Menyasar Target Berat Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Rangkaian kejadian bencana yang melanda sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu terakhir tampaknya akan berdampak terhadap industri pariwisata. Target pemerintah menetapkan jumlah kunjungan wisatawan asing sebesar 20 juta kunjungan pada tahun 2019 tampaknya akan sulit terpenuhi.
Dampak kejadian bencana terhadap pencapaian target tahunan kunjungan wisatawan mancanegara tampak jelas jika melihat tren data beberapa tahun terakhir. Meski tetap terjadi pertumbuhan, jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih di bawah target yang telah ditetapkan pemerintah.
Tantangan Indonesia untuk menyaingi tingkat kunjungan wisatawan ke beberapa negara tetangga pun semakin berat. Meskipun pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia cenderung meningkat, secara jumlah masih jauh tertinggal jika dibandingkan Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Padahal, Indonesia memiliki potensi destinasi pariwisata yang jauh lebih kaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Persoalan paling mendasar yang menjadi tantangan Indonesia selama ini adalah masalah kesiapan infrastruktur, standar pelayanan jasa, dan promosi pariwisata.
Tak heran sejalan dengan upaya peningkatan kualitas dari aspek-aspek tersebut, pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia juga cenderung meningkat.
Pariwisata ditempatkan sebagai salah satu sektor utama dalam pembangunan di banyak negara. Pariwisata terbukti menjadi alat efektif yang memacu peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Banyak negara menempatkan pariwisata sebagai sektor paling strategis dalam agenda pembangunan karena sadar manfaat yang dihasilkannya.
Target belum tercapai
Pemerintah berupaya menggenjot pertumbuhan sektor pariwisata dengan memasang target pencapaian dua kali lipat selama lima tahun sejak tahun 2014. Kontribusi sektor pariwisata pada produk domestik bruto (PDB) nasional yang pada tahun 2014 tercatat 4,2 persen, ditargetkan menjadi 8 persen pada 2019. Begitu juga kunjungan wisatawan mancanegara yang pada 2014 sekitar 9 juta wisatawan, ditargetkan 20 juta wisatawan tahun 2019.
Selama lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari tahun 2016 ke 2017 sebesar 21,88 persen. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara kompetitor di ASEAN, seperti Thailand (5,08 persen), Singapura (6,42 persen), dan Malaysia (-1,52 persen), tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam (29,06 persen).
Namun, meski terjadi pertumbuhan selama empat tahun terakhir, realisasi target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara untuk periode 2015-2019 akan sulit dicapai. Hal ini tampak dari perkembangan jumlah wisatawan mancanegara selama ini. Pencapaian target hanya terjadi di tahun pertama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Tahun 2015, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sekitar 10,41 juta orang. Jumlah tersebut melebihi target yang ditetapkan sebanyak 10 juta kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2015. Tahun berikutnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat menjadi 11,52 juta orang, sedikit lebih rendah dari target 12 juta kunjungan wisman pada 2016.
Target kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2017 ditetapkan 15 juta orang dan hanya tercapai 14 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Tahun 2018 target kembali ditingkatkan menjadi 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Tampaknya target tersebut akan sulit dicapai karena hingga Agustus 2017 baru tercatat 10,6 juta kunjungan wisatawan mancanegara.
Demikian juga pada 2019 target kunjungan wisatawan mancanegara ditetapkan 20 juta orang, tampaknya akan berat untuk mencapai target jumlah tersebut. Sejumlah tantangan menjadi sandungan bagi tercapainya target yang telah ditetapkan pada periode awal pemerintahan, antara lain kejadian bencana alam yang berlangsung secara beruntun di negeri ini.
Dampak yang cukup dirasakan bagi industri pariwisata di tahun ini adalah kejadian bencana yang melanda daerah yang selama ini menjadi ikon pariwisata Indonesia, antara lain bencana erupsi Gunung Agung di Bali dan gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kejadian bencana berdampak pada penutupan bandara, travel warning dari sejumlah negara, serta penghapusan insurance travel. Lebih jauh, kejadian bencana berpengaruh langsung pada lesunya industri pariwisata di daerah terdampak. Akibatnya, terjadi pemutusan hubungan tenaga kerja pada beberapa hotel, rumah makan, dan agen perjalanan di Bali.
Laporan Kementerian Pariwisata sebagai dampak langsung dari bencana erupsi Gunung Agung adalah berkurangnya wisatawan sebanyak 1,3 juta kunjungan pada 2017. Itu terdiri dari wisatawan mancanegara yang masuk langsung melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai diperkirakan berkurang 400.000 kunjungan.
Wisatawan mancanegara tidak langsung (indirect) yang membatalkan ke Bali tetapi masuk melalui pintu masuk lainnya diperkirakan 300.000 kunjungan dan dampak yang membatalkan berkunjung ke Indonesia dengan dampak Gunung Agung diperkirakan 600.000 kunjungan.
Potensi kehilangan devisa negara dari berkurangnya 1,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara tersebut diperkirakan Rp 19 triliun. Sementara dampak langsung dari hilangnya devisa negara dari pembatalan 600.000 kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali akibat bencana erupsi Gunung Agung diperkirakan Rp 9 triliun.
Penghasil devisa
Pariwisata terbukti menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi global. Industri pariwisata berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong ekspor, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Laporan Badan Pariwisata dan Perjalanan Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC) menunjukkan kontribusi langsung dari industri pariwisata terhadap PDB secara global sebesar 2.570 miliar dollar AS (3,2 persen dari PDB global) pada 2017. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 4 persen atau 2.674 miliar dollar pada 2018.
Selain itu, industri travel dan turisme juga secara langsung menciptakan 118,5 juta lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Jumlah tersebut setara dengan 3,8 persen dari total pekerjaan yang tersedia di seluruh dunia. Lapangan pekerjaan yang tercipta dalam industri ini antara lain pada sektor perhotelan, agen perjalanan, penerbangan, serta jasa transportasi lain. Sektor lain yang secara langsung menjadi bagian dari industri ini adalah jasa restoran dan industri hiburan.
Dalam satu dekade ke depan jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta dari industri pariwisata diproyeksikan akan meningkat sekitar 2,2 persen per tahun. Industri ini diproyeksikan akan menciptakan 150.139.000 pekerjaan di seluruh dunia pada 2028.
Di Indonesia, industri pariwisata mampu menyerap 12 juta tenaga kerja pada 2017. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini meningkat jika dibandingkan tahun 2015 yang tercatat mampu menyerap 10,4 juta tenaga kerja. Lapangan usaha yang diciptakan dalam sektor ini meliputi usaha perdagangan, angkutan, penyediaan akomodasi, industri hiburan, dan sejumlah usaha jasa lainnya.
Bagi Indonesia, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan alias devisa negara. Kementerian Pariwisata mencatat penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara pada 2017 sebesar Rp 205,04 triliun. Capaian tersebut melampaui target yang ditetapkan, yaitu Rp 182 triliun. Pariwisata berada di urutan ketiga terbesar sebagai penyumbang devisa bagi Indonesia setelah komoditas ekspor minyak kelapa sawit dan batubara.
Pengeluaran wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Indonesia menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam peningkatan jumlah devisa yang diterima negara. Pengeluaran harian rata-rata wisatawan mancanegara sebesar 131,7 dollar AS dengan rata-rata tinggal 8,5 hari. Dengan demikian, per kunjungan satu wisatawan mancanegara membelanjakan uangnya di Indonesia sebesar 1.208,8 dollar AS.
Melihat kondisi di tengah sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini, sulit rasanya memenuhi target ambisius pemerintahan Jokowi-Kalla mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara memang terlihat selama ini. Namun, kerja berat pemerintah tampaknya masih panjang. Setidaknya untuk menyaingi tingkat kunjungan wisatawan ke negara tetangga. (LITBANG KOMPAS)