Teror Keamanan di Amerika Serikat
Amerika Serikat memiliki kekuatan pertahanan dan keamanan yang handal di dunia. Dari sisi anggaran, alokasi biaya pertahanan AS merupakan yang terbesar di dunia. Empat tahun lalu anggaran pertahanan AS mencapai 640 miliar dollar AS atau setara Rp 7.322 triliun. Jumlah ini melebihi anggaran pertahanan Cina yang tercatat sebesar 188 miliar dollar AS dan Rusia sebesar 87,8 miliar dollar AS.
Dari sisi persenjataan, kekuatan militer AS juga mengagumkan. AS memiliki armada pengebom jarak jauh B-52 Stratofortress yang mampu mengusung senjata nuklir.
AS juga mempunyai jet tempur canggih F-22 Raptor. mesin perang canggih berkemampuan anti radar (stealth fighters). Jet tempur F-22 Raptor dikenal memiliki kemampuan menyusup diam-diam ke wilayah musuh tanpa bisa terpantau radar untuk kemudian menjatuhkan bom-bom nuklir ke titik sasaran.
Barisan peluru kendali atau rudalnya juga mematikan, seperti rudal jelajah Tomahawk yang bmemiliki jelajah hingga 2.500 kilometer. Rudal berhulu ledak seberat 400 kilogram dirancang untuk terbang sangat rendah dengan peluncur menggunakan sistem pengarah yang ada pada dirinya. Kehebatan lain rudal ini adalah rudal tersebut bisa diubah arahnya di tengah jalan melalui komunikasi dengan pengendalinya.
AS juga memiliki sejumlah pangkalan militer di beberapa kawasan, seperti di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Untuk mengamankan wilayah Asia-Pasifik, AS mengerahkan sekitar 47.000 personel pasukan keamanan di Jepang dan 28.000 personel di Korea Selatan.
Sementara di Timur Tengah menurut pusat kajian Heritage, AS memiliki sedikitnya 35.000 anggota pasukan, puluhan kapal perang, dan ratusan pesawat tempur yang tersebar di Timteng dan sekitarnya. Di Laut Tengah bagian timur yang dekat dengan pantai Suriah, Lebanon, Siprus, dan Israel, terdapat kapal perusak USS Rose, USS Porter, dan kapal perang angkut USS Mesa Verde.
Di Teluk Persia, terdapat kapal induk USS George HW Bush. Kapal induk itu menjadi tempat lepas landas pesawat tempur yang bermisi menggempur sasaran NIIS di Irak, Suriah, dan Al Qaeda di Yaman. AS memiliki pula Armada VI di Italia dan Armada V di Bahrain, yang membantu gerakan pasukan AS di seantero Timteng.
AS juga punya pangkalan udara militer di sejumlah negara Timur Tengah lainnya, seperti Pangkalan Udara Incirlik di Turki selatan yang hanya berjarak sekitar 100 kilometer dari perbatasan Suriah; pangkalan udara militer Al Udeid, Qatar, dan fasilitas pangkalan udara militer di Jordania.
AS menempatkan berbagai pesawat tempur canggih di pangkalan udara militer tersebut, seperti pesawat tempur multifungsi F-15, F-16, dan pesawat tempur siluman F-22, pesawat pemasok bahan bakar di udara KC-135, pesawat pengintai dini AWACS, serta pesawat pengebom B-52.
AS menggunakan pula pesawat tanpa awak MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper yang terbang tanpa henti di teritorial udara Irak dan Suriah untuk memantau dan merekam detail perkembangan dua negara tersebut. (Kompas 21/4/2017).
Teror bom
Besarnya anggaran pertahanan, ragam persenjataan modern, dan deretan armada militernya di beberapa kawasan menggambarkan lanskap kekuataan pertahanan dan keamanan AS di dunia. Namun, kekuatan tersebut mendapat ujian saat beberapa paket bom ditemukan di AS Rabu 24/10/2018 lalu. Aparat keamanan AS bergerak cepat meredam upaya teror bom. Dinas Rahasia AS, berhasil mencegat delapan paket yang diduga berisi bahan peledak kepada sejumlah figur penting oleh orang tak dikenal. Beberapa figur penting mendpat paket adalah mantan Presiden AS Barack Obama, mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, mantan Jaksa Agung Eric Holder, serta sejumlah tokoh Demokrat.
Tujuan paket kepada sejumlah tokoh dan simpatisan Partai Demokrat membuat nuansa politik di balik teror bom menyeruak di pemberitaan koran-koran AS. Hipotesis ini semakin jelas setelah tersangka berhasil ditangkap FBI. Cesar Sayoc, yang ditangkap Jumat (26/10/2018) di dekat Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan kecenderungan sebagai penentang Demokrat.
Satu hari sesudah pengungkapan paket bom kepada Obama dan Hillary, berita utama dua koran menyoroti target politisi Demokrat dalam teror bom. Koran The Washington Post menampilkan judul “Bombs Targeting Democrats Leave U.S. On Edge”. Hampir senada, harian The Wall Street Journal mengangkat judul “Mail Bombs Target Democrats, CNN”. Dua koran ini menampilkan ulasan dugaan target bom yang menyasar kubu Demokrat.
Selain Obama dan Hillary, pengirim paket juga menyasar kantor CNN di Time Warner Center, Manhattan. Sedianya paket tersebut ditujukan kepada John O. Brennan, mantan Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) pada era pemerintahan Obama. John beberapa kali melontarkan kritik keras kepada PresidenTrump melalui siaran televisi CNN.
Bingkisan meyerupai bom juga dialamatkan pada Senator Demokrat dari California, Maxime Waters. Senator Maxime belakangan terlibat saling lempar kritik dengan Trump di muka publik. Kubu partai yang berseberangan menjadikan tensi menjelang pemilu Senator meningkat.
Paket juga ditujukan kepada miliuner George Soros, yang kerap memberi sumbangan pada Partai Demokrat. Politikus Demokrat dari Florida, Debbie Wasserman juga menerima paket mencurigakan tersebut. Paket yang diterima Debbie mulanya dialamatkan pada Mantan Jaksa Agung AS di masa pemerintahan Obama, Eric Holder. Nama Debbie tertera pada alamat pengembalian surat sehingga paket tersebut sampai kepadanya.
Motif politik di balik teror memiliki momentum, yaitu menjelang digelarnya pemilu tengah periode (midterm election). Babak pemilu ini akan berlangsung bulan depan. Sepertiga anggota Senat dan semua anggota Dewan Perwakilan akan mempertarungkan kursi-kursi mereka. Pemilu midterm adalah ciri khas sistem presidensial Amerika yang sering disebut sebagai pengujian elektoral pertama seorang presiden baru.
Menghangatnya suhu politik AS mendekati pemilu midterm menjadi perhatian The New York Times. Dampak teror dikhawatirkan dapat memecah belah pihak yang berseberangan secara politik. Mengutip pernyataan Presiden Trump, The New York Times juga menyerukan persatuan Amerika di tengah isu bom. “We have to come together and send one very clear, strong, unmistakable message that acts or threats of political violence of any kind have no place in the United States of America.”
Tidak dapat dipungkiri gesekan politik mewarnai perebutan suara di pemilu sela 6 November 2018 mendatang. Teror paket bom dapat memperuncing konflik antara kubu Demokrat dan Republikan. AS memiliki komitmen bahwa gangguan teror tidak boleh terjadi di wilayahnya. Gangguan tersebut dapat diredam dengan gerak cepat otoritas keamanan AS dengan menangkap pelaku dan mengungkap motif teror bom. Kemampuan ini sekaligus menjawab citra kualitas pertahanan dan keamanan AS akibat teror bom di rumahnya sendiri. (LITBANG KOMPAS)