Penghormatan untuk George HW Bush
Gedung Capitol atau Capitol Hill merupakan tempat bekerjanya Kongres AS yang terletak di Washington DC, Amerika Serikat. Gedung ini merupakan salah satu bangunan bersejarah di AS, sebagai tempat pelantikan para presiden.
Di titik sentral Capitol Hill terdapat ruang besar yang disebut Rotunda. Bentuknya bulat dengan langit-langitnya yang terbuka sampai ke puncak. Di sana terdapat patung ”Freedom” yang dipahat oleh Thomas Crowford pada 1863. Patung tersebut menjadi simbol dan janji kedaulatan demokrasi bangsa Amerika.
Di tengah ruang Rotunda inilah biasanya jenazah negarawan AS akan disemayamkan. Inilah tradisi penghormatan bagi mendiang negarawan yang dianggap berjasa bagi kemajuan Amerika. Di Rotunda, jenazah negarawan tersebut akan mendapatkan penghormatan terakhir dari publik AS (Kompas 8/7/1978).
Beberapa tokoh AS yang disemayamkan di Capitol Hill adalah mantan presiden Dwight D Eisenhower pada 1969 dan mantan presiden Lyndon B Johnson pada 1973. Demikian juga mendiang mantan Presiden AS Ronald Reagan juga disemayamkan di gedung bersejarah tersebut saat meninggal dunia pada 2004.
Tidak hanya mantan presiden, mantan senator yang juga pernah menjabat wakil presiden, Hubert Humphrey, juga mendapatkan penghormatan disemayamkan di Capitol Hill. Penghormatan yang baru saja dilakukan adalah persemayaman mendiang George HW Bush, mantan Presiden AS periode 1989-1993 yang wafat pada 30 November 2018.
George HW Bush dikenang karena memiliki visi yang ingin menjadikan Amerika Serikat negara yang lebih ramah dengan sebutan ”kinder and gentler nation”. Visi tersebut menjadi intisari dari pidato kenegaraan Bush dalam hari inagurasinya pada 20 Januari 1989.
Meski sudah 29 tahun silam George HW Bush menyampaikan pidatonya, sampai saat ini kata-katanya masih sangat dikenang masyarakat Amerika Serikat hingga akhir hayatnya.
Kalimat ”A man of the highest character” atau ”A patriot and servant” serta ”A life for service” merupakan idiom-idiom yang diingat dari mantan presiden ke-41 itu.
Lahir pada 12 Juni 1924 di Massachusetts, George Herbert Walker Bush telah memiliki panggilan pelayanan untuk publik sejak masa muda. Ia meyakininya sebagai amanat yang diberikan oleh ayahnya ketika ia masuk kuliah.
Sang ayah, pengusaha yang juga senator, Prescott Bush, saat itu berpesan bahwa dalam menjalani perjalanan hidup kelak adalah suatu tanggung jawab besar ketika ia dapat mengembalikan sesuatu pada posisinya, melakukan sesuatu untuk membantu orang lain.
Pengabdian pertama Bush adalah menjadi pilot tempur di usianya yang masih 18 tahun. Kemampuannya diakui ketika menjadi pilot termuda di Angkatan Laut AS yang terbang dengan 58 misi tempur selama Perang Dunia II.
Pada 2 September 1944 di suatu misi di Pulau Bonin, Pasifik Barat, ketika bertugas sebagai pilot pengebom torpedo, pesawatnya ditembak jatuh oleh armada Jepang.
Nasib baik masih berpihak kepadanya. Ia kemudian diselamatkan oleh Kapal Selam AS. Atas keberaniannya, Bush mendapatkan penghargaan Distinguished Flying Cross.
Meski sempat meniti karier di industri minyak Texas Barat, ia mengikuti jalan hidup ayahnya dalam dunia politik. Bush menjadi anggota Kongres dari Texas dalam dua periode.
Kariernya terus melejit, dengan menjadi Duta Besar AS untuk PBB, Kepala Kantor Liaison AS di China, Kepala Badan Intelijen CIA, dan Wakil Presiden AS. Berbekal pengalaman, ia mencalonkan diri di Pilpres AS. Puncak karier politiknya terjadi saat Bush terpilih menjadi presiden ke-41 Amerika Serikat.
Saat inaugurasinya sebagai presiden, Bush berkomitmen mewujudkan perdamaian dunia. Dalam pidatonya ia menyatakan kekuatan Amerika digunakan untuk kebaikan. ”To the world, too, we offer new engagement and a renewed vow: We will stay strong to protect the peace,” katanya hari itu.
Janji tersebut yang ia coba wujudkan dalam penyelesaian Perang Dingin yang sudah berlangsung selama 40 tahun. Momen bersejarah itu terjadi pada 1991 saat Bush menyatakan adu senjata dalam Perang Dingin dengan Uni Soviet selesai.
Bersama pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev, Bush menandatangani perjanjian untuk mengurangi stok senjata nuklir jarak jauh dan bergabung untuk mengadakan konferensi perdamaian Timur Tengah.
Masa pemerintahannya diwarnai masa ketika dunia mengalami transisi, seperti bubarnya Uni Soviet dan runtuhnya Tembok Berlin yang mempersatukan Jerman. Setelah berurusan dengan Eropa dan Uni Soviet, menjelang dua tahun kepemimpinannya, Bush harus menghadapi ketegangan di wilayah Panama.
Bush memerintahkan pasukan AS untuk menginvasi Panama. Dalam operasi ini, ia mengerahkan 11.000 tentara untuk melumpuhkan pertahanan Panamanian Defense Forces (PDF) milik Noriega, penguasa Panama.
Puncak pencapaian misi ini adalah ketika Noriega menyerahkan diri dan ditangkap oleh Badan Pengendali Narkotika AS. Kemudian pada 1992 Noriega dinyatakan bersalah atas delapan tuduhan perdagangan narkoba, pemerasan, dan pencucian uang.
Atribut perang melekat dengan Bush. Meski awalnya menghindari solusi militer, Bush memilih menggunakan pendekatan perang seperti saat mengusir Irak dari Kuwait pada Perang Teluk.
Pertimbangannya, sejak awal Bush meragukan solusi diplomasi Saddam Hussein sehingga pada 11 September 1990 ia menyatakan bahwa masalah penting dipertaruhkan, Saddam benar-benar sedang mencoba untuk menghapuskan satu negara dari bumi ini.
Peristiwa ini berawal dari penyerbuan pasukan Sadddam Hussein ke Kuwait untuk menguasai ladang minyak pada 2 Agustus 1990. Ia menganggap tindakan Saddam sebagai tindakan penyerbuan yang radikal.
Karena itu, Bush kemudian mengirim 200.000 pasukan ke Timur Tengah dan kapal perang ke Teluk Persia. Tujuannya, membebaskan Kuwait. Aksi tersebut kemudian mendapat persetujuan Dewan Perwakilan dan Senat AS. Bush juga mendapat dukungan dari 28 negara serta Dewan Keamanan PBB.
Melalui sandi Operation Desert Storm, sedikitnya 750.000 pasukan gabungan AS dan sekutu dikirim ke misi tersebut. Perang berakhir pada 28 Februari 1991 setelah Presiden Bush mengumumkan gencatan senjata. Irak bersedia menarik pasukan dari Kuwait dan menerima semua resolusi PBB.
Hal lain yang menarik dari sisi kepemimpinan Bush adalah prinsip kemanusiaannya. ”A thousand points of light” adalah jargon misi kemanusiaan yang dijalankan dalam pemerintahannya.
Ia meluncurkan program pelayanan komunitas dan ajakan sukarelawan di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Ia menamai 1.020 Daily Points of Light yang berasal dari 50 negara bagian.
Sampai saat ini gerakan Daily Points of Light terus melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Dengan berafiliasi bersama lebih dari 35 negara, komunitas ini merangkul 5 juta orang dalam 20 juta jam pelayanan setiap tahun. Points of Light membantu orang memanfaatkan kekuatan pribadi mereka untuk membuat perubahan di komunitas tempat mereka tinggal dan bekerja.
Setelah selesai mengemban jabatan presiden, Bush terus melakukan kegiatan kemanusiaan. Ia menyumbangkan ratusan juta dollar AS untuk kegiatan amal. Ia juga menjadi Ketua Dewan Pengawas Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas dari 2001 hingga 2003 dan Pusat Konstitusi Nasional di Philadelphia dari 2006 hingga 2008.
Ia juga ditunjuk sebagai ketua kehormatan dari Points of Light Institute, World Golf Program ”First Tee” Foundation, dan C-Change, sebuah koalisi organisasi kanker.
Lebih dari separuh hidupnya dihabiskan untuk melakukan pelayanan publik sesuai semboyannya saat ia menjadi pilot muda, yaitu ”ceiling and visibility unlimited”.
Ia juga memenuhi komitmen yang diamanatkan ayahnya, yaitu mampu mengemban tanggung jawab itu sampai akhir hidupnya. Seluruh jejak pengabdian dan pelayanan meninggalkan buah penghormatan yang diterimanya saat meninggalkan dunia. (DEBORA LAKSMI INDRASWARI/LITBANG KOMPAS)