Bus Pariwisata, Teman Setia Berwisata
Prioritas pemerintah di sektor pariwisata dan infrastruktur menggairahkan sejumlah bisnis di Indonesia. Salah satunya bisnis bus pariwisata yang terpantau terus berkembang dari tahun ke tahun. Jasa penyewaan bus kian menjadi teman setia bagi para pelancong menjelajah obyek-obyek wisata hingga pelosok Nusantara.
Pembangunan sektor pariwisata menjadi perhatian serius pemerintah dalam lima tahun terakhir. Pariwisata telah ditetapkan sebagai sektor prioritas sejak diterbitkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015. Bukan hanya pariwisata, saat itu pemerintah juga membidik sektor pertanian, perikanan dan kelautan, energi, serta industri.
Pemerintah telah menetapkan 10 destinasi utama atau kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Destinasi itu ditetapkan seiring diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Bukan hanya di Pulau Jawa, KSPN tersebar hampir di seluruh Indonesia, di antaranya Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), kawasan Bromo-Tengger (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Pengembangan sektor pariwisata tidak lepas dari pembangunan infrastruktur transportasi. Kehadiran infrastruktur akan sangat membantu para pelancong mengakses obyek wisata sekalipun berada di daerah pelosok. Hal itu pun turut menjadi fokus pemerintah belakangan ini. Tidak hanya jaringan jalan, pembangunan juga diterapkan di titik-titik keberangkatan sejumlah moda transportasi umum, seperti pesawat, kereta api, dan kapal.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat hingga 2018 telah dibangun 10 bandara baru dan merevitalisasi 408 bandara di daerah rawan bencana, terisolasi, dan wilayah perbatasan. Pada moda kereta api telah dibangun jalur ganda dan reaktivasi rel sepanjang 754,6 kilometer. Ditambah lagi kereta ringan (LRT) di Sumatera Selatan dan LRT serta transportasi massal cepat (MRT) di Jakarta. Sementara pada moda kapal telah dibangun 29 pelabuhan dan penambahan lima kapal penyeberangan penumpang.
Selain udara, laut, dan rel, sarana transportasi darat juga tidak lepas dari perhatian pemerintah. Hal itu terlihat dari maraknya pembangunan jalan dan jembatan. Tahun 2018 tercatat dibangun 3.432 km jalan baru, 947 km jalan tol, dan 39,8 km jembatan. Di samping itu, ada juga 134 jembatan gantung baru, salah satunya Jembatan Situ Gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. Jembatan yang diresmikan pada 9 Maret 2019 ini diklaim sebagai jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara. Panjangnya 243 meter, lebar 1,2 meter, dan berada di ketinggian 107 meter dari dasar tanah.
Geliat wisata Indonesia
Siapa sangka pariwisata sebagai prioritas unggulan menjadikan sektor ini terus menunjukkan tren positif beberapa tahun terakhir. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan, jumlah wisatawan Nusantara (wisnus) dari 2015 hingga 2018 mengalami peningkatan 6 persen kunjungan per tahun. Adapun wisatawan mancanegara (wisman) meningkat 2 persen per tahun. Peringkat daya saing pariwisata Indonesia di kancah global pun terus merangkat naik. Tahun 2013 berada di peringkat ke-70 dan pada 2017 sudah bertengger di peringkat ke-42.
Jumlah kunjungan wisman di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Menurut data Good News from Southeast Asia, tahun 2018 Indonesia berada di peringkat ke-4 dari 10 negara di ASEAN dengan total 15,8 juta wisman. Sementara Thailand telah mencapai 38,3 juta wisman, Malaysia 25,8 juta wisman, dan Singapura 18,5 juta wisman. Mengantisipasi hal ini, pemerintah telah menetapkan target kunjungan tiap tahunnya. Namun, sejak 2015-2017 total kunjungan wisman di Indonesia belum berhasil melampaui target.
Berbeda dengan jumlah kunjungan wisnus yang meningkat lebih besar, juga selalu melebihi target dari tahun ke tahun. Terakhir pada 2017 jumlahnya mencapai 271 juta kunjungan. Angka ini melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 270 juta kunjungan. Begitu juga tahun sebelumnya mencapai 264 juta kunjungan dari target 260 juta. Meningkat tajamnya kunjungan wisnus disebabkan sejumlah faktor. Mulai dari semakin baik akses menuju lokasi wisata, kian maraknya wahana wisata baru, hingga adanya kegiatan, seperti study tour sekolah, piknik kantor, silaturahmi keluarga, dan acara kumpul komunitas.
Gebrakan wisata turut menggairahkan sejumlah bisnis di Nusantara. Contohnya bisnis hotel berbintang yang jumlahnya meningkat hampir 50 persen dalam lima tahun terakhir. Jumlah hotel berbintang tahun 2013 masih 1.778 usaha, kemudian tahun 2018 meningkat menjadi 3.314 usaha. Selain penginapan, bisnis lain yang turut terdongkrak adalah bisnis transportasi, baik udara, laut, kereta, maupun darat. Di antara berbagai moda itu, geliat perusahaan otobus (PO) pariwisata merupakan contoh bisnis yang menarik untuk diamati.
Perusahaan otobus pariwisata
Terdapat dua jenis PO di Indonesia. Pertama, PO yang mengoperasikan bus dengan trayek tertentu. Armada bus yang beroperasi biasa disebut bus antarkota antarprovinsi (AKAP) atau antarkota dalam provinsi (AKDP). Kedua, PO yang bergerak di usaha penyewaan bus. Armadanya sering disebut bus pariwisata tanpa trayek karena rute perjalanannya disesuaikan dengan permintaan penyewa.
Meski sama-sama bergerak di bidang otobus, geliat kedua jenis PO ini memiliki tren yang berbeda. Perkembangan jumlah PO AKAP cenderung terus menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kemenhub, lima tahun terakhir jumlahnya berkurang hingga 7,7 persen per tahun. Tahun 2013 tercatat masih ada 922 PO dengan 21.186 armada bus yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian tahun 2017 jumlahnya menyusut menjadi hanya 576 PO dengan total 16.238 armada.
Menurunnya jumlah PO AKAP senada dengan berkurangnya minat pemudik menggunakan moda bus. Data Kemenhub menunjukkan, Lebaran 2013 jumlah penumpang bus masih 5,5 juta orang. Namun, ketika Lebaran tahun 2018, jumlahnya menjadi hanya 4,05 juta penumpang. Tercatat dalam rentang lima tahun itu pemudik dengan moda bus berkurang rata-rata 6 persen per tahun.
Berbeda dengan PO AKAP, penggiat PO pariwisata justru terpantau terus menjamur di Indonesia. Empat tahun terakhir jumlahnya bertambah rata-rata 5,6 persen per tahun. Tahun 2013 ada 1.332 PO pariwisata dengan 18.304 armada bus. Kemudian 2017 bertambah menjadi 1.653 PO dengan 24.524 armada bus. Di antara semuanya itu, Pulau Jawa menjadi markas perusahaan-perusahaan ini. Terbanyak ada di Provinsi Jawa Tengah 395 PO, Jawa Barat 338 PO, dan Jawa Timur 295 PO.
Meski berbeda layanan, PO AKAP dan PO pariwisata berkesinambungan. Kedua jenis PO ini banyak bermarkas di provinsi yang sama. Kantor pusat PO AKAP paling banyak juga ditemukan di Provinsi Jawa Tengah yang tercatat tahun 2017 ada 113 PO. Kemudian disusul Jawa Barat 78 PO dan Jawa Timur 55 PO. Maraknya PO AKAP di provinsi-provinsi itu tidak lepas dari lokasi asal para perantau. Menurut survei Balitbang Kemenhub, tujuan mayoritas pemudik Lebaran 2019 dari Jabodetabek adalah Jawa Tengah (37,7 persen), Jawa Barat (24,9 persen), dan Jawa Timur (11,1 persen).
Sebagian PO pariwisata juga merupakan PO AKAP. Selain melayani jalur reguler antarkota, beberapa PO juga memiliki bus divisi pariwisata. Contohnya bus Symphonie yang dioperasikan Nusantara, PO asal Kudus, Jawa Tengah. Bukan hanya PO Nusantara, PO lain penyedia layanan serupa di antaranya PO Ramayana di Muntilan, PO Safari Dharma Raya di Temanggung, PO Budiman di Tasikmalaya, dan PO Sudiro Tungga Jaya di Magetan. Meski demikian, ada juga PO yang murni bergerak di jasa penyewaan bus. Contohnya PO Pandawa 87 di Boyolali, PO Senja Furnindo di Jepara, PO Satria Muda di Banyumas, PO Metropolitan di Majalengka, dan PO Kwantrans Orange di Kota Malang.
Fasilitas mewah
Demi mengakomodasi berbagai segmen penyewa bus, sejumlah PO sengaja menyediakan berbagai pilihan armada, mulai dari bus mikro, bus medium, bus besar biasa, hingga bus besar supermewah. Contohnya PO Pandawa 87, PO yang hingga pertengahan 2019 telah memiliki empat garasi aktif di Boyolali, Malang, Pasuruan, dan Cianjur. Khusus di garasi Boyolali, PO ini menyediakan pilihan armada mulai dari bus mikro dengan 17-22 kursi, bus medium dengan 35 kursi, bus besar dengan kursi 48-59 kursi, bus besar premium termasuk bus tingkat dengan 16-23 kursi saja. Khusus bus premium ini tersedia dispenser, TV LCD 32 inci, sofa, kasur, dan koneksi internet.
Tidak hanya PO Pandawa 87, ada juga PO Metropolitan di Majalengka, Jawa Barat. Pilihan armada dari PO ini diantaranya bus mikro dengan 14 kursi, bus medium dengan 29 kursi, bus besar dengan 48-59 kursi, dan juga bus karavan. Bus karavan ini bak rumah berjalan karena selain berisi 14 kursi juga ada sofa, tempat tidur, toilet, pantri, dan koneksi internet.
Betapa manisnya bisnis ini karena harga sewa yang dipatok untuk setiap jenis armadanya. Menurut laman salah satu agen wisata ronapersadatour.com, rentang harga sewa armada PO Pandawa mulai dari Rp 1,35 juta per hari hingga Rp 10,5 juta per hari. Harga termurah untuk sewa armada bus mikro. Sementara harga tertinggi dipatok untuk armada premium bus tingkat superdouble decker dan bus ultrahigh deck (UHD). Sementara untuk bus besar biasa harganya dipatok sekitar Rp 3,5 juta per hari untuk luar kota.
Ketika hari raya tiba, pesanan bus pariwisata turut kebanjiran. Kemenhub mencatat, saat Lebaran 2018 dikerahkan bus mudik gratis 5.081 unit. Jumlah itu disediakan Kemenhub sebanyak 1.073 unit, BUMN 3.490 unit, dan perusahaan swasta 518 unit. Belum lagi bus tambahan yang disewa untuk memperbanyak armada PO AKAP ketika arus puncak tiba. Sebagian besar unit bus yang digunakan itu merupakan bus pariwisata. Bahkan, bukan hanya bus pariwisata, bus UHD operasional Universitas Muhammadiyah Jember juga disewa Bank BNI untuk armada mudik gratis di Lebaran tahun ini.
Bersama agen wisata, bisnis penyewaan bus semakin menggeliat. Kini tidak sulit menemukan agen yang menyediakan paket wisata keliling obyek wisata di banyak kota di Indonesia. Pilihan durasi waktunya pun bervariasi, mulai dari satu hari, bahkan lebih. Biasanya harga paket wisata yang ditawarkan termasuk fasilitas antar-jemput bandara, stasiun, terminal, atau hotel. Jika dalam satu rombongan pesertanya cukup banyak, armada apa lagi jika bukan bus pariwisata yang digunakan. Dengan demikian, dalam kondisi seperti itu, bus menjadi armada pengantar, mulai dari tiba di kota tujuan wisata hingga menjelajah wahana wisata di kota itu.
Pariwisata sebagai sektor prioritas pemerintah terbukti telah membuahkan hasil positif. Dibarengi pembangunan infrastruktur, sektor ini berhasil mendongkrak sebagian bisnis nasional. Kehadiran bus pariwisata sebagai teman setia bagi para penikmat wisata Nusantara menjadi salah satu indikatornya. (Albertus Krisna/Litbang Kompas)