Dukungan Politik Pemilih Prabowo-Sandi Lebih Militan
Konsolidasi politik kedua pasangan calon presiden terhadap para calon pemilihnya mulai menuai hasil. Pemilih, selain menjadi semakin loyal terhadap sosok calon presiden pilihannya, beragam dukungan politik lain pun dilakukan. Sejauh ini, dibandingkan pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, pemilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno relatif lebih agresif.
Sekalipun Pemilu Presiden 2019 masih enam bulan lagi, peta persaingan politik di antara kedua pasangan calon presiden semakin mengkristal. Medan persaingan yang terjadi, kini tidak hanya terpusat pada beragam upaya yang dilakukan oleh pasangan Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi dalam mempengaruhi calon pemilih. Akan tetapi, arena persaingan juga sudah semakin sengit berlangsung di kalangan para pendukung kedua pasangan calon presiden tersebut.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan kadar loyalitas para pendukung yang sedemikian kuat, melampaui kekuatan relasi politik tak simetrik antara calon presiden dengan pendukungnya yang umum terbangun selama ini. Kedua pasangan calon presiden, kini tidak hanya berhenti sebatas berhasil mempengaruhi calon pemilih untuk memilih dirinya.
Namun, calon pemilih kini turut aktif memenangkan calon presiden pilihannya dengan memberikan berbagai dukungan politik. Relasi politik simetrik yang terbangun timbal-balik semacam ini mengindikasikan tingkatan loyalitas pendukung yang lebih militan.
Tingginya militansi pendukung kedua pasangan calon presiden tergambarkan dalam beragam jenjang partisipasi. Pada tahapan yang paling dasar, derajat pemantauan informasi (surveillance) yang ditunjukkan para pendukung Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandi relatif sama tinggi. Dalam perilaku politiknya, lebih separuh bagian dari kedua pendukung mengaku terus-menerus mengikuti berbagai informasi yang terkait dengan calon presiden pilihannya.
Tidak hanya berhenti dalam mengonsumsi maupun mengikut informasi pemberitaan dari kedua calon presiden, para pendukung pun secara aktif ikut menyebarluaskan informasi-informasi (spreading) yang bersifat positif kepada pihak lain. Hasil survei menunjukkan, mulai terdapat indikasi perbedaan di antara kedua barisan pendukung, namun cenderung tidak signifikan. Menyebarluaskan informasi positif dilakukan oleh 39,4 persen dari para pemilih Jokowi-Ma’ruf. Sementara, hal yang sama dilakukan oleh 41 persen pendukung Prabowo-Sandi.
Derajat perbedaan dukungan cenderung semakin melebar dalam bentuk-bentuk partisipasi politik lainnya. Para pendukung Prabowo-Sandi relatif lebih agresif dibandingkan pendukung Jokowi-Ma’ruf. Terkait dengan kemunculan beragam informasi yang cenderung merugikan pasangan calon presiden yang didukung, tidak kurang dari 37,9 persen dari para pemilih Prabowo-Sandi mengaku bereaksi dengan melakukan pembelaan (pleading). Sementara, bentuk pembelaan yang sama dilakukan oleh 34,8 persen dari para pemilih Jokowi-Ma’ruf (Grafik 1).
Derajat partisipasi dukungan politik yang ditunjukkan para pemilih tidak hanya berhenti pada upaya pembelaan pada calon presiden yang didukungnya. Pada tahapan partisipasi yang lebih dalam, para pendukung juga mengaku berupaya mempengaruhi orang lain untuk memilih pasangan calon presiden yang ia dukung (directing).
Hingga tingkatan yang lebih militan semacam ini, derajat dukungan yang dilakukan oleh para pendukung Prabowo-Sandi semakin berbeda dibandingkan pendukung Jokowi-Ma’ruf. Tidak kurang dari 30,3 persen pendukung Prabowo-Sandi mengaku berupaya mempengaruhi orang lain dengan mengajak pemilih pasangan yang ia pilih. Dalam proporsi yang lebih kecil, 25,6 persen, dilakukan oleh para pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Dalam bentuk-bentuk dukungan aktif lainnya, variasi perbedaan juga mulai tampak di antara kedua barisan pendukung. Berkaitan dengan dukungan keterlibatan dalam aksi-aksi kampanye (rallying), hasil survei menggambarkan keterlibatan para pendukung Jokowi-Ma’ruf yang relatif lebih tinggi dibandingkan pendukung Prabowo-Sandi. Hanya sebaliknya, dalam bentuk keterlibatan memberikan sumbangan materi (donating), para pendukung pasangan Prabowo-Sandi relatif lebih besar.
Besaran dukungan politik yang ditunjukkan oleh masing-masing pemilih pasangan calon presiden menunjukkan kadar militansi yang relatif berbeda. Semakin aktif bentuk-bentuk dukungan yang diberikan, semakin lebih agresif yang ditunjukkan oleh pasangan Prabowo-Sandi. Apabila demikian yang terjadi, pertanyaannya apa yang mendasari perbedaan dukungan tersebut?
Bisa jadi, posisi sosok yang didukung, apakah sebagai petahana maupun oposisi, turut menjadi faktor yang mempengaruhi militansi dukungan. Sebagai petahana, Presiden Joko Widodo jelas memiliki dukungan yang besar. Sepanjang empat tahun memerintah, dengan kinerja yang ia tunjukkan, membuat beragam kalangan terpuaskan. Hasil survei menunjukkan, saat ini sekitar dua pertiga (65,3 persen) kepuasan yang dirasakan publik.
Bagi pendukung Jokowi-Ma’ruf, derajat kepuasan yang diungkapkan jauh lebih besar. Dalam survei ini, seluruh bidang persoalan bangsa, baik politik dan keamanan, kesejahteraan sosial, penegakan hukum, maupun perekonomian dinilai “memuaskan” lebih dari tiga perempat bagian pendukung. Begitu besarnya penilaian para pendukung sekaligus mencerminkan kebanggaan mereka terhadap Presiden Joko Widodo. Kebanggaan semacam ini mendorong pula militansi yang terbangun terhadap sosok yang dibanggakan.
Pada sisi sebaliknya pada para pendukung Prabowo-Sandi. Sebagai kelompok yang beroposisi terhadap pemerintahan, empat tahun jalannya pemerintahan suatu keberhasilan menjadi serba relatif, yang dapat pula ditafsirkan sebagai kekurangan. Sebagai oposisi, militansi politik memang menjadi faktor yang krusial dibutuhkan dalam menjaga hasrat memenangkan pertarungan politik.
Upaya semacam ini tampaknya berhasil tertanam dalam benak para pendukung Prabowo-Sandi. Terkait dengan penilaian kinerja pemerintahan, misalnya, para pendukung Prabowo-Sandi justru menilai “tidak puas” capaian yang ditoreh pemerintah (Lihat “Kinerja Pemerintah Dinilai Pendukung Jokowi dan Prabowo Berbeda”).
Sekalipun dari sisi kepuasan ataupun ketidakpuasan yang diekspresikan para pendukung petahana ataupun pihak oposisi dapat membangun kualitas militansi dukungan, namun hasil survei ini tidak secara langsung menggambarkan kekuatan relasi tersebut. Penggambaran yang paling signifikan tampak jika masing-masing pendukung dipilah berdasarkan pilihan partai masing-masing.
Hasilnya, menunjukkan bagaimana militansi dukungan para pemilih partai-partai yang dikelompokkan sebagai koalisi partai pendukung Prabowo-Sandi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pemilih partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Pada barisan partai pendukung Prabowo-Sandi, militansi yang lebih besar dinyatakan oleh para pemilih Gerindra dan PKS dibandingkan dengan Demokrat. Dalam gradasi dukungan yang berbeda juga dapat dipilah kualitas dukungan para pemilih yang mengaku memilih Gerindra dengan yang memilih PKS. Pada tingkatan dasar, seperti mengikuti informasi dan menyebarkan luaskan informasi terkait Prabowo-Sandi, proporsi pemilih Gerindra yang melakukan hal tersebut tampak lebih besar dibandingkan dengan pemilih PKS.
Akan tetapi, dalam bentuk keterlibatan yang lebih dalam, seperti membela sosok pasangan calon presiden dari informasi negatif, mengajak orang lain untuk memilih, terlibat kampanye, dan mendonasikan sebagian materi bagi kepentingan calon presiden pilihan, tampak lebih besar pada PKS dibandingkan Gerindra (Grafik 2).
Pada sisi lain, jika dicermati dari partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf, bahwa besaran dukungan yang ditampilkan oleh para pemilih PDI P tidak sekuat dukungan yang dinyatakan para pemilih Gerindra terhadap Prabowo-Sandi.
Jika pada bentuk dukungan yang paling dasar, sedikitnya terdapat dua pertiga bagian (66,9 persen) pemilih Gerindra yang selalu mencermati informasi terkait Prabowo-Sandi, pada para pemilih PDIP sebesar 59,6 persen. Begitu pula bentuk dukungan yang lebih aktif, seperti penyebaran informasi, mengajak memilih, dan memberikan donasi, relatif lebih tinggi Gerindra.
Di antara para pemilih partai-partai koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf, juga terdapat beberapa variasi dukungan. Para pemilih Nasdem tergolong paling aktif memberikan dukungan dibandingkan dengan beberapa pendukung partai lainnya. Bentuk dukungan yang ditunjukkan tidak hanya sebatas dukungan dasar dalam memantau informasi dan menyebarkannya, namun juga dalam berupaya mengajak orang memilih Jokowi-Ma’ruf hingga keterlibatan dalam kampanye (Grafik 3).
Besaran dukungan yang tergolong rendah terhadap pasangan Jokowi-Ma’ruf ditunjukkan oleh para pemilih PKB. Sebenarnya, sampai pada tingkatan mengikuti informasi yang terkait dengan Jokowi-Sandi, tampak tinggi pola dukungan yang ditunjukkan oleh para pemilih PKB. Akan tetapi, proporsi dukungan semakin menurun dalam bentuk-bentuk yang lebih aktif, seperti menyebarkan informasi, membela dari informasi yang merugikan, mengajak orang lain memilih hingga memberikan sumbangan materi.
Dengan derajat militansi dukungan yang ditunjukkan oleh para pendukung semacam ini, pola persaingan di antara pasangan calon presiden tentunya menjadi semakin kompetitif. Dimana wilayah-wilayah yang menjadi medan pertarungan sesungguhnya? (BERSAMBUNG). (BESTIAN NAINGGOLAN/LITBANG KOMPAS)
Metode Penelitian
Pengumpulan pendapat melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan Litbang “Kompas” dari tanggal 24 September – 5 Oktober 2018. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, “margin of error”penelitian +/- 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.