Tabungan Meningkat, Liburan Tetap Oke
Memasuki Desember hingga pergantian tahun, hawa liburan mulai merebak. Setiap orang mempersiapkan liburannya masing-masing. Mulai dari liburan sederhana hingga yang mewah, ke luar negeri, misalnya.
Berlibur dan berekreasi menjadi kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk keseimbangan hidup dari aktivitas yang rutin dan monoton. Bahkan, liburan juga menjadi gaya hidup. Dipersiapkan dan direncanakan sebaik mungkin.
Tren berlibur masyarakat Indonesia jika dilihat dari jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) dalam satu dekade terakhir menunjukkan peningkatan. Jika pada 2008 terjadi 225,04 juta kali perjalanan ke berbagai obyek tujuan wisata dalam negeri, pada 2017 jumlahnya menjadi 270,82 juta kali atau naik sekitar 20 persen.
Dilihat secara demografis, para wisnus yang paling banyak melakukan perjalanan untuk liburan atau rekreasi berasal dari daerah-daerah di Jawa. Paling banyak berasal dari Jawa Barat (16,17 persen). Disusul masyarakat dari Jawa Timur (16,13 persen) dan Jawa Tengah (15,32 persen). Warga Jakarta yang melakukan perjalanan liburan domestik hanya menyumbang 9,17 persen terhadap total wisnus.
Tiga daerah asal, Jabar, Jatim, dan Jateng, adalah tiga besar penyumbang perjalanan para wisnus yang hampir menguasai separuh dari total perjalanan. Hanya saja, secara urutan, sebelum tahun 2017 wisnus dari Jatimlah yang berada di urutan teratas sebelum beralih ke Jabar.
Daerah yang menjadi tujuan perjalanan wisata wisnus ini pun terkonsentrasi di Jawa. Berturut-turut adalah Jawa Timur (16,43 persen), Jawa Barat (16,30 persen), dan Jawa Tengah (15,13 persen). Wilayah Yogyakarta dan Bali yang terkenal banyak memiliki obyek wisata hanya menyerap masing-masing 5,08 persen dan 3,41 persen dari total wisnus.
Jawa menjadi target perjalanan wisnus bukan tanpa alasan. Pulau Jawa dari barat ke timur memiliki banyak obyek wisata menarik untuk semua jenis, seperti wisata alam, bahari, budaya, wisata buatan, wisata religi, maupun wisata kuliner. Umumnya destinasi wisata di Jawa sudah memiliki infrastruktur yang baik, mulai dari akses jalan, moda angkutan, akomodasi, dan jasa layanan ikutan.
Dari sepuluh destinasi wisata yang diprioritaskan pemerintah dan dipromosikan dengan tagline Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia, empat di antaranya berada di Pulau Jawa. Ke empat destinasi wisata prioritas itu adalah Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), dan Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur).
Yang menarik, data Kementerian Pariwisata memperlihatkan jumlah perempuan yang berwisata bertambah dibandingkan laki-laki meski secara porsi jumlah laki-laki yang berwisata tetap lebih banyak ketimbang perempuan. Pada 2016, porsi perempuan yang berwisata sebanyak 48,38 persen, naik menjadi 49,59 persen pada 2017. Sedangkan porsi laki-laki yang berwisata pada 2017 berkurang menjadi 50,41 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki porsi 51,62 persen.
Wisata Sederhana
Meski kebiasaan berlibur wisatawan domestik ini bertambah jumlah perjalanannya, tetapi lama perjalanan tidak berubah banyak. Dalam dua tahun terakhir rata-rata lama perjalanan para wisnus tidak berbeda jauh. Jika pada 2016 rata-rata perjalanan dilakukan selama 3,87 hari, setahun kemudian menjadi 3,85 hari.
Namun, dilihat dari pengeluaran, rata-rata biaya yang dihabiskan wisnus meningkat. Pada 2017, rata-rata pengeluaran wisnus menjadi Rp 935.840 atau naik 2,4 persen dibandingkan tahun 2016. Biaya yang lebih besar biasanya dikeluarkan wisnus yang berada di luar Jawa seperti yang dari wilayah Indoensia bagian timur ke dastinasi wisata di Jawa karena faktor transportasi.
Sementara wisnus di wilayah Jawa rata-rata mengeluarkan biaya antara Rp 400.000 hingga Rp 1.000.000 perjalanan wisatanya. Komposisi pengeluaran terbesar untuk berlibur berturut-turut adalah untuk biaya angkutan/tranportasi, makanan dan minuman, berbelanja, dan akomodasi.
Dengan biaya berlibur yang tidak begitu besar dan waktu perjalanan yang tidak lama, kegiatan berlibur wisnus bisa dikategorikan wisata sederhana. Aktivitas yang paling banyak dilakukan wisnus adalah wisata kota dan perdesaan (42,76 persen). Selanjutnya adalah wisata bahari (17,28 persen) serta wisata terintegrasi dan wisata kuliner dengan masing-masing 11 persen.
Yang dimaksud dengan wisata kota dan perkotaan ini menurut Kementerian Pariwisata adalah kegiatan yang meliputi belanja, mengunjungi teman atau kerabat, menikmati hiburan malam, tinggal di desa tradisional, mengunjungi pasar tradisional, wisata darmabakti dan filantropis, serta program tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu juga termasuk kegiatan fotografi dan mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah dan khas (architectural visit).
Kegiatan ini umumnya tidak memerlukan biaya yang besar. Termasuk untuk akomodasi selama liburan. Berdasarkan survei Kemenpar 2017, akomodasi yang banyak digunakan wisnus adalah rumah teman atau keluarga (82,15 persen). Persentase ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar 79,44 persen.
Menginap di hotel berdasarkan survei Kemenpar tersebut hanya dilakukan oleh 8,94 persen. Selebihnya menginap di akomodasi komersial lainnya. Dalam periode 2007-2017 total pengeluaran wisnus meningkat 132,6 persen, dari Rp 108,96 triliun (2007) menjadi Rp 253,45 triliun (2017).
Karena alasan lebih banyak yang memilih wisata sederhana dan tidak berbiaya mahal, bisa pula dipahami mengapa Bali tidak menempati urutan tiga besar daerah tujuan wisnus. Bali lebih menjadi magnet bagi turis asing yang membawa uang lebih banyak untuk merasakan pengalaman yang tidak didapat di daerah asalnya.
Tabungan meningkat
Meningkatnya perjalanan wisnus menunjukkan kegiatan berlibur dan berekreasi seperti tidak terimbas krisis. Secara sederhana hal itu bisa dijelaskan bahwa meski gerak perekonomian melambat dan dunia masih diliputi ketidakpastian, beberapa indikator moneter menunjukkan pertumbuhan yang bagus.
Salah satunya adalah perkembangan dana pihak ketiga di perbankan. Perbaikan ini membawa efek domino salah satunya adalah membaiknya kebiasaan berlibur. Hal itu karena bisa jadi bagi yang memiliki tabungan yang cukup, masih merasa aman dan nyaman mengeluarkan biaya untuk berwisata.
Data Lembaga Penjamin Simpanan menunjukkan dalam lima tahun terakhir, jumlah kepemilikan rekening dan nilai nominal simpanan di perbankan meningkat. Jumlah kepemilikan rekening hingga Oktober 2018 mencapai 268,6 juta rekening. Angka ini naik 82 persen dibandingkan tahun 2013 (147,6 juta rekening).
Nilai nominal simpanan di perbankan pada 2018 mencapai Rp 5.645,9 triliun atau naik 52,3 persen dibandingkan 2013. Pertumbuhan jumlah rekening berkisar 8 persen hingga 23 persen pada periode 2013-2017. Sedangkan pertumbuhan nominal simpanan di perbankan berkisar 5 persen hingga 13 persen dalam periode yang sama.
Simpanan di perbankan tersebut mayoritas berupa dana pihak ketiga baik dalam rupiah maupun valuta asing. Jenis dana pihak ketiga terbanyak yang dimiliki nasabah adalah dalam bentuk rekening tabungan (97 persen) dan deposito berjangka (1,69 persen). Sisanya dalam bentuk rekening giro, deposito on call, dan sertifikat deposito.
Dilihat berdasarkan besaran nominal simpanan, mayoritas rekening adalah kategori kepemilikan yang bernominal kurang dari Rp 100 juta (98,17 persen atau sebanyak 263,7 juta rekening). Total seluruh rekening ini bernilai Rp 798,3 triliun.
Jumlah total nilai rekening di bawah Rp 100 juta ini kalau jauh dibanding dengan simpanan nasabah yang bernominal di atas Rp 5 miliar per rekening. Jumlah pemilik rekening di atas Rp 5 miliar ini sebanyak 0,03 persen atau 93.310 rekening. Namun, total nilai seluruh rekening di atas Rp 5 miliar tersebut mencapai Rp 2.701,5 triliun atau tiga kali lipat total nilai pemilik rekening yang kurang dari Rp 100 juta.
Meningkatnya nilai simpanan masyarakat di masa yang masih termasuk krisis ini menunjukkan sesungguhnya masyarakat masih menahan konsumsi dan ekspansi investasi sambil menunggu dan membaca situasi.
Namun demikian, bisa jadi kondisi tersebut tidak menghalangi masyarakat untuk menggunakan dananya untuk tetap berlibur dan rekreasi. Pilihan wisata yang murah dan sederhana menjadi alternatif yang rasional sambil mengantisipasi kondisi yang penuh ketidakpastian. (GIANIE/LITBANG KOMPAS)