Seperti Apa Angkutan Umum Jakarta Setelah MRT Beroperasi? (1)
”Tahun depan saat LRT dan MRT jadi, akan lebih enak menuju ke kantor. Dari rumah, aku tinggal naik LRT dari Cibubur dan turun di Dukuh Atas. Kemudian ganti naik bus transjakarta dari Tosari, turun di Halte Palmerah. Cuma ganti sekali dan ongkosnya cuma Rp 13.500,” kata Santi (40), karyawan swasta. Dia mulai membayangkan mudahnya naik angkutan umum dari rumahnya di Cibubur menuju kantornya di kawasan Senayan.
Bayangan itu muncul saat Santi melihat peta jaringan Kereta Perkotaan Jabodetabek 2020 yang dikeluarkan Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, PT Kereta Commuter Indonesia, MRT Jakarta, Airport Railink Service, dan PT Transjakarta.
Santi menambahkan, perjalanan menjadi lebih lancar dan nyaman dan tak perlu berdesak-desakan di kereta komuter (KRL) seperti yang dilakukannya saat ini. Sekarang dia masih harus berdesak-desakan di dalam kereta dari Cawang menuju Tanah Abang setelah turun dari bus transjakarta rute 7C (Cibubur-BKN).
Bisa jadi bukan hanya Santi salah satu kaum komuter yang optimistis pada sistem transportasi Jabodetabek. Hal itu juga memberikan harapan baru kepada 3,56 juta komuter Jabodetabek dan 32 juta warga Jabodetabek yang setiap hari melakukan perjalanan di seputar Jabodetabek. Gambaran peta angkutan massal rel tersebut cukup menjanjikan, memberikan rasa optimisme pada sistem transportasi Jabodetabek.
Peta rencana transportasi 2020 tersebut memberikan gambaran bahwa tahun 2020 MRT jurusan Lebak Bulus-Bundaran HI dan LRT rute Cibubur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas, Velodrome-Kelapa Gading, dan Bekasi Timur-Cawang mulai beroperasi.
Selain itu juga rencana lanjutan pembangunan jalur LRT Kelapa Gading-Mangga Dua, LRT Bogor-Cibubur, dan lanjutan MRT tahap pertama fase II, yakni Bundaran HI-Kampung Bandan.
Jaringan angkutan rel baru tersebut akan membantu enam jaringan kereta komuter (Jakarta Kota-Bogor, Jatinegara-Bogor, Jakarta Kota-Bekasi, Tanah Abang-Rangkasbitung, Duri-Serpong, dan Jakarta Kota-Tanjung Priok) yang telah beroperasi sebelumnya. Selain angkutan rel, juga diperlihatkan adanya integrasi dengan bus transjakarta di beberapa titik.
Melihat peta tersebut, kawasan Jabodetabek akan tersambung semua dengan jaringan angkutan massal rel dan bus. Jaringan transportasi berbasis kereta akan menjadi tulang punggung (backbone) transportasi Jabodetabek. Selanjutnya ditopang oleh jaringan bus transjakarta yang menghubungkan antartulang tersebut.
Jaringan angkot, bajaj, dan Qute menjadi angkutan pengumpan dari depan rumah hingga menuju halte atau stasiun angkutan massal. Gambaran itu cukup ideal bagi sistem transportasi perkotaan dan bisa diperbandingkan dengan negara-negara lain yang terlebih dahulu mempunyai jaringan angkutan massal.
Tahun 2019, yang sudah pasti akan beroperasi adalah LRT Kelapa Gading-Velodrome, Cawang-Cibubur, Cawang-Dukuh Atas, dan Cawang-Bekasi Timur, serta MRT Lebak Bulus-Bundaran HI. Seluruh penjuru Jabodetabek dari selatan-utara, timur-barat, atau tenggara-barat laut dan barat daya-timur laut bisa tersambung dengan angkutan massal.
Angkutan massal rute baru tersebut ditempatkan pada lokasi yang mempunyai potensi bangkitan transportasi tinggi, seperti pada kawasan permukiman. Selain itu juga potensi tarikan transportasi tinggi yang biasanya terjadi pada kawasan komersial dan perkantoran.
Sebagai gambaran, MRT Lebak Bulus-Bundaran HI akan bisa melayani warga yang bermukim di kawasan Cinere, Lebak Bulus, Pondok Labu, Ciputat, dan Cirendeu yang selama ini lebih banyak mengandalkan moda pribadi menuju pusat kota.
Tak hanya menjadi moda mobilitas warga di sekitar Lebak Bulus, tetapi juga warga di kawasan Fatmawati yang selama ini hanya dilayani Metromini 610 atau bus transjakarta rute 1E. MRT diperkirakan bisa menampung 130.000 penumpang per hari.
Jika MRT tahap I sudah tersambung sampai Kampung Bandan, diperkirakan hanya dibutuhkan waktu satu jam dari barat daya menuju utara Jakarta. Bandingkan dengan sekarang yang tanpa angkutan massal kereta, orang harus berpindah-pindah rute bus transjakarta dan menempuh waktu lebih dari satu jam karena macet.
Selanjutnya, kemudahan lain akan dirasakan warga yang bermukim di sepanjang Tol Jagorawi yang selama ini mengandalkan mobil pribadi melalui tol untuk menuju Jakarta. Dimulai dari warga Cibubur dan Cileungsi seperti Santi yang akan merasakan kemudahan menggunakan LRT Cibubur-Cawang-Dukuh Atas. Warga Cibubur-Cileungsi selama ini lebih banyak mengandalkan mobil pribadi dan melalui kemacetan Jalan Transyogi Cibubur serta Tol Jagorawi dan tol dalam kota.
Warga di kawasan tersebut terlalu jauh untuk menjangkau jaringan kereta komuter Jakarta Kota-Bogor dan Jatinegara-Bogor. Belakangan, bus transjakarta mengoperasikan rute Cibubur-BKN yang sedikit banyak membantu pergerakan penduduk menuju Jakarta.
Jika jaringan rel diteruskan ke arah Bogor, semakin banyak warga yang bermukim di sepanjang Tol Jagorawi seperti Cibinong dan Sentul akan terbantu. LRT Bogor tersebut akan menopang kereta komuter dari Bogor yang menjadi salah satu rute tersibuk di Jabodetabek.
Begitu juga dengan LRT Bekasi Timur-Cawang yang akan melayani mobilitas warga perumahan di sepanjang ruas Tol Jakarta-Bekasi Timur. Selama ini, mereka hanya mengandalkan mobil pribadi yang melewati jalan tol ataupun sepeda motor yang melewati jalur padat Kalimalang. Enam bulan terakhir ini, pergerakan warga dengan mobil pribadi semakin sulit karena ada sistem ganjil genap dan kemacetan lalu lintas karena pembangunan jalan layang Tol Cikampek.
Sebenarnya bisa saja warga Bekasi menggunakan kereta komuter. Namun, ada beberapa kawasan perumahan yang lokasinya cukup jauh dari stasiun dengan waktu tempuh 30 hingga 45 menit. Sementara menunggu LRT beroperasi, sejumlah warga mulai menggunakan layanan bus transjabodetabek premium dan bus transjakarta rute B22.
Warga yang bermukim di Jakarta, khususnya di Jakarta utara dan Jakarta Timur, pun mendapat kemudahan dengan kehadiran LRT Kelapa Gading-Velodrome. Kendaraan pribadi lebih banyak digunakan warga di sekitar jalur tersebut. Kalau ingin menggunakan angkutan umum, tersedia angkot KWK U04. Padahal, setiap hari jalur tersebut cukup padat oleh kendaraan bermotor.
LRT Jakarta tersebut direncanakan juga akan menyambung sampai kawasan perniagaan Mangga Dua. Sudah barang tentu hal itu memudahkan mobilitas warga di kawasan Sunter-Kemayoran yang sekarang mengandalkan mikrolet dan bus transjakarta, yang lebih familiar menggunakan transportasi pribadi. (LITBANG KOMPAS) (BERSAMBUNG)