah Asian Games ke-18, 2018.
Prestasi Tenis
Selain bulu tangkis, tenis juga cukup banyak menyumbangkan medali emas sepanjang ajang Asian Games. Cabang olahraga ini menyumbangkan 15 medali emas bagi Indonesia. Raihan ini menempatkan tenis sebagai cabang olahraga penyumbang medali kedua terbanyak bagi Indonesia.
Secara total, tenis menyumbangkan 16 persen dari perolehan medali emas Indonesia sepanjang ajang Asian Games. Indonesia pertama kali memperoleh medali emas dari cabang tenis pada Asian Games 1966 di Bangkok, Thailand. Saat itu, medali emas diraih dari nomor tunggal putri, ganda putri, dan beregu putri.
Bintang Indonesia saat itu adalah Lanny Kaligis. Lanny yang saat itu baru berusia 17 tahun berhasil menyumbangkan tiga medali emas sekaligus dari tiga nomor, yaitu tunggal putri, ganda putri, dan beregu putri. Selain itu, juga terdapat nama Lita Liem dan Mien Suhadi yang juga memenangkan medali emas.
Pada Asian Games 2018, tenis kembali sukses meraih medali emas setelah berpuasa selama 18 tahun. Tenis kembali membuka harapan Indonesia untuk kembali berprestasi pada tingkat internasional seperti tiga hingga empat dekade silam.
Selain bulu tangkis dan tenis, Indonesia kini memiliki cabang olahraga baru yang sukses mendulang emas Asian Games. Jetski, angkat besi, karate, tenis, dan taekwondo adalah cabang olahraga yang sukses menyumbangkan medali emas untuk pertama kalinya dalam ajang Asian Games. Dari beberapa cabang olahraga tersebut, panjat tebing, karate, dan angkat besi kini menjadi harapan Indonesia dalam ajang yang lebih besar, olimpiade.
Perhatian Khusus
Berakhirnya puasa medali dan suksesnya cabang-cabang baru di Asian Games dapat menjadi pemantik bagi cabang olahraga lainnya untuk berprestasi. Pasalnya, masih terdapat beberapa cabang olahraga seperti renang dan tinju yang belum berhasil mengakhiri paceklik medali emas.
Cabang olahraga tinju terakhir kali meraih medali emas dalam Asian Games 1990 di Beijing, China. Sementara itu, pada cabang renang, Indonesia hingga saat ini baru memperoleh satu medali emas sepanjang Asian Games berlangsung. Medali emas terakhir dari cabang renang diraih pada Asian Games 1962 di Jakarta.
Saat itu, medali emas diraih oleh atlet Lanny Gumulya pada nomor loncat indah 3 meter putri. Medali ini sekaligus menjadi emas yang pertama dan terakhir bagi Indonesia dari cabang renang. Nama Lanny Gumulya pun hingga saat ini masih dikenang. Terakhir, ia dipercaya sebagai salah satu pembawa obor dalam acara pembukaan Asian Games 2018.
Seperti diketahui, renang adalah salah satu cabang yang menjadi tumpuan bagi negara-negara yang mendominasi perolehan medali Asian Games. China dan Jepang bahkan mendulang banyak medali emas dari cabang renang.
Pada tahun 2018, China memperoleh 19 medali emas dari cabang renang dan 2 medali emas dari cabang renang artistik. Medali emas dari cabang renang menjadi yang terbanyak diraih oleh China dibandingkan cabang olahraga lainnya.
Jepang, peringkat kedua Asian Games 2018, juga memperoleh 19 medali emas. Secara total, raihan medali emas dari cabang renang dikuasai oleh kedua negara ini. Medali emas lainnya kemudian diraih oleh Singapura sebanyak dua medali emas dan Korea Selatan sebanyak satu medali emas.
Indonesia sendiri belum berhasil meraih medali emas dalam Asian Games tahun ini. Raihan terbaik pada cabang renang adalah pada Asian Games 1990 di Beijing, China. Saat itu, Indonesia berhasil medali perunggu pada nomor 100 meter gaya dada putra dan 100 meter gaya bebas putra.
Jika Indonesia ingin bersaing ke level internasional, renang adalah salah satu cabang olahraga yang harus diperhatikan. Pasalnya, renang menjadi salah satu cabang olahraga yang memperebutkan medali terbanyak. Jika renang sudah dikuasai, bukan hal yang mustahil Indonesia mampu menyaingi prestasi olahraga negara-negara di Asia Timur.(DEDY AFRIANTO/LITBANG KOMPAS)