Menggaungkan Kembali Pesona Danau Toba
Menyandang predikat danau terbesar di Indonesia, Danau Toba di Sumatera Utara menyimpan berjuta daya tarik. Meski populer, kunjungan wisatawan ke danau purba ini relatif minim. Setelah penetapannya sebagai destinasi wisata superprioritas, secercah harapan muncul untuk Danau Toba.
Sejak 2016, Danau Toba terpilih menjadi satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Penetapan ini sebagai upaya pemerintah untuk mendongkrak kunjungan wisatawan Nusantara dan mancanegara di Indonesia.
Satu tahun berselang, prioritas pemerintah mengerucut pada lima destinasi superprioritas. Danau Toba masuk di dalamnya bersama Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur dan Likupang (Minahasa Utara).
Danau Toba masuk dalam daftar destinasi superprioritas karena potensi pariwisatanya sangat besar. Terletak sekitar 190 kilometer (km) atau lima jam perjalanan darat dari Kota Medan, Danau Toba unggul dalam keindahan alam dan kekayaan budaya masyarakat.
Danau Toba terbentuk dari letusan mahadahsyat gunung api sekitar 74.000 tahun lalu. Letusan ini diyakini sebagai terbesar di bumi dalam kurun 25 juta tahun terakhir. Sebagai dampak letusan, tercipta kaldera dengan panjang sekitar 90 km dan lebar 30 km. Seiring waktu, air sungai dan air hujan menggenangi kaldera hingga kini menjadi danau vulkanik terbesar di dunia.
Perairan Toba memiliki luas 113 ribu hektar atau 1,7 kali luas daratan DKI Jakarta. Kedalaman maksimumnya 529 meter. Pesisir danau ini meliputi tujuh kabupaten, yakni Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Simalungun, Karo, dan Dairi.
Proses geologi yang panjang menyebabkan Danau Toba dikelilingi bukit, air terjun, air panas, dan pantai yang eksotik. Salah satu bukit yang terkenal di Toba adalah Bukit Pusuk Buhit yang terletak di Pangururan, Kabupaten Samosir.
Bukit ini merupakan puncak tertinggi di kawasan Danau Toba dengan ketinggian mencapai 1.972 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari puncak bukit ini, pengunjung dimanjakan pemandangan indah hamparan sawah di antara lembah dan perbukitan.
Soal kekayaan budaya, di Kabupaten Samosir saja terdapat 148 situs budaya. Salah satunya lokasi pertunjukan tari Sigale-Gale yang terletak tidak jauh dari makam tua Raja Sidabutar di Simanindo, Kabupaten Samosir. Selain situs, ada sejumlah pertunjukan tradisional yang masih lestari, seperti tari tortor Batak, pentas opera Batak, hingga upacara mangase taon.
Pekerjaan rumah
Menurut catatan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Danau Toba termasuk salah satu destinasi dengan masalah terkait tata ruang. Hal ini terjadi karena proses pembebasan lahan untuk berbagai fasilitas pendukung wisata belum berjalan mulus. Kondisi ini diperparah dengan kurang memadainya infrastruktur transportasi hingga menyulitkan wisatawan menjangkau destinasi ini.
Hingga pertengahan 2019, perbaikan di sejumlah titik sudah terlihat. Salah satunya peningkatan status Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi bandara bertaraf internasional pada tahun 2017. Sejak saat itu, kapasitas penumpang yang dapat ditampung bandara ini meningkat. Semula hanya dapat menampung dua Boeing 737, kini, apron di bandara itu mampu menampung empat pesawat berjenis sama.
Selain revitalisasi bandara, pembenahan jalur perairan di Danau Toba juga turut digalakkan. Salah satunya peresmian Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Ihan Batak pada Maret 2019. KMP ini beroperasi empat kali sehari pergi-pulang melayani rute Pelabuhan Ajibata di Kabupaten Toba Samosir ke Pelabuhan Ambarita di Kabupaten Samosir. Selain KMP Ihan Batak, sedang dibangun empat KMP baru serta program pembenahan 12 pelabuhan di Toba.
Pemerintah juga telah membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BOPKPDT) sejak 2016. Menurut Perpres RI Nomor 49 Tahun 2016 tentang BOPKPDT, salah satu tugas badan ini adalah melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian di kawasan pariwisata Danau Toba. Cakupan kawasannya paling sedikit 500 hektar.
Sejumlah upaya pemerintah membuahkan hasil yang terlihat dari peningkatan jumlah hotel, kunjungan wisatawan, produk domestik regional bruto (PDRB), dan investasi yang masuk. BPS mencatat, pada 2013, total hotel di tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba ialah 230 hotel. Jumlahnya bertambah menjadi 398 hotel pada 2017. Peningkatannya 73 persen, lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan hotel di level provinsi yang sebesar 46,6 persen.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga mulai naik. Hal ini ditandai dari jumlah kedatangan wisman di Bandara Kualanamu, Bandara Silangit, Pelabuhan Belawan, dan Pelabuhan Tanjung Balai di Asahan. Pada tahun 2013, tercatat total ada 259.000 orang, sementara pada 2017 jumlahnya meningkat 4,4 persen menjadi sekitar 270orang.
Maksimalkan Potensi
Pengembangan kawasan wisata akan lebih maksimal jika dilakukan pula pengembangan warga setempat. Hal pertama adalah bagaimana meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) masyarakat di sekitar Toba. Tahun 2017, rentang IPM tujuh kabupaten di Toba berkisar 67,3-73,9. Adapun kabupaten yang nilai IPM berada di bawah rata-rata provinsi (70,6) adalah Kabupaten Humbang Hasundutan (67,3), Samosir (69,4), dan Dairi (70,4).
IPM yang rendah dipengaruhi setidaknya oleh fasilitas kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, perlu ada percepatan sektor-sektor terkait dengan memanfaatkan keunggulan daerah, misalnya sektor pekerjaan penduduk Sumut di sektor pertanian yang mencapai 37,5 persen dalam PDRB.
Target satu juta wisman ke Toba tahun 2019 mungkin masih sulit digapai. Namun, menengok potensi besar yang dimiliki Danau Toba tidak mustahil jumlah wisman akan meningkat dari tahun ke tahun. Kini, tiba saatnya pemerintah daerah dan masyarakat konsisten memperbaiki kawasan Danau Toba sebagai respons dari penetapan sebagai daerah pariwisata superprioritas.
(Litbang Kompas)