Mimpi Uni Emirat Arab 2071
“Di mana hatimu berada, di situ hartamu berada.”
--pepatah kuno--
Ketika kebahagiaan rakyat merupakan harta bagi pemimpin, segala upaya akan dilakukan agar rakyat bahagia. Demikian yang dilakukan oleh para pemimpin Uni Emirat Arab (UEA), salah satu negara terkaya di Teluk yang belum genap berumur 50 tahun.
Negara yang sekarang dikenal karena kemegahan Dubai-nya ini berdiri pada 1971 dengan gabungan tujuh emirat, yakni Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Fujairah, Umm Al Quwain, Ajman, dan Ras al-Khaymah yang bergabung belakangan. Presiden pertamanya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, sekaligus penguasa Abu Dhabi, sejak awal menyatakan, “My wealth is the happiness of my people.”
Sebagai negara yang memang kaya secara material karena minyak, yang ditemukan pada 1950-an, Uni Emirat Arab terus berupaya meningkatkan kebahagiaan rakyatnya dengan berbagai inovasi. Negara ini gemar memetakan jalan menuju negara terdepan di segala bidang dengan merancang program berjangka waktu berkelanjutan demi mewujudkan negara dengan penduduk paling bahagia di dunia.
Dengan luas wilayah 83.600 kilometer persegi, seluas gabungan Jawa Barat dan Jawa Timur, wilayah UEA sebelumnya berada di bawah kekuasaan Inggris. Saat itu, perekonomian disokong oleh kegiatan perikanan dan budidaya mutiara.
Setelah minyak ditemukan pada tahun 1950-an dan mulai diekspor pada 1962, wilayah ini bangkit menjadi salah satu negara terkaya, bersama dengan negara-negara Teluk lainnya, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, dan Bahrain. Hanya Irak dan Oman, dari tujuh negara-negara Teluk, yang tidak masuk dalam jajaran negara terkaya di dunia berdasarkan pendapatan per kapita warga negaranya.
Status negara kaya UEA ini ternyata juga dibarengi dengan tingkat kebahagiaan penduduknya. Menilik indeks kebahagiaan 2017, Uni Emirat Arab berada dalam 20 besar negara yang penduduknya paling bahagia. Posisi ini paling tinggi di antara negara Teluk lain, bahkan lebih tinggi dari empat negara pemegang posisi paling kaya di dunia, yakni Qatar, Singapura, Brunei, dan Kuwait.
Walaupun posisi kekayaan suatu negara tidak berbanding lurus dengan indeks kebahagiaan penduduknya, tidak demikian yang terjadi di Uni Emirat Arab. Uni Emirat Arab bukan hanya negara yang kaya, tetapi sekaligus penduduknya bahagia, mengungguli kebahagiaan negara-negara kaya lain di Teluk Persia. Data tersebut menggarisbawahi pernyataan sang pendiri UEA, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan di atas.
Lengkap sudah label yang disandang oleh Uni Emirat Arab, negara yang kaya sekaligus berpenduduk bahagia. Setelah status kaya dan bahagia didapat, lantas apa lagi yang perlu dicari?
Ternyata, Uni Emirat Arab tak puas dengan status kaya dan bahagia. Uni Emirat Arab ingin menjamin bahwa kebahagiaan tersebut juga tetap dapat dialami oleh generasi mendatang. Untuk memastikan hal tersebut terwujud, UEA memetakan jalan menuju negara terdepan di bidang ekonomi. Tak tanggung-tanggung, sampai 100 tahun ke depan.
Dubai
Dengan kesadaran bahwa minyak tak bisa selamanya menjadi tumpuan pendapatan utama negara, sejak 1990-an, UEA menyusun program untuk mengembangkan negara menjadi hub bagi kegiatan ekonomi dan wisata dunia.
Kesadaran ini merupakan tindakan antisipasi yang paling visioner mengingat dilakukan di saat produksi minyak UEA dalam sepuluh tahun terakhir tergolong stabil. Artinya, rencana dan program yang dicanangkan berjalan di saat negara ini masih menikmati hasil berlimpah dari penjualan minyaknya. Visi pemimpin UEA ini paling tampak dan diakui dunia dengan pembangunan Dubai.
Sebagai wilayah dengan luas nomor dua di Uni Emirat Arab, Dubai menjadi salah satu contoh wilayah dengan perencanaan pembangunan paling spektakular di zaman ini.
Sejak awal, penguasa Dubai sadar bahwa hasil minyak di wilayahnya tak sebesar wilayah lain di Uni Emirat Arab. Dengan bantuan keuangan yang sangat besar dari Emirat Abu Dhabi, Dubai sudah mulai dibayangkan sejak lama dan direncanakan dari tahun ke tahun.
Mulai dengan strategi menjadikan Dubai sebagai pusat penghubung atau hub bagi jalur transportasi, baik udara maupun laut, Dubai berhasil menjadi pusat transit transportasi udara dan laut.
Selanjutnya, dibangun hotel, apartemen, pusat berbelanjaan, dan pusat keuangan untuk menarik orang tinggal dan berbisnis di Dubai. Semua itu bertujuan untuk menarik sebanyak-banyaknya investor ke Dubai.
Dalam salah satu kunjungannya ke Dubai di pertengahan tahun 2000-an, harian ini mencatat bahwa Dubai telah membuat banyak orang terpana. Pembangunan di Dubai berlangsung selama 24 jam dan merata di seluruh wilayah.
Amat jarang ditemui gedung di bawah 20 lantai, semua gedung berlomba menjadi yang paling tinggi. Pada saat itu, bangunan tertinggi di dunia Burj Kalifa belum selesai dibangun dan masih disebut dengan nama Burj Dubai.
Sudah sejak 2006 pun, para ahli properti dunia telah memperkirakan, kota-kota dunia membutuhkan waktu 100 tahun untuk menyusul pembangunan yang dilakukan di Dubai. (Kompas, 27/11/2006)
Dubai telah mengubah kesan terhadap Uni Emirat Arab. Negara ini tak lagi dikenal sebagai negara kaya semata karena berlimpah minyak bumi, tetapi mampu menjadi wilayah penghubung dalam bidang ekonomi maupun pariwisata yang terbesar di Timur Tengah, bahkan di seluruh dunia.
Dengan Dubai, Uni Emirat Arab berhasil menunjukkan sebagai negara yang tak hanya kaya, tetapi juga mampu mencatat prestasi besar. Hampir semua fasilitas fisik di Dubai adalah yang paling hebat dan megah, entah secara teknologi maupun kualitas, misalkan mal, hotel, apartemen, maupun tempat wisata. Dubai menjadi pusat kegiatan bisnis, belanja, dan rekreasi terbaik di dunia. Semua menyandang predikat “paling”.
Kesan yang kemudian muncul adalah, banyak negara yang lebih kaya dari Uni Emirat Arab, tetapi tidak mampu membangun proyek secepat dan semegah di Dubai. Apa yang dilakukan oleh keemiratan di Uni Emirat Arab ini sehingga mampu mencatat prestasi besar? Sekurangnya terdapat dua faktor pendukung yang patut dicatat, yakni keterbukaan terhadap pendatang serta visi dan kebijakan para pemimpin UEA.
Keterbukaan terhadap Pendatang
Uni Emirat Arab sangat terbuka terhadap pendatang. Hal itu tampak dari proporsi jumlah penduduk di UEA secara keseluruhan, maupun di dalam setiap emirat. Para pendatang di UEA hampir mencapai 3/4 dari seluruh penduduk UEA. Mereka adalah ekspatriat yang bekerja dan berusaha di UEA. Sebagai penduduk, mereka juga mendapatkan hak kesehatan, keamanan, dan pendidikan.
Kecilnya jumlah penduduk lokal di UEA tidak membuat mereka takut akan terjadi penguasaan oleh para pendatang. Sebaliknya, UEA sangat liberal dalam menerima pendatang, terlebih para investor. Mereka berpedoman bahwa semakin banyak pendatang masuk, semakin banyak pula investasi yang masuk ke UEA.
Penduduk lokal menikmati investasi yang dibawa oleh para pendatang dalam bentuk pembagian keuntungan dari perusahaan yang didirikan di UEA. Selain itu, penduduk lokal juga dibayar oleh negara sebagai pegawai di sektor pelayanan publik.
Dengan keterbukaan sebesar itu, hasilnya warga Uni Emirat Arab berada di jajaran penduduk paling kaya dan bahagia di dunia. Di sini tampak keunggulan UEA. Interaksi dengan orang asing telah dimanfaatkan secara maksimal oleh UEA demi kepentingan nasional mereka.
Pemimpin yang Visioner
Dikenal sebagai negara paling liberal di kawasan Teluk, UEA juga dikenal karena paling kerap mencanangkan visi berjangka waktu yang terpantau. Sebagai negara federal, UEA dipimpin oleh seorang presiden, yakni Sheikh Khalifa bin Zayed yang memerintah sejak 2004 dan beribukota di Abu Dhabi.
Sang presiden ini sekaligus merupakan emir, penguasa wilayah, Abu Dhabi. Di bawah presiden terdapat Wakil Presiden sekaligus Perdana Menteri yang dijabat oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, sang emir Dubai. Mohammed bin Rashid Al Maktoum menjabat perdana menteri sejak 2006.
Di bawah Presiden dan Perdana Menteri, terdapat pemerintahan lokal yang dipimpin oleh para emir. Dalam satu emirat, terdapat juga posisi putra mahkota yang memiliki kesempatan pertama menggantikan posisi sang emir, biasanya adik dari sang emir.
Seperti misalkan Putra Mahkota Emirat Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang sudah sering tampil di berbagai kesempatan, baik dalam posisinya di federal sebagai Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, maupun sebagai Putra Mahkota mewakili sang kakak, emir Abu Dhabi sekaligus presiden UEA.
Di atas presiden dan perdana menteri, terdapat Dewan Tertinggi yang beranggotakan para emir yang tergabung dalam UEA. Lembaga Dewan Tertinggi inilah yang memiliki kekuasaan paling besar pemerintahan federal UEA.
Menilik situs resmi pemerintah UEA terkini, terdapat 33 strategi inisiatif yang pernah disampaikan oleh pemerintah yang perkembangannya selalu dimonitor. Dari 33 strategi tersebut, sejumlah 15 inisiatif menyertakan tahun sebagai judul strateginya, misalkan Vision 2021, National Advanced Science Strategy 2031, maupun Energy Strategy 2050.
Setiap visi selalu dibarengi dengan program dan strategi pendukung. Yang mengejutkan, kelanjutan dan perkembangan setiap strategi dipantau dengan cermat sehingga selalu diusahakan untuk tercapai.
Hal ini menegaskan keseriusan para pemimpin UEA untuk membangun negaranya di bawah komando sang perdana menteri, emir Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum yang telah terbukti mengembangkan Dubai sebagai kota paling modern di dunia.
Visi yang dibuat satu sama lain saling mendukung. Belum selesai satu visi, telah dicanangkan visi baru dengan beragam strategi yang lebih menantang sehingga sangat sulit bagi negara lain, terutama di kawasan Teluk, untuk menyaingi perkembangan pembangunan di Uni Emirat Arab.
Ketika seluruh dunia sedang menanti-nantikan Uni Emirat Arab 2020 Expo, UEA sudah membuat rencana untuk tahun 2030. Ketika banyak negara sedang dibuat terpana dengan kemajuan Dubai, Uni Emirat Arab telah membayangkan bentuk negara 100 tahun ke depan pada 2117.
Semua program dan inisiatif tersebut menunjukkan visi dari para pemimpin UEA. Semua visi tersebut selalu didasari dengan penegasan, demi kebahagiaan warga negara Uni Emirat Arab.
Centennial 2071
Salah satu visi terbaru yang diluncurkan oleh UEA adalah Centennial 2071. Visi ini mencoba menggambarkan UEA pada saat berulang tahun ke-100 pada 2071. Dibayangkan bahwa UEA menjadi negara terdepan di bidang ekonomi, dengan pendidikan terbaik, pemerintahan yang unggul, serta masyarakat yang bahagia pada 2071. Kembali ditekankan bahwa Visi Centennial 2071 dibuat demi untuk menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan bagi generasi UEA mendatang.
Visi tersebut menegaskan bahwa generasi muda UEA merupakan investasi bagi negara. Uni Emirat Arab ingin melengkapi generasi mudanya dengan “senjata” terkini, yakni pengetahuan dan keterampilan untuk berkembang di lingkungan yang terus berubah.
Generasi muda disiapkan agar percaya diri dengan identitas nasionalnya, dilengkapi dengan pendidikan berkelas dunia agar mampu menjadi pemimpin masa depan, serta menempatkan UEA menjadi negara di barisan terdepan.
Untuk mendukung visi tersebut dapat terlaksana, dibentuk tim berjumlah 500 orang untuk menyusun strategi dan program pendukung. Tim tersebut akan menerjemahkan visi tersebut dalam lima fase tiap sepuluh tahun meliputi empat aspek pendidikan, ekonomi, pembangunan, dan penguatan komunitas.
Program yang dibuat meliputi kegiatan memperkuat reputasi negara, mendiversifikasi impor-ekspor dengan mengurangi ketergantungan pada minyak, investasi pada pendidikan dan fokus pada teknologi tingkat tinggi, membangun nilai dan etika khas Emirat bagi generasi mendatang, memperbesar produktivitas ekonomi nasional, dan memperkuat ikatan sosial.
Dua Tokoh Kunci
Mulanya, Visi Centennial 2071 dimunculkan sebagai sebuah kuliah umum yang dibawakan oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Ide segar tersebut segera ditangkap oleh perdana menteri UEA, sang penguasa Dubai, Sheik Mohammad Bin Rashid Al Maktoum. Strategi dan penekanan Visi Centennial 2071 dibahas dalam pertemuan tahunan pemerintah UEA pertama di Abu Dhabi pada 26 dan 27 September 2017.
Salah satu bentuk strategi mewujudkan Visi Centennial 2071 adalah pembuatan Area 2071. Ide tersebut digagas oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dan Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Fase pertama dari area 2071 diluncurkan di Emirates Towers di Dubai. Tempat tersebut merupakan tempat dan ekosistem yang terkoneksi antara perusahaan, pemerintah, startups, investor, kaum muda, dan masyarakat untuk membentuk bersama masa depan.
Dalam pertemuan pemerintah UEA ke-2 pada akhir November 2018 di Abu Dhabi, Visi Centennial 2071 kembali dibahas. Diluncurkan tujuh strategi jangka panjang dan 100 inisiatif nasional. Pertemuan pemerintah tahunan ke-2 ini mencoba menjawab pertanyaan, di mana posisi Uni Emirat Arab saat ini dan ke mana arah UEA 50 tahun mendatang?
Media di UEA, seperti Gulf News, The National, The Gulf Today, maupun Khaleej Times, menjadikan pertemuan pemerintah UEA yang kedua ini sebagai berita utama mereka, terutama perkembangan Centennial 2071 dan tujuh strategi nasional pendukungnya.
Pertemuan tersebut juga membahas perkembangan pelaksanaan visi sebelumnya, yakni Visi UEA 2021, selain penegasan strategi terbaru dan target-target untuk mewujudkan visi UEA Centennial 2071.
Tujuh strategi nasional untuk mencapai Visi Centennial 2071 difokuskan dalam hal warisan budaya, perubahan iklim, e-commerce, transportasi, perumahan, ketenagakerjaan, serta ketahanan pangan.
Selain itu, media di UEA menegaskan kekompakan para pemimpin UEA dengan menyebutkan bahwa langkah pertama Visi Centennial 2071 telah mulai dilaksanakan oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dan Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Kemesraan relasi dua tokoh ini tampak jelas saat sang perdana menteri menyebutkan sang putra mahkota dalam cuitan Twitternya. Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mengapresiasi sang putra mahkota sebagai inisiator model pemerintahan baru yang disebut On-demand government services. Selain itu, sang perdana menteri, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum menyebut putra mahkota Abu Dhabi dengan sebutan “saudara”.
Dua tokoh ini mendominasi pemberitaan media di UEA. Penyebutan kedua tokoh sebagai inisiator menunjukkan kerja sama para pemimpin dari dua emirat terbesar di UEA, Abu Dhabi dan Dubai. Kedua tokoh tersebut tampak kompak menghadiri berbagai acara resmi kegiatan pemerintah UEA dan berbagi ide menyangkut strategi dan inovasi pemerintahan yang efektif.
Berani Bermimpi
Bila kebahagiaan penduduk dianggap sebagai harta, tentu lebih berharga mereka yang menyebabkan penduduk bahagia.
Para pemimpin UEA tampaknya sangat menyadari bahwa kebahagiaan rakyat adalah harta terbesar, bahkan menjadi identitas nasional.
Mereka meluncurkan banyak visi dan strategi untuk mengajak penduduk, yang telah bahagia, berbagi kebahagiaan untuk generasi UEA mendatang.
Para pemimpin UEA ini berani bermimpi dan mewujudkan gagasan mereka.
Tak hanya itu, mereka juga mengajak warganya untuk bermimpi dan bersama-sama mewujudkannya. Akhirnya, kebahagiaan warga negara bukan lagi menjadi tujuan, tetapi menjadi identitas nasional UEA.
Sebenarnya, inilah harta paling berharga yang dimiliki UEA: para pemimpin yang visioner. (LITBANG KOMPAS)