Pentingnya Merawat Wajah walau Tak Murah
Bagi sebagian publik, merawat wajah sudah menjadi kebutuhan. Kesehatan kulit wajah menjadi penting agar penampilan tampak bersih dan terawat. Kini, perawatan wajah tidak hanya dianggap penting oleh kelompok perempuan, tetapi juga laki-laki. Sebagian publik rela mengeluarkan anggaran bulanan yang tak sedikit demi mendapatkan wajah yang bersih, segar, dan tampak awet muda.
Gambaran tersebut tampak dari hasil jajak pendapat terhadap 556 responden di 16 kota besar di Indonesia. Separuh dari responden yang berhasil diwawancarai mengaku biasa melakukan perawatan wajah. Pengakuan tersebut dilontarkan baik oleh responden perempuan maupun responden laki-laki. Tujuan merawat wajah tidak melulu dianggap sekadar bergenit ria, tetapi sebagai bagian dari menjaga kesehatan tubuh, khususnya kulit.
Meningkatnya kecenderungan publik untuk merawat wajah tak lepas dari peran industri kecantikan. Beragam produk kecantikan gencar beriklan dengan berbagai cara di berbagai platform media. Perawatan wajah pun tak lagi sekadar menggunakan sabun atau busa pembersih muka.
Industri perawatan tubuh dan kecantikan membuat berbagai produk bertingkat sebagai rangkaian perawatan wajah, mulai dari penggunaan produk paling sederhana, seperti sabun pembersih muka, krim pembersih, hingga rangkaian tahapan perawatan kulit dengan proses berlapis.
Kini, pria yang memelihara wajah pun tidak lagi dianggap kehilangan sisi maskulinnya. Menjadi pria bukan berarti tidak perlu menjaga kesehatan kulit wajah. Meskipun demikian, laki-laki cenderung memilih perawatan wajah yang lebih sederhana dibandingkan dengan perempuan.
Mayoritas laki-laki merasa cukup merawat wajah dengan sabun atau busa pembersih muka. Sabun atau busa pembersih khusus wajah menjadi bagian terpenting dan paling mendasar dalam perawatan kulit wajah. Sabun berfungsi mengangkat kotoran, debu, dan sel-sel kulit mati dari kulit wajah.
Sementara itu, kelompok perempuan cenderung lebih detail dalam merawat wajah. Mereka tidak hanya rutin menggunakan sabun pembersih wajah, tetapi juga menggunakan krim pembersih, krim pagi dan malam, serta masker wajah. Lebih jauh, banyak perempuan yang secara rutin berkunjung ke dokter kulit atau klinik kecantikan untuk merawat wajah mereka.
Meningkatnya kesadaran publik dalam merawat tubuh sejalan dengan masifnya pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia. Beragam praktik perawatan wajah pun berubah dari model perawatan ala tradisional ke praktik yang mengedepankan peralatan dengan teknologi modern.
Tidak hanya produk perawatan wajah yang diproduksi massal dari pemain besar lokal dan regional yang membanjiri pasar Indonesia, kehadiran klinik-klinik perawatan wajah bagi perempuan dan laki-laki pun tumbuh pesat. Banyak klinik kecantikan yang tidak hanya menyediakan jasa dokter spesialis, tetapi juga menawarkan metode perawatan dengan teknologi canggih tanpa bedah, seperti laser.
Tren
Lebih dari 80 persen publik mengaku membeli produk perawatan wajah di apotek, hipermart, supermarket, atau secara online. Mayoritas publik merasa lebih senang dan lebih cocok membeli produk perawatan wajah secara langsung daripada berdasarkan rekomendasi dokter atau ahli kulit.
Tren perawatan wajah di Indonesia disadari atau tidak kian terpengaruh oleh para penggemar kecantikan dunia yang dapat dilihat publik lewat internet, media sosial, dan lainnya. Produk perawatan wajah massal saat ini berkembang ke produk cosmoceuticals (kosmetikal). Produk kosmetikal cenderung menggabungkan antara unsur farmasi dengan kosmetika, kesehatan, dan kecantikan.
Produk ini diklaim lebih manjur, efektif, kredibel, dan terkonsentrasi dalam merawat kulit. Kiblat perawatan wajah pun tidak lagi didominasi produk ala Amerika dan Eropa, tetapi kian mengarah ke perawatan ala Korea dan produk-produk yang membawa bendera ”halal”.
Rata-rata pengeluaran publik per bulan untuk perawatan wajah kurang dari Rp 500.000. Namun, ada sekitar 6 persen publik yang rela merogoh kocek hingga Rp 1 juta per bulan untuk biaya perawatan wajah. Tak heran penjualan produk perawatan wajah meningkat pesat.
Riset pasar terkait produk perawatan kulit yang dirilis laman Grand View Research menyebut bahwa pasar produk perawatan kulit global mencapai 116,3 miliar dolar AS pada 2015. Pada tahun 2015, segmen krim wajah mendominasi pendapatan global, terhitung sebesar 58,7%. Segmen krim wajah antara lain adalah krim pencerah kulit, krim anti penuaan, dan krim pelindung matahari.
Sejumlah pemain utama di pasar perawatan wajah global antara lain adalah Estee Lauder Companies Inc., L’Oreal S.A., Shiseido Co. Ltd., Kose Corporation, Kao Corporation, Johnson dan Johnson Limited, The Unilever Plc, dan Procter and Gamble Company.
Sementara itu, berdasarkan riset Euromonitor International yang dirilis Mei 2018, menyimpulkan Unilever Indonesia (memegang merk Pond’s, Sunsilk, Lifebuoy, dan Clear) masih memimpin industri kecantikan massal dalam negeri. Dalam laporan tersebut disebutkan juga bahwa konsumen Indonesia cenderung lebih memilih produk perawatan wajah yang mencakup semua manfaat (all in one) seperti pelembab, tabir surya (spf), serta anti-penuaan.
Kiblat perawatan wajah konsumen Indonesia saat ini juga banyak mengarah ke perawatan ala Korea. Kulit yang cerah, bersih, dan halus ala Korea menjadi impian. Setidaknya ada 10 langkah Korean Skincare Routine atau 4-2-4 Cleansing Method yang disebut-sebut menjadi kunci wajah yang bersih dan sehat. Merek-merek Innisfree, Nature Republic, Laneige dari Korea ramai diperjualbelikan secara online. Bahkan, merek-merek Korea tersebut kini telah membuka gerainya di Indonesia.
Selain kiblat kulit wajah ala Korea, produk perawatan wajah yang berlabel ‘halal’ juga makin banyak diminati. Mengutip salah satu artikel di laman Future Market Insights (November 2017), terjadi lonjakan permintaan produk halal di kawasan Asia Pasifik seiring meningkatnya kesadaran konsumen tentang kewajiban agama.
Pasar kosmetik halal di Asia Pasifik diperkirakan tumbuh sekitar 9,9 persen selama periode 2015-2020. Wardah kosmetik adalah salah satu pelopor produk kosmetik yang mengedepankan prinsip kosmetik halal yang telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Selain Wardah, Sari Ayu yang diproduksi oleh Martina Berto, dan Mustika Ratu yang diproduksi oleh Mustika Ratu juga bersertifikasi halal.
Klinik
Publik kian menaruh kepercayaan terhadap klinik perawatan wajah dan kulit yang menyediakan jasa dokter spesialis. Tak kurang dari 12 persen responden yang dijajaki pendapatnya menyatakan membeli produk perawatan wajah sesuai anjuran dokter. Setidaknya 10 persen responden perempuan dan 3 persen responden laki-laki membeli produk perawatan wajah berdasarkan rekomendasi dokter.
Kebutuhan untuk merawat wajah sesuai rekomendasi dokter spesialis kian tumbuh di Indonesia. Perawatan wajah yang dahulu mengandalkan salon kecantikan kini bergeser menjadi klinik-klinik perawatan kulit dengan tenaga medis dan dokter spesialis kulit.
Publik cenderung lebih percaya kepada tenaga medis ketimbang terapis kecantikan tradisional. Teknologi yang sering dipakai dalam dunia klinik perawatan kulit saat ini, antara lain, laser, ultrasound, dan radio frekuensi.
Bisnis klinik perawatan kulit dan wajah terus menggeliat seiring munculnya beragam gerai dan pemain baru. Menjamurnya klinik perawatan kulit dan wajah di sejumlah kota di Indonesia otomatis membuat persaingan bisnis di industri ini semakin ketat.
Pada 2018, Zap Clinic menambah 15 gerai di sejumlah kota di Indonesia. Sementara, Natasha Skin Clinic Center yang jauh lebih dulu hadir sudah memiliki 98 cabang di seluruh Indonesia dan satu cabang di Bangsar, Kuala Lumpur.
Salah satu pemain lama dalam industri kecantikan, Erha Clinic, telah memiliki 90 cabang yang tersebar di 39 kota di Indonesia dengan 450 dermatolog dan dokter. Ada pula Larissa Aesthetic Center yang memiliki sekitar 36 cabang di Indonesia.
Miracle Aesthetic Clinic bahkan sudah hadir di 13 kota dengan total 19 cabang. Pemain lain dalam industri ini, antara lain, House of Ristra, Ultimo Aesthetic and Dental Center, The Clinic Beautylosophy, dan Dermaster Aesthetic and Hair Clinic.
Begitulah, perawatan wajah sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian publik. Besarnya biaya seolah tak masalah asalkan bisa tampil percaya diri dengan wajah ”kinclong”. (SUSANTI AGUSTINA S/LITBANG KOMPAS)