Tiga negara di Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada memiliki lingkaran relasi perdagangan. Kerja sama ketiganya terajut dalam forum Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang berlangsung sejak 1994. Hingga 2015, nilai perdagangan ketiga negara ini tercatat sebanyak 1,4 triliun dollar AS, naik dari 297 miliar dollar AS di awal berdirinya.
Kerjasama dapat berjalan mulus karena barang-barang yang diperdagangkan antar ketiga negara tersebut tidak mendapat tarif impor tinggi. Konsumen AS dapat menikmati produk murah merek dunia yang diproduksi di Meksiko, seperti Toyota, Ford, dan Honda.
Namun, relasi ini mulai renggang, setelah Trump pada September 2017 silam, menyatakan NAFTA merugikan AS karena mengurangi kesempatan kerja dan membuat neraca perdagangan AS mengalami defisit besar dengan Meksiko dan Kanada. Trump juga menuntut imbal balik yang saling menguntungkan pada kedua negara melalui negosiasi ulang perjanjian NAFTA.
Setelah satu tahun berunding dan beberapa kali mengalami kebuntuan, ketiga negara sepakat untuk membuat perjanjian perdagangan pengganti. Perundingan sempat mengalami kebuntuan akibat kebijakan AS menerapkan tarif atas impor baja dan aluminium. AS juga meminta Kanada untuk memberlakukan petani-petani AS dengan lebih baik. Meksiko juga diharuskan menghentikan peredaran obat- obatan terlarang ke AS karena membuat jutaan warga AS kecanduan.
Negosiasi trilateral ini akhirnya menemui titik terang pada Jumat (28/9/2018). Kebuntuan tuntas ketika Trump menerima proposal perjanjian yang diajukan Kanada. Perjanjian ini memberikan beberapa keuntungan bagi AS. Presiden Donald Trump menegaskan bahwa revisi perjanjian NAFTA akan menggelontorkan dana dan lapangan pekerjaan ke dalam AS secara besar besaran.
Selain itu, perjanjian ini juga memberi konsesi baru bagi petani di AS dan membentuk peraturan baru untuk menyongsong perdagangan digital yang mulai menjamur dewasa ini. Revisi NAFTA, yang kemudian namanya diganti dengan United States-Mexico-Canada Agreement atau USMCA menjadi keberhasilan terbesar Trump dalam rentetan negosiasi terkait perdagangan AS.
Harian The Wall Street Journal memuji keberhasilan Trump dalam negosiasi pakta ekonomi Amerika Utara tersebut. Apresiasi kepada Trump juga datang dari kalangan pelaku industri di AS. General Motors Co. menyampaikan bahwa perjanjian ini menenangkan para investor dan pebisnis yang sempat dibuat khawatir oleh sikap keras Trump di NAFTA dan perang dagang dengan China.
Menatap China
Selain tuntasnya perundingan AS dan mitranya di Amerika Utara, pemberitaan koran juga mengulas poin penting tercapainya perjanjian tersebut. Kesepakatan tiga negara ini menjadi sinyal strategi Trump yang akan dilakukan dalam negosiasi perdagangan dunia, terutama dengan China.
Presiden Trump mengatakan bahwa keberhasilannya menggunakan ancaman ekonomi dan taktik keras untuk menekan Kanada dan Meksiko akan digunakan sebagai model untuk negosiasi di masa depan. Hal ini menjadi peringatan bagi pemimpin dunia yang akan diajak Trump bernegosiasi seperti Uni Eropa, China, Jepang, India dan Brazil.
Walaupun bersemangat dalam menuturkan keberhasilannya di perjanjian USMCA, Trump masih enggan untuk membahas kelanjutan perang dagang AS dengan China. Trump masih mempertahankan posisi AS saat ini dan menunggu momentum agar tercapai perjanjian yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. AS diperkirakan akan tetap mempertahankan tarif sebesar 250 miliar dollar AS terhadap barang buatan China hingga waktu yang belum ditentukan.
Dampak perang dagang dengan China mulai berdampak di AS. Koran China Daily meneropong akibat yang muncul dari kebijakan pajak tambahan di AS untuk barang dari China. Reaksi mulai bermunculan pihak dari AS yang merasa dirugikan dari perang dagang ini.
Fenomena ini juga diungkapkan Ketua Federal Reserve Amerika Serikat Jerome Powell yang juga memperingatkan bahwa konsumen AS sudah mulai bisa merasakan sengatan dari gesekan perdagangan AS-China. The Fed memberikan informasi bahwa harga eceran barang-barang di AS sudah mulai bergerak naik.
Hal yang sama juga diungkapkan National Retail Federation AS. Prediksi National Retail Federation mengungkapkan bahwa seluruh industri ritel di AS akan terpukul oleh tarif yang diumumkan oleh Trump pertengahan September 2017 lalu.
Hal ini dikarenakan hampir semua pengecer besar di AS menjual produk yang diimpor dari China. Beberapa barang yang terdampak oleh kenaikan pajak itu merupakan barang yang digunakan oleh masyarakat AS sehari hari seperti mesin cuci, pengering, tas, makanan laut, karpet, sampo, peralatan, sarung tangan bisbol, hingga bungkus kado. (RANGGA EKA SAKTI/LITBANG KOMPAS)