Seberapa Solid Pemilih Partai Pendukung Jokowi dan Prabowo?
Jelang enam bulan Pemilu Presiden 2019, konsolidasi dukungan politik terhadap kedua pasangan calon presiden sudah semakin mengkristal. Pasangan calon presiden yang akan dipilih sudah semakin identik dengan pilihan partai politik koalisi pendukung presiden. Dengan kondisi seperti ini, aspek loyalitas dukungan politik menjadi kunci kemenangan.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan bagaimana pola konsolidasi dukungan politik di tingkatan para calon pemilih sudah terpolarisasi sedemikian cepat. Dalam kurun waktu satu bulan setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan kedua pasangan calon presiden (20 September 2018), pola dukungan sudah terbangun pada mayoritas calon pemilih (85,3 persen) dan menyisakan sebagian kecil saja (14,7 persen) yang belum menyatakan sosok calon presiden dan wakil presiden pilihannya.
Menjadi semakin menarik jika dikaji berdasarkan kualitas dukungan yang dinyatakan oleh setiap calon pemilih. Pendukung kedua pasangan calon presiden terlihat semakin loyal. Loyalitas dukungan yang terbangun pada kedua pasangan calon presiden kini sudah mencapai hampir dua pertiga bagian pemilih. Dengan perkataan lain, sebesar itu pula kekuatan strong voter dari setiap pasangan calon presiden.
Kondisi demikian berimplikasi langsung terhadap peta persaingan enam bulan sisa waktu hingga Pemilu Presiden 2019 mendatang. Artinya, dalam kurun waktu tersebut, jika tidak ada perubahan radikal yang menyertainya, kedua pasangan calon presiden bersaing hanya untuk memperebutkan celah yang semakin menyempit.
Selain memperebutkan porsi pemilih yang belum menyatakan pilihan (swing voter), kedua pasangan calon presiden berpotensi mengubah pilihan sepertiga bagian calon pemilih yang rentan berubah.
Dengan kondisi tersebut, sekalipun loyalitas dukungan sudah semakin mengkristal, ruang perubahan masih tetap terbuka. Pertanyaannya, barisan dukungan politik mana yang paling solid dan mana pula yang masih menyisakan celah kerapuhan dukungan?
Dalam hasil survei ini, apabila dilakukan pemilahan tiap-tiap responden calon pemilih berdasarkan partai politik yang menjadi pilihan mereka, semakin jelas terpaparkan bagaimana pola dukungan calon presiden sudah semakin terpolarisasi. Hasil survei menunjukkan, terdapat suatu relasi yang searah antara pilihan presiden dan pilihan partai politik.
Mayoritas pemilih pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga merupakan pemilih partai-partai politik yang berkoalisi mendukung pasangan calon presiden tersebut. Begitu pula mayoritas pemilih pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno merupakan pemilih partai-partai politik yang mengusung pencalonan mereka.
Akan tetapi, sekalipun tampak loyalitas dukungan terbentuk, masih terdapat variasi ruang dukungan yang berbeda-beda di antara dua kelompok koalisi partai politik pendukung calon presiden tersebut.
Pada barisan partai-partai pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, pemilih PDI-P menjadi yang paling loyal. Saat ini, hampir dapat disimpulkan, seluruh pemilih PDI-P cenderung memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Selanjutnya, dukungan yang tampak tinggi juga dari pemilih PKB dan Nasdem. Sedikitnya tiga perempat bagian pemilih kedua partai ini menyatakan memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin (Grafik 1).
Begitu pula dari sisi loyalitas, hasil survei menunjukkan, ketiga partai menjadi basis pendukung terloyal dari Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Tidak kurang dari tiga perempat bagian dari pemilih PDI-P, Nasdem, dan PKB menyatakan, pilihannya terhadap Joko Widodo-Ma’ruf Amin tidak akan berubah lagi.
Selain PDI-P, Nasdem, dan PKB, proporsi dan loyalitas dukungan terhadap pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin tampak sedikit lebih rendah pada Golkar dan PPP. Sekalipun pendukung kedua partai tersebut sudah terlihat berhasil mengonsolidasikan dukungan yang sejalan dengan arah kebijakan partai, masih terlihat sekitar 40 persen yang justru mendukung pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Sekalipun dari sisi proporsi dukungan relatif lebih sedikit, dari sisi loyalitas pemilih kedua partai tersebut tampak berbeda. Pemilih PPP yang menyatakan mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin tampak lebih solid. Lebih dari tiga perempat bagian responden menyatakan tidak akan mengubah pilihannya pada Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Sementara di sisi yang berbeda, pendukung Golkar yang tergolong loyal dan tidak akan berpindah dukungan pada calon presiden lain tercatat 63,9 persen. Sisanya 36,1 persen yang memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih mungkin berubah.
Dibandingkan dengan partai-partai koalisi pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dukungan dan loyalitas pendukung partai-partai koalisi dukungan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno relatif lebih solid. Tidak hanya proporsi dukungan, tetapi juga kadar loyalitas relatif lebih tinggi pada seluruh partai.
Pemilih Gerindra memang tampak paling tinggi. Seperti pada PDI-P yang mengusung kadernya, Joko Widodo, Gerindra yang menampilkan kedua kadernya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, dipilih oleh mayoritas pemilih Gerindra. Dari sisi loyalitas pun tergolong sangat tinggi, hampir tiga perempat bagian pemilih Gerindra menyatakan tidak akan mengubah dukungan terhadap calon presiden mereka.
Kondisi yang tidak berbeda juga terjadi pada PKS, PAN, dan Demokrat. Dukungan pemilih ketiga partai tersebut terhadap Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sedikitnya dua pertiga bagian pemilih. Pemilih PKS menjadi yang terbesar, mencapai hingga tiga perempat bagian pemilihnya. Terkecil pada pendukung Demokrat (65,5 persen), yang jika ditelusuri terdapat sebagian pemilih partai ini yang hingga kini belum menentukan pilihannya (Grafik 2).
Kekuatan loyalitas yang dibangun oleh tiap-tiap partai juga tampak tinggi. Setidaknya, tiga perempat bagian responden yang berasal dari Gerindra, PKS, Demokrat, dan PAN mengatakan, pilihan mereka terhadap Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak akan berubah.
Dengan konfigurasi pilihan dari masing-masing pemilih partai pendukung yang terbentuk, apa implikasinya terhadap persaingan politik kedua calon presiden tersebut? Siapa yang paling berpotensi memenangi pertarungan?
Berdasarkan hasil survei ini, jika kondisi yang terbangun saat ini terus-menerus terpertahankan, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin relatif diuntungkan. Persoalan bagi pasangan calon presiden ini relatif lebih terfokus pada menjaga kekuatan loyalitas pada pemilihnya. Loyalitas pemilih Golkar yang relatif lebih rendah dari partai lain menjadi titik krusial.
Persoalan yang berbeda pada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sekalipun loyalitas pemilih partai pendukung mereka tampak tinggi, masih juga belum menjadi jaminan bagi kemenangan. Problem menambah kuantitas barisan pendukung menjadi persoalan terbesar pasangan ini.
Kemenangan semakin potensial dapat diraih jika terjadi perubahan pola dukungan yang ditunjukkan dengan perubahan pilihan dari pemilih yang sebelumnya sudah menyatakan dukungan terhadap calon presiden pesaingnya. Faktor apa saja dan di mana perubahan pola dukungan yang memungkinkan dapat terjadi? (BERSAMBUNG). (LITBANG KOMPAS)
Metode Penelitian
Pengumpulan pendapat melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian +/- 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.