Persaingan Sengit di Dapil Jakarta II, Dapil Terkaya
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·2 menit baca
Daerah Pemilihan Jakarta II akan menjadi medan pertarungan ketat antar-calon anggota legislatif untuk memperebutkan 7 kursi yang menjadi jatah dapil ini. Ketatnya kompetisi lantaran para caleg yang bertarung rata-rata memiliki semua potensi untuk menjadi anggota DPR, baik aspek pengalaman politik, sokongan ekonomi, maupun popularitas.
Dapil yang menaungi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan daerah luar negeri pantas disebut sebagai dapil tervital lantaran posisinya persis di jantung wilayah Republik Indonesia.
Dapil Jakarta II boleh juga dibilang sebagai dapil kompetitif bagi caleg-caleg pendatang baru. Pasalnya, mereka harus berjuang keras untuk mempromosikan nama mereka di antara nama para caleg yang sudah beken di sini.
Enam anggota DPR yang maju dari Dapil Jakarta II pada Pemilu 2014, kini semuanya ikut mencalonkan diri kembali di dapil ini.
Enam petahana tersebut adalah Muhammad Hidayat Nur Wahid (PKS), Eriko Sotarduga (PDI-P), Masinton Pasaribu (PDI-P), Biem Triani Benjamin (Gerindra), Melani Leimena Suharli (Demokrat), dan Lena Maryana (PPP).
Pada Pemilu 2019 ini, Dapil Jakarta II mendapat tambahan 1 kursi selain 6 kursi yang sudah ada. Penambahan itu akan membuat persaingan merebut suara pemilih semakin sengit demi mendapatkan kursi baru ini.
Selain tambahan kursi, nama-nama beken caleg baru pun bertambah di dapil ini. Sebut saja Tsamara Amany, politikus milenial dari PSI; Liliana Tanaja, istri pengusaha Hary Tanoesoedibjo yang diusung Perindo. Nama-nama ini akan membuat kontestasi di Dapil Jakarta II benar-benar hidup dan panas.
Meskipun bertabur bintang, partisipasi politik di Dapil Jakarta II ini terbilang sebagai salah satu yang terendah, yaitu 66,19 persen pada Pemilu 2014, jauh di bawah rerata nasional, 75,57 persen. Padahal, para pemilih di dapil ini sudah telanjur dicitrakan memiliki kapasitas sosial politik dan ekonomi yang lebih baik sehingga kesadaran untuk memilih lebih tinggi.
Pandangan itu tidak berlebihan karena Dapil Jakarta II merupakan wilayah yang paling kaya. Semua kegiatan ekonomi di wilayah ini selalu menghasilkan pendapatan yang tinggi sehingga tidak heran kalau PDRB-nya pun menembus angka seribu triliun rupiah, tepatnya Rp 1.018 triliun.
Ironis. Daerah terkaya dengan penduduk yang berkualitas justru menjadi dapil dengan partisipasi terendah. Padahal, caleg yang bertarung memiliki kualifikasi terbaik dan mumpuni di bidang mereka. Jika tingkat partisipasi pada Pileg 2019 tidak terpaut jauh dengan periode sebelumnya, pemilih di dapil ini hanya mencapai 1,7 juta orang.
Mengecilnya jumlah pemilih berimbas pada persaingan untuk mengamankan batas minimal kemenangan. Dengan rasio yang semakin kecil, perebutan suara pemilih dipastikan akan semakin sengit. (LITBANG KOMPAS)