Titik Balik Carlos Ghosn
Nama Carlos Ghosn dikenal popularitasnya di bisnis otomotif dunia. Ghosn memimpin gabungan perusahaan Renault-Nissan-Mitsubishi yang mempekerjakan lebih dari 470.000 orang di hampir 200 negara dengan mengoperasikan 122 pabrik. Gabungan perusahaan tersebut berhasil menjual 10,6 juta kendaraan pada 2017, paling banyak di seluruh dunia.
Ghosn lahir di Brasil, 9 Maret 1954. Jiwa disiplinnya ditempa sejak kecil di salah satu institusi pendidikan Jesuit terpandang, College Notre-Dame, di Beirut, Lebanon. Pendidikan tingginya ditamatkan di Jurusan Permesinan Ecole Polytechnique pada 1974 dan Ecole des Mines de Paris, Perancis, pada 1978.
Namanya mulai mencuri perhatian dunia setelah berhasil mengangkat kembali pamor bisnis Nissan. Ia bergabung di perusahaan Nissan sebagai chief operating officer (COO) pada Juni 1999. Ramuan strategi bisnis Ghosn membantu peningkatan penjualan Nissan.
Dalam lima tahun pertamanya di Nissan, Ghosn berhasil meningkatkan penjualan mobil keluaran Nissan hampir 20 persen, dengan tingkat keuntungan bersih tumbuh 84 persen.
Ia kemudian diangkat menjadi Presiden Nissan pada Juni 2000 dan menjadi Chief Executive Officer (CEO) Nissan pada Juni 2001. Laporan Nissan Motor Co, April 2003, menyebutkan keberhasilannya mencatat rekor keuntungan bersih (net profit) dalam tiga tahun yang mencapai 495 miliar yen atau sekitar 4,1 miliar dollar AS. Andalan utamanya adalah dari penjualan mobil Nissan di Amerika Utara.
Moncernya kinerja Nissan Motor Co juga memberikan sumbangan pada pendapatan perusahaan besarnya, Renault. Dalam laporan keuangan Renault tahun 2002, disebutkan bahwa ada peningkatan tajam pada keuntungan bersih mereka dan sumbangan terbesar datang dari penjualan mobil-mobil Nissan.
Renault mencatat keuntungan bersih tahun 2002 sebesar 1,956 miliar euro dan sekitar 1,335 miliar euro sumbangan keuntungan dari Nissan (Kompas, 22/5/2003).
Kinerjanya yang cemerlang mengantar Ghosn menjadi pemimpin Renault pada Mei 2005, yang memiliki tanggung jawab terhadap Nissan. Empat tahun kemudian, Ghosn ditunjuk secara resmi sebagai pemimpin dan CEO Renault.
Prestasi gemilangnya juga membuat Ghosn dipilih sebagai salah seorang dari ”The Top 25 Managers of the Year” oleh majalah BusinessWeek tahun 2001. Selain itu, ia juga dinobatkan sebagai ”Man of the Year 2003” oleh majalah Fortune edisi Asia. Pada 2004, Ghosn ditetapkan oleh Automotive Hall of Fame Amerika Serikat sebagai ”Industry Leader of the Year”.
Carlos Ghosn memberikan resep keberhasilan Nissan menghadapi persaingan industri otomotif. Dalam bukunya yang berjudul Shift: Inside Nissan’s Historic Revival (2005), ia mendeskripsikan bagaimana melakukan transformasi Nissan menjadi sebuah perusahaan global yang tangguh.
Ghosn mendeskripsikan keberhasilannya di Nissan dalam tiga faktor. Pertama, perlunya membangun kerja sama tim (teamwork) di perusahaan untuk menyusun visi yang sangat sederhana mengenai ke arah mana perusahaan itu akan dibawa. Apa sasarannya dan di mana harus berbagi di semua tingkatan dalam perusahaan itu.
Kedua, pemimpin harus menetapkan strategi, bagaimana perusahaan yang dibawanya menuju ke sasaran itu. Apa saja rencana aksinya, meyakinkan bahwa strategi itu dikembangkan di semua tingkatan dalam perusahaan tersebut dan setiap orang mengetahui apa sumbangan yang diharapkan darinya bagi perusahaan.
Faktor ketiga, semua karyawan harus dapat merasakan besarnya komitmen dari pemimpin tertinggi, baik komitmen personal maupun komitmen tim. Komitmen ini menjadi modal untuk membangkitkan kembali perusahaan dan jika tidak melakukannya secara benar, perusahaan akan tersingkir dan hancur.
Pada bagian akhir, Ghosn menggarisbawahi, hasil yang dicapai akan menyatukan seluruh tim di perusahaan dan mereka akan memberikan kredibilitas. Ujungnya, semua orang merasa aman di perusahaan itu dan ingin bergabung memberikan kontribusinya (Kompas, 18/10/2006).
Namun, tidak semua catatan prestasi Ghosn berada dalam nada gemilang. Sisi gelap pembenahan Nissan juga muncul dari strategi dan kebijakan Ghosn. Catatan Kompas merekam bahwa upaya membangkitkan kembali Nissan bukan tanpa korban.
Ghosn menutup sejumlah pabrik, merumahkan banyak pekerja, memutus jaringan suplai yang sudah berlangsung lama, dan menjual aset-aset sampingan yang tidak berkaitan dengan bisnis inti Nissan. Tidak heran kalau Ghosn kemudian dijuluki ”Le Cost Killer”.
Suara sumbang tentang Ghosn kembali terdengar saat ia ditangkap pihak kejaksaan Jepang, 19 November 2018. Carlos Ghosn ditangkap atas tuduhan dugaan penyelewengan dana dan aset perusahaan. Ghosn diduga memalsukan laporan pendapatannya dan dengan sewenang-wenang menggunakan aset perusahaan untuk keperluan pribadi.
Selain memalsukan data penghasilannya, Ghosn juga diduga kuat membeli properti mewah di Belanda, Brasil, Perancis, dan Lebanon dengan menggunakan uang dari perusahaan tanpa melaporkannya.
Praktik ini dilakukan bersama-sama dengan pemimpin lain di Nissan, Greg Kelly. Peran Kelly dalam kasus ini adalah memerintahkan para eksekutif dan jajaran di bawahnya untuk membuat pernyataan palsu di laporan perusahaan.
Koran The Japan Times melaporkan, dalam membuat laporan efek tahunan perusahaan, Ghosn dicurigai menghilangkan sekitar 100 juta yen atau senilai 886.000 dollar AS di kolom remunerasi tahunan yang ia dapatkan dari anak perusahaan Nissan yang berbasis di Belanda.
”Ghosn is suspected of omitting from the company’s annual securities reports more than ¥100,000,000 in annual remuneration from a Dutch-based subsidiary, according to the sources”.
Jaksa menilai, anak perusahaan memainkan peran penting dalam skandal ini. Ghosn diyakini juga telah memperoleh kompensasi lain dalam bentuk yang berkaitan dengan harga saham.
Menurut jaksa, tindakan yang dilakukan Ghosn melanggar peraturan Financial Instruments and Exchange Act yang berlaku di Jepang sejak tahun 2010. Peraturan ini mewajibkan perusahaan yang terdaftar di bursa saham untuk melaporkan remunerasi para petinggi perusahaannya jika mereka menerima lebih dari 100 juta yen dalam satu tahun.
Menurut peraturan ini, dugaan tindak kejahatan Ghosn dapat diganjar dengan hukuman 10 tahun penjara dan denda hingga 10 juta yen. Sementara jika terbukti terlibat, perusahaan juga dapat dikenai sanksi denda hingga 700 juta yen.
Kabar skandal Ghosn seketika membawa gempa di bisnis aliansi Renault, Nissan, dan Mitsubishi. Harian The Wall Street Journal menggambarkan penangkapan ini meruntuhkan kerajaan otomotif dunia.
Sehari setelah Ghosn ditangkap, harga saham Renault anjlok 8,4 persen dan terus turun hingga 11 persen. Sementara saham Mitsubishi tergelincir sampai 6 persen. Saham Nissan turun 5,5 persen di Jepang dan 10 persen di bursa Jerman.
Sedikit banyak penangkapan pemimpinnya menjadi pukulan bagi bisnis aliansi Renault. Untuk mencegah efek yang lebih buruk, aliansi mengumumkan pergantian Ghosn.
Dewan Mitsubishi Motor Corporation di Jepang langsung mengusulkan pemecatan Ghosn sebagai Pemimpin Umum dan Direktur Utama MMC. Renault telah mengumumkan penunjukan Thierry Bollore, yang sebelumnya menjabat COO, sebagai pengganti Ghosn.
Harumnya kinerja aliansi Renault diuji oleh skandal pemimpin yang ikut membesarkannya. Bagi Ghosn, penangkapannya menjadi titik balik kariernya di industri otomotif dunia.
Adapun bagi perusahaan, sistem yang efisien serta berjalannya riset dan pengembangan menjadi pertaruhan bagi aliansi tiga perusahaan global tersebut untuk tetap kokoh bersaing di pasar otomotif dunia. (RANGGA EKA SAKTI/LITBANG KOMPAS)