Partai yang dikenal sebagai partainya wong cilik ini bermula dari partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai ini merupakan fusi dari PNI, IPKI, Murba, Parkindo, dan Partai Katolik.
Tambahan kata Perjuangan di belakang PDI muncul akibat pertikaian di internal partai yang tak kunjung selesai. Melalui Kongres di Bali pada Oktober 1998, disepakati terbentuknya PDI Perjuangan (PDI-P), yang kemudian diketuai Megawati Soekarnoputri, terpisah dari PDI yang dipimpin Soerjadi.
PDI-P berasaskan Pancasila, dan bercirikan kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hasil kongres di Bali 1998 mengamanatkan PDI-P memenangi pemilu agar memiliki sarana mencapai tujuan umum partai, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mendorong perdamaian dunia.
Setelah Kongres Bali 1998, dalam Pemilu 1999, PDI-P muncul sebagai pemenang pemilu dengan raihan suara 33,74 persen. Dengan perolehan suara tersebut, PDI-P menguasai 154 kursi di DPR. Namun, perolehan ini belum berhasil mengantarkan ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, menjadi Presiden RI.
Dinamika politik pada saat itu memunculkan nama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai calon presiden. Saat Sidang Umum MPR digelar pada September 1999, polarisasi antarkekuatan politik menguat. Melalui proses pemilihan dramatis, Gus Dur dipilih menjadi presiden didampingi Megawati sebagai wakil presiden untuk periode 1999-2004.
Pada Pemilu 2004, raihan suara PDI-P turun ke posisi kedua, lalu berada di posisi ke-3 pada Pemilu 2009. Setelah Pemilu 2004, Megawati menegaskan sikap politik partai untuk menjadi oposisi terhadap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Para kader diminta berkonsolidasi guna merebut kembali kemenangan pada pemilu selanjutnya.
Sejak partai ini berdiri pada 1 Februari 1999, Megawati Soekarnoputri menjadi ketua umum hingga sekarang. Dinamika internal sempat terjadi di tubuh partai ini, yang disebabkan oleh tuntutan kaderisasi oleh sejumlah tokoh.
Terpilihnya Megawati sebagai ketua umum dalam Kongres PDI-P kedua di Bali 2005 menimbulkan kekecewaan beberapa politisi yang menuntut kaderisasi. Mereka antara lain Roy BB Janis, Laksamana Sukardi, Arifin Panigoro, Sukowaluyo Mintorahardjo, Noviantika Nasution, Pius Lustrilanang, Postdam Hutasoit, Angelina Pattiasina, Didi Supriyanto, Peter Sutanto, Sophan Sophiaan, dan Tjandra Widjaya. Akibat dinamika tersebut, tokoh-tokoh itu keluar, kemudian sempat mendirikan Partai Demokrasi Pembaruan.
Pada Pemilu 2014, PDI-P kembali memenangi suara terbanyak dan menduduki posisi tertinggi di antara 12 partai politik peserta pemilu. Saat itu, PDI-P meraih 18,95 persen suara dengan penguasaan 109 kursi di DPR. Pada Pemilu 2014, PDI-P juga berhasil mengantar Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. (LITBANG KOMPAS)