Dunia Pariwisata Thailand
Thailand memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Lokasi-lokasi tersebut antara lain kota Bangkok, Chonburi, Rayong, dan Pattaya. Tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi di Bangkok adalah Siam Niramit, Pat Pong, Wat Pho, Wat Arun, Mahboonkrong (MBK) Center, Chatuchak, Sungai Chao Phraya, dan Grand Palace yang merupakan tempat tinggal Raja Thailand.
Siam Naramit menawarkan pertunjukan kolosal yang melibatkan lebih dari 100 pemain dengan tata panggung yang megah. Pertunjukan penuh makna tentang sejarah dan perkembangan Thailand serta budaya masyarakat. Dengan atraksi kolosal Siam Niramit memegang rekor panggung yang dicatat Guinness World Records.
Lain di Bangkok lain pula di Chonburi. Perusahaan perhiasan batu mulia KK International Jewelry Company Limited menjadi salah satu destinasi di Chonburi. Selain itu, ada taman bermain Cartoon Network. Taman bermain tersebut diklaim hanya satu-satunya di dunia. Wisata Chonburi juga dikembangkan seiring ditunjuknya Chonburi sebagai koridor ekonomi di Thailand timur (EEC).
Destinasi lain dalam catatan Kompas adalah Rayong yang menawarkan kebun buah Suphattra Land dan rumah makan bernuansa hutan dengan toilet terbaik di dunia, Tamnanpar. Sedangkan di Pattaya, lokasi menarik yang dijumpai adalah Alcazar sebuah tempat produksi madu bunga opium dan tentu saja pantai terkenal Pattaya.
Wisata pantai lain yang menarik adalah Pulau Phi Phi. Pulau kecil di Thailand ini sangat terkenal dengan keindahan teluk pantai dan bukit-bukit kapurnya. Film The Beach yang dibintangi aktor Leonardo Dicaprio mengambil salah satu lokasi pengambilan gambarnya di pulau ini.
Untuk rumah makan, salah satu pilihannya adalah Royal Dragon. Tidak sekadar rumah makan, eksterior dan interior bergaya Thailand, sebuah pagoda, dengan beberapa bangunan terpisah yang keempat sisi atapnya lancip menjadi pemandangan tersendiri. Keunikan dan daya tampung rumah makan ini yang mencapai 5.000 orang, di antaranya, membuat Royal Dragon masuk Guinness Book of Record.
Thailand juga mengembangkan destinasi baru dengan menggarap wisata olahraga golf. Banyak lapangan golf dibangun di daerah tujuan wisata yang sudah sangat dikenal wisatawan, seperti Chiang Mai dan Pantai Pattaya. Di Pattaya, destinasi wisata Thailand dengan jumlah wisatawan 8 juta per tahun, misalnya, sudah dibangun 14 lapangan golf. Itu baru di Pattaya, belum lapangan golf di kota wisata Chiang Mai yang juga sejumlah 14 (Kompas 28/4/2016).
Wisata berkelanjutan
World Travel and Tourism Council mencatat Thailand menjadi salah satu negara tujuan pariwisata yang berkembang paling cepat dari tahun 2006 hingga saat ini. Lebih dari 29 juta wisatawan berkunjung ke Thailand pada tahun 2017 dengan total pendapatan sebesar 44,6 miliar dollar AS. Selain itu, serapan tenaga kerja di sektor pariwisata mencapai 6,3 persen dari total penduduk. Dari sektor PDB, industri pariwisata mengambil porsi 9,3 persen atau sekitar 36,4 miliar dollar AS.
Daya saingnya juga cukup mengagumkan. Travel & Tourism Competitiveness Index tahun 2017 mencatat, Thailand berada di posisi 34 dari 136 negara di seluruh dunia. Parameter sumberdaya alam menempati nilai tertinggi dengan peringkat ke-7. Catatan yang harus dibenahi Thailand adalah perbaikan di sisi lingkungan yang berkelanjutan.
Rekomendasi Travel & Tourism Competitiveness Index tersebut menjadi perhatian pemerintah Thailand untuk mengembangkan kegiatan wisatanya. Salah satu caranya adalah pembatasan jumlah turis dan lama tinggal di suatu lokasi wisata. Strategi ini diyakini otoritas pariwisata setempat mampu membawa dampak besar terhadap aspek ekologi yang mendukung kualitas lingkungan yang berkelanjutan.
Salah satu Taman Nasional yang dilakukan reformasi kebijakan kunjungan dan pariwisata adalah The Mu Ko Similan National Park di Provinsi Phang Nga. Kunjungan wisatawan dibatasi hanya 3.850 orang per hari dengan disertai aturan-aturan yang ketat, seperti pembelian asuransi dan pembatasan penggunaan plastik.
Taman Nasional ini ditutup sejak bulan Mei 2018 dan dibuka kembali bulan Oktober 2018, tepatnya tanggal 15 Oktober 2018. Hasilnya, wisatawan akan mendapatkan pemandangan dan pengalaman berwisata di pantai yang jauh lebih tenang. Pembatasan jumlah wisatawan dan ketatnya aturan yang ditegakkan bertujuan untuk memastikan pengunjung dan ekosistem dapat berjalan berdampingan, sehingga tidak ada yang dirugikan.
Melihat perkembangan pariwisata di Kepulauan Similan yang sangat signifikan, ancaman kerusakan ekosistem pun makin terlihat jelas. Daya tarik Taman Nasional yang diresmikan tahun 1982 memang tak diragukan. Keberagaman biota laut sangat kaya, terdiri dari terumbu karang, perairan yang jernih, pantai berpasir putih, dan salah satu spot menyelam terbaik di dunia.
Kepulauan Similan terdiri dari 11 gugusan pulau yang terletak sejauh 70 kilometer dari Laut Andaman dengan luas wilayah mencapai 70 kilometer persegi. Arti nama Mu Ko Similan adalah “Mu Ko” yang berarti “gugusan pulau”, dan “Similan” yang berarti “Sembilan”. Sebenarnya ada sembilan pulau utama yang dinamai menggunakan angka 1 sampai 9, namun pada tahun 1998 ditambahkan dua pulau lagi.
Waktu kunjungan terbaik ke Kepulauan Similan adalah Desember hingga April saat musim kering. Setiap pulau memiliki atraksinya masing-masing, seperti taman koral, hiu karang, spot selam “taman eden timur dan barat”, hingga susunan batu-batu karang.
Total ada 51 spesies biota laut, 56 spesies burung, mamalia, penyu, hingga ular. Kebijakan pembatasan pengunjung bukan pertama kali dilakukan oleh Departemen Konservasi Tumbuhan dan Satwa (DNP). Untuk periode selanjutnya, kebijakan di kepulauan Similan akan diuji coba di beberapa Taman Nasional lainnya, seperti Taman Nasional Mu Ko Surin, Mu Ko Phi Phi, dan Mu Ko Lanta.
Thailand menangkap peluang di sektor pariwisata, mengingat pergerakan pertumbuhan industri perjalanan dan pariwisata sangat masif. World Economic Forum mencatat pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai 4.700 persen dari tahun 1950 hingga 2015. Jika diproyeksikan ke tahun 2030, secara global ada potensi sebanyak 1,8 miliar orang yang berwisata.
Selain dari sisi jumlah yang meningkat tajam, wisatawan di masa depan juga mengalami perubahan. Amadeus, perusahaan riset perjalanan dan pariwisata, melakukan riset besar pada 2015 untuk mengetahui pola orang-orang saat berwisata di masa mendatang.
Hasilnya, pertimbangan geografis sudah tidak menjadi prioritas saat berwisata, namun lebih mempertimbangkan tujuan dan motivasi. Oleh sebab itu, wisatawan dibagi dalam enam kelompok, yaitu Simplicity Searcher, Cultural Purist, Social Capital Seekers, Reward Hunter, Obligation Meters, dan Ethical Travelers.
Ini adalah tantangan bagi sektor pariwisata di seluruh dunia. Sebagaimana Thailand, Indonesia harus bekerja keras untuk berbenah, agar lebih siap menyambut gelombang wisatawan mancanegara dengan paradigma baru. (YOESEP BUDIANTO/LITBANG KOMPAS)