Jawa Barat “Medan Tarung” Jokowi dan Prabowo Paling Sengit
Jawa Barat, menjadi battleground politik Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto sesungguhnya. Hasil survei menunjukkan, saat ini Prabowo telah menguasai separuh dukungan calon pemilih. Namun, di wilayah yang memang menjadi basis kemenangannya dalam Pemilu 2014 lalu itu, belum sepenuhnya terkuasai. Gempuran politik Jokowi di berbagai wilayah potensial mengubah peta persaingan.
Dengan jumlah pemilih sekitar 32,6 juta, terbesar dari seluruh provinsi di negeri ini, posisi politik Jawa Barat tentu saja sangat strategis bagi kedua pasangan calon presiden. Bagi Prabowo Subianto sendiri, Jawa Barat menjadi lumbung suara pendukungnya.
Pada Pemilu 2014 lalu, misalnya, kala ia berpasangan dengan Hatta Rajasa, sebanyak 14.167.381 pemilih (59,8 persen) mendukung mereka. Dengan jumlah sebesar itu, Jawa Barat memberikan kontribusi hampir seperempat bagian (22,6 persen) dari total pemilih Prabowo-Hatta.
Bagi Presiden Joko Widodo, sekalipun pada Pemilu 2014 lalu pendukungnya kalah banyak, posisi politik Jawa Barat tidak dapat disisihkan. Dengan jumlah pemilih yang besar, peluang kemenangannya secara nasional sudah barang tentu akan semakin terjaminkan jika mampu menguasai wilayah ini. Itulah mengapa, menguasai Jawa Barat menjadi target politik paling bergengsi.
Selain itu, target menguasai Jawa Barat punya alasan yang kuat. Secara historis, di wilayah ini terdapat jumlah kader koalisi partai politik pendukung Jokowi-Ma’ruf yang sangat signifikan. Berdasarkan hasil Pemilu 2014 lalu, 62,4 persen pemilih di Jawa Barat memilih partai-partai politik yang kini menjadi pendukungnya. Bahkan saat itu, PDI P menjadi pemenang Pemilu Legislatif di Jawa Barat.
Dengan latar kondisi yang terbangun, dipastikan Jawa Barat menjadi medan pertarungan yang paling kompetitif. Sebagai pemenang, Prabowo sudah barang tentu berupaya menjaga semaksimal mungkin para pemilih agar tidak beralih dukungan. Pada sisi yang berseberangan, sebagai penantang, Jokowi sudah barang tentu tidak akan membiarkan dirinya terkalahkan untuk kedua kalinya.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan bahwa Prabowo-Sandi masih unggul di Jawa Barat. Sebesar 52,6 persen responden menjadi pendukung mereka. Sebaliknya, Jokowi-Ma’ruf kali ini menguasai hingga 39,3 persen. Artinya, masih tersisa sebanyak 8,1 persen responden yang belum menjatuhkan pilihannya (Grafik 1).
Bercermin hasil survei tersebut, setelah mampu menguasai separuh bagian pemilih, apakah dalam Pemilu Presiden 2019 mendatang Prabowo-Sandi dipastikan berhasil menjaga kemenangannya di Jawa Barat?
Sejauh ini, benteng penguasaan Prabowo-Sandi di Jawa Barat memang terbilang kokoh. Hasil survei kali ini, misalnya, menunjukkan lonjakan elektabilitas Prabowo dibandingkan dengan hasil survei enam bulan lalu. Saat itu, tatkala belum berpasangan dengan Sandiaga Uno, Prabowo masih didukung oleh 33,2 persen responden di Jawa Barat. Artinya, ketika Prabowo dan Jokowi sudah ditetapkan sebagai calon presiden dengan wakilnya masing-masing, basis elektabilitas Prabowo-Sandi semakin menguat.
Hanya saja, jika dijadikan ukuran keberhasilan yang ia torehkan dalam Pemilu 2014 lalu, porsi penguasaannya saat ini masih relatif lebih rendah. Menyamai hasil 2014 lalu, diperkirakan masih sekitar 7,2 persen pemilih yang harus ia kuasai.
Menambah dan mempertahankan para pemilihnya, bukan persoalan ringan. Pada sisi yang berseberangan, hasil survei juga menunjukkan, posisi penguasaan politik pasangan Jokowi-Ma’ruf di Jawa Barat juga semakin menguat.
Dibandingkan dengan survei di bulan Maret 2018 lalu, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf kini meningkat hampir 7 persen. Saat ini elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 39,3 persen. Proporsi dukungan dan peningkatannya saat ini menjadi sangat strategis, oleh karena relatif menyamai proporsi dukungan yang ia kuasai pada Pemilu 2014 lalu (40,2 persen). Enam bulan jelang Pemilu 2019, jika peningkatan dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf konsisten terjadi, maka menjadi ancaman yang paling serius bagi posisi politik Prabowo-Sandi.
Persoalannya kemudian, di Jawa Barat, bagaimanakah peta pertarungan politik yang sesungguh tergambarkan di antara kedua pasangan calon presiden tersebut. Dimana dominasi pasangan Prabowo-Sandi dan di wilayah mana pula Jokowi-Ma’ruf membangun benteng penguasaannya? Seberapa besar perubahan yang terjadi dalam kurun enam bulan terakhir di antara kedua pasangan tersebut?
Jawa Barat sebagai suatu entitas geopolitik, tidak seragam. Pada tiap-tiap wilayah terbangun suatu ceruk politik khas yang membedakan satu-sama lainnya. Persaingan politik jelang Pemilu Presiden 2014 lalu juga menggambarkan ceruk penguasaan politik yang berbeda dan berjalan secara dinamis.
Setidaknya terbangun enam ceruk geopolitik Jawa Barat, yaitu: kawasan Bandung Raya, Megapolitan, Karawangan, Priangan Barat, Priangan Timur, dan Cirebonan. Pada masing-masing wilayah politik tersebut, porsi penguasaan masing-masing calon presiden berbeda-beda. Saat ini, kecuali di wilayah Cirebonan, Prabowo-Sandi menguasai seluruh ceruk politik Jawa Barat (Grafik 2).
Apabila ditelusuri, porsi penguasaan terbesar di kawasan Priangan Barat, yang meliputi kabupaten-kabupaten di Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Pada wilayan tersebut, Prabowo-Sandi menguasai hampir dua pertiga (65 persen). Dibandingkan dengan enam bulan lalu, tatkala elektabilitas Prabowo mencapai 43,3 persen, mengindikasikan wilayah ini menjadi basis politik Prabowo-Sandi yang semakin menguat.
Di Priangan Barat, dalam kurun enam bulan terakhir, Jokowi-Ma’ruf tidak banyak mendapatkan pengaruh. Apabila Maret 2018 lalu elektabilitas Jokowi mencapai 28,7 persen, saat ini hanya sebesar 30 persen, tidak signifikan meningkat.
Selain Priangan Barat, Prabowo-Sandi juga mendapatkan lonjakan dukungan di Karawangan dan Priangan Timur. Pada kedua wilayah tersebut, sekitar dua kali lipat peningkatan dukungan. Jika di bulan Maret 2018, di Karawangan yang meliputi Purwakarta, Subang, dan Karawangan, hanya 19,5 persen yang memilih Prabowo. Kali ini melonjak menjadi 53,7 persen. Begitu pula, di Priangan Timur, yang meliputi Tasikmalaya, Ciamis, Garut, dan Banjar, jika enam bulan lalu masih tercatat sebesar 25 persen pemilih Prabowo, kini menjadi 51,4 persen.
Pada wilayah pusat-pusat kekuasaan politik, Prabowo-Sandi juga dominan. Di wilayah Bandung Raya, yang meliputi kota dan kabupaten di seputaran Bandung, Cimahi, Bandung Barat, peningkatan Prabowo-Sandi signifikan. Jika Maret lalu, masih sekitar 38 persen, kini menjadi 52,5 persen.
Begitu pula, kawasan Megapolitan yang berbatasan dengan ibukota negara, DKI Jakarta. Prabowo-Sandi masih kokoh menguasai wilayah yang meliputi kota Depok, Bogor, Bekasi dan Kabupaten Bekasi ini. Saat ini, 51,4 persen responden mendukung Prabowo-Sandi, meningkat signifikan dari 38,1 persen pada Maret lalu (Grafik 3).
Bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf, penguasaan paling signifikan di wilayah pantai utara Jawa Barat seperti Cirebonan dan Karawangan, yang tergolong menjadi basis dukungan mereka dan juga PDIP pada Pemilu 2014 lalu. Saat ini pemilih Jokowi-Ma’ruf sudah semakin terkonsolidasi, yang ditunjukkan dengan peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan enam bulan lalu. Di Cirebonan, meliputi kota dan kabupaten di Cirebon, Kuningan, Majalengka,dan sekitarnya, tidak kurang 50 persen responden mendukung Jokowi-Ma’ruf. Di ceruk politik Karawangan, jika pada bulan Maret tercatat 26,8 persen memilih Jokowi, kini melonjak menjadi 42,7 persen.
Pada wilayah-wilayah lain, juga terjadi peningkatan namun dalam proporsi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan Prabowo-Sandi. Di kawasan Bandung Raya, misalnya, hanya meningkat di bawah lima persen. Kondisi yang tidak kurang sama terjadi di kawasan Megapolitan.
Wilayah yang menjadi problem terbesar bagi perluasan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf justru terjadi di ceruk politik Priangan Timur. Menjadi suatu problem lantaran dibandingkan dengan capaian Maret 2018 lalu, 46,8 persen, saat ini menjadi stagnan, bahkan cenderung terjadi penurunan elektabilitas. Survei Oktober 2018 menunjukkan, 44,4 persen memilih Jokowi-Ma’ruf (Grafik 4).
Bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf, penguasaan paling signifikan di wilayah pantai utara Jawa Barat seperti Cirebonan dan Karawangan, yang tergolong menjadi basis dukungan mereka dan juga PDIP pada Pemilu 2014 lalu. Saat ini pemilih Jokowi-Ma’ruf sudah semakin terkonsolidasi, yang ditunjukkan dengan peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan enam bulan lalu. Di Cirebonan, meliputi kota dan kabupaten di Cirebon, Kuningan, Majalengka,dan sekitarnya, tidak kurang 50 persen responden mendukung Jokowi-Ma’ruf. Di ceruk politik Karawangan, jika pada bulan Maret tercatat 26,8 persen memilih Jokowi, kini melonjak menjadi 42,7 persen.
Pada wilayah-wilayah lain, juga terjadi peningkatan namun dalam proporsi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan Prabowo-Sandi. Di kawasan Bandung Raya, misalnya, hanya meningkat di bawah lima persen. Kondisi yang tidak kurang sama terjadi di kawasan Megapolitan.
Wilayah yang menjadi problem terbesar bagi perluasan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf justru terjadi di ceruk politik Priangan Timur. Menjadi suatu problem lantaran dibandingkan dengan capaian Maret 2018 lalu, 46,8 persen, saat ini menjadi stagnan, bahkan cenderung terjadi penurunan elektabilitas. Survei Oktober 2018 menunjukkan, 44,4 persen memilih Jokowi-Ma’ruf (Grafik 4).
Dari berbagai variasi capaian Jokowi-Ma’ruf dalam kurun enam bulan terakhir, secara keseluruhan sudah menyamai proporsi dukungan Jokowi di Pemilu 2014 lalu pada saat berpasangan dengan Jusuf Kalla. Bahkan pada beberapa ceruk politik, terdapat peningkatan capaian Jokowi-Ma’ruf yang signifikan dibandingkan dengan pemilu 2014 lalu.
Proporsi yang dicapai saat ini, diprediksi masih dapat meningkat sejalan dengan masih terbuka berbagai peluang perubahan pilihan. Celah perubahan dikatakan masih terbuka luas, oleh karena masih tersisa sekitar 8 persen pemilih yang belum menyatakan pilihannya.
Di sisi lain, jika dikaji, hasil survei juga menunjukkan masih terdapat 27 persen pemilih dari kedua pasangan calon presiden yang tergolong kurang loyal dan masih dapat berubah pilihan. Artinya, saat ini baru sekitar dua pertiga bagian dari pemilih saja yang sudah menyatakan setia pada pilihannya. Sepertiga sisanya, masih sangat memungkinkan berubah.
Dengan potensi perubahan tersebut, masing-masing calon presiden masih terbuka mendapatkan tambahan dukungan ataupun justru penurunan dukungan. Dalam situasi demikian, benteng politik Prabowo-Sandiaga yang terbangun kokoh di Jawa Barat masih terus-menerus diuji kekuatannya. (BESTIAN NAINGGOLAN/LITBANG KOMPAS).