Usaha pembangunan infrastruktur pendukung, destinasi wisata, dan acara telah memberikan hasil positif bagi pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Kota Surabaya. Target kunjungan wisatawan telah terlampaui sejak 2013.
Oleh
Wirdatul Aini
·7 menit baca
Melalui infrastruktur, Kota Surabaya lebih mengutamakan pembangunan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Salah satu fokusnya adalah mengatasi banjir dan kemacetan untuk mempermudah akses dan memberikan kenyamanan bagi penghuni kota, termasuk wisatawan. Terbukti, selama tahun 2013 hingga November 2019, kunjungan wisatawan ke kota dengan ikon hiu dan buaya ini telah melebihi target yang ditetapkan.
Kota Surabaya menjadi pemenang pada aspek infrastruktur dan menempati posisi kedua pada aspek sarana pendukung dalam Daya Saing Pariwisata (DSP) 2019 yang dirilis Kompas. Dengan skala 1 sampai 5, dengan 5 sebagai skor tertinggi, Surabaya mengumpulkan skor 4,29 (infrastruktur) dan 4,67 (sarana pendukung). Bahkan, dalam perhitungan total aspek DSP 2019, termasuk aspek tata kelola serta aspek sumber daya alam dan budaya, ibu kota Jawa Timur ini meraih posisi kedua dengan skor 3,79 di bawah Kota Denpasar.
Perolehan skor tersebut menunjukkan kesiapan ”Kota Pahlawan” untuk mendukung pengembangan pariwisata, salah satunya dengan modal infrastruktur. Dalam konteks ini, bukan hanya dalam pembangunan infrastruktur, melainkan juga perbaikan fasilitasnya. Hal tersebut karena wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata akan mendapat kemudahan dan kenyamanan aksebilitas.
Hal itu sejalan dengan penelitian Damanik dan Weber (2006). Menurut dia, elemen penawaran pariwisata mencakup triple A, yakni atraksi, aksebilitas, dan amenitas. Apabila melihat dari elemen aksebilitasnya, tidak hanya mencakup aspek kuantitas, tetapi juga kualitasnya, seperti inklusif mutu, kenyamanan, dan keselamatan. Salah satu cerminan dari inklusif mutu dapat dilihat dari kualitas jalan, pelabuhan, dan bandara serta jarak tempuh mencapai fasilitas transportasi.
Infrastruktur kota
Kota Surabaya memiliki cakupan tersebut karena pemerintahnya memfokuskan pada pembangunan dan perbaikan infrastruktur setelah pendidikan dan kesehatan. Harapannya, pembangunan ini dapat memberikan dampak positif pertumbuhan ekonomi dan pariwisata. Pada 2018, sebesar 22,86 persen atau senilai Rp 2,08 triliun APBD Kota Surabaya dialokasikan untuk infrastruktur.
Total jalan dan jalur pedestrian yang terbangun pada 2018 masing-masing sepanjang 4.694,3 meter dan 8.843,5 meter. Jalan yang dibangun, antara lain, Jalan Wiyung, Wonokromo, Simpang Dukuh, dan Middle East Ring Road (MERR). Sementara untuk pembangunan drainase fokus pada box culvert diversi Banyu Urip.
Selanjutnya, pada 2019, alokasi dana APBD untuk infrastruktur naik menjadi 32,96 persen dari Rp 9,4 triliun. Dana tersebut membuahkan berbagai macam infrastruktur, seperti penambahan panjang jalan, jalur pedestrian, dan pematusan.
Data hingga 15 Desember 2019 menunjukkan, total panjang jalan dan jalur pedestrian yang terbangun pada tahun ini sepanjang 6.800,8 meter dan 20.570,4 meter. Sementara kelanjutan pembangunan drainase di box culvert diversi Gunungsari. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya (DPUBMP), selama 10 tahun terakhir (2010- 2019), total panjang jalan dan jalur pedestrian yang terbangun 49.840,4 meter dan 87.041,6 meter.
Sebanyak Rp 356,3 miliar alokasi APBD 2019 digunakan untuk pengadaan tanah. Dalam lima tahun terakhir (2015-2019), dana yang digunakan untuk pengadaan tanah sebesar Rp 1,4 triliun. Setelah pembebasan lahan, pada tahun ini akan dilanjutkan pembangunan fisik khususnya dalam mendukung persiapan Piala Dunia U-21 pada 2021. Kembali lagi, usaha ini dilakukan untuk membuat Kota Surabaya layak disinggahi para wisatawan.
Pelabuhan dan bandara juga tersedia untuk menyangga fungsi Kota Surabaya sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kedua infrastruktur ini turut andil dalam mobilitas wisatawan. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, sejak 2013 hingga November 2019, Bandara Juanda mendatangkan 112,68 juta wisatawan. Begitu juga dengan Pelabuhan Tanjung Perak yang telah mendatangkan 3,64 juta wisatawan.
Vitalnya Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pintu masuk wisatawan membuat bandara dan pelabuhan ini terus melakukan pembenahan. Beberapa fasilitas yang ditambahkan pada 2018 \adalah penambahan area parkir pesawat (apron), tersedianya konter check in mandiri, pemasangan flap barrier, dan perubahan sentralisasi screening check point Terminal 1.
Bandara yang letaknya sekitar 25 kilometer dari pusat kota ini sedang dalam tahap pengembangan. Tahun ini mulai dilakukan perluasan Terminal 1 untuk meningkatkan daya tampung dan pelayanannya. Pelaksanaannya dilakukan dua tahap. Hingga November 2019, pengerjaan perluasan serta pembenahan fasilitas penunjang dan interior Terminal 1 tahap 1 mencapai 12,8 persen.
Apabila pengerjaannya selesai, kapasitas penumpang di bandara akan bertambah dari 6 juta orang menjadi 13,6 juta orang per tahun. Luas bangunan Terminal 1 akan menjadi 91.700 meter persegi dari 62.700 meter persegi. Selain itu, luas area parkir juga akan ditambah menjadi 90.662 meter persegi dari 63.669 meter persegi.
Sementara itu, terminal penumpang Gapura Surya Nusantara di Pelabuhan Tanjung Perak telah memiliki 2 unit garbarata untuk memudahkan mobilitas penumpang. Bahkan, gedung terminal itu ditetapkan sebagai standar pelayanan terminal penumpang kapal laut Indonesia. Melalui terminal ini, kapal pesiar dari sejumlah negara singgah untuk menikmati pariwisata Kota Surabaya.
Keberadaan infrastruktur pendukung, seperti hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan di kota ini, juga tidak usah diragukan lagi. Jumlah hotel bintang 3 sebanyak 44 hotel, bintang 4 sebanyak 21 hotel, dan bintang 5 sebanyak 10 buah. Menjamurnya keberadaan infrastruktur pendukung ini untuk memenuhi akomodasi dan agenda meetings, incentives, conference, dan exhibition (MICE). Terlebih Kota Surabaya terkenal sebagai tempat tujuan favorit untuk berinvestasi.
Letaknya yang berada di garis pantai menjadikan pembangunan berbagai infrastruktur harus seirama dengan upaya pencegahan risiko. Oleh karena itu, keberadaan mangrove benar-benar dijaga agar menghambat terjadinya abrasi pantai dan mengurangi kecepatan arus laut ke daratan. Visi Kota Surabaya yang menatap ke depan patut diapresiasi. Pasalnya, kota ini bukan hanya memikirkan tentang kemudahan pariwisata karena tersedianya berbagai infrastuktur, melainkan juga memikirkan keselamatan para wisatawan.
Pariwisata Surabaya
Sejumlah potensi pariwisata dimiliki Kota Surabaya, mulai dari wisata religi, budaya, alam, buatan, hingga kuliner. Konsep wisata Surabaya berbeda dengan daerah lainnya. Kesadaran keterbatasan obyek wisata alam membuat kota ini mengedepankan konsep daya tarik sejarah dan budaya yang mempertahankan kearifan lokal. Wisata itu dinamakan wisata buatan.
Wisata buatan ini diciptakan untuk menggaet kunjungan wisatawan. Sejumlah tempat disediakan dalam menunjang wisata kota sehingga menghasilkan keramaian pada siang dan malam. Salah satunya, pembuatan wisata buatan seperti taman yang dapat dikunjungi selama 24 jam. Taman-taman ini, antara lain, Taman Bungkul, Korea, Sejarah, Pelangi, Mundu, Flora, Harmoni dan Hutan Bambu, Prestasi dan Wisata Sungai Kalimas, Kunang-kunang, serta Taman dan Patung Surabaya.
Suasana kampung juga disediakan sebagai wadah pengembangan kekuatan budaya. Kampung Wisata Jambangan dan Kampung Lawas Maspati dijadikan kawasan wisata yang merepresentasikan kearifan lokal. Penekanan storynomics tersaji ketika bertandang ke kampung tersebut.
Belajar sejarah pun terasa sangat mudah dan menyenangkan karena terdapat 16 museum dan jumlahnya akan terus ditambah untuk menyediakan obyek wisata edukasi bagi tamu yang datang. Secara gratis wisatawan dapat berkunjung tanpa batasan hari. Museum De Javasche Bank (Museum BI), Museum Surabaya, Museum House of Sampoerna, dan Museum NU merupakan sebagian diantaranya.
Upaya kota dalam menggenjot pertumbuhan wisatawan tak sebatas menyediakan destinasi, tetapi juga menggelar kegiatan nasional maupun internasional. Sejumlah agenda besar telah dilaksanakan pada 2019 dan agenda pada 2020 siap menanti. Serangkaian agenda tersebut melibatkan banyak massa, mulai dari pegiat seni, pelajar, pelaku usaha, dan peserta.
Agenda hari jadi Kota Surabaya yang dirayakan pada 17 Maret 2019 menyedot banyak perhatian. Rekor Muri tak segan diberikan atas usaha penyelenggaraan acara yang luar biasa. Rekor Muri dipecahkan untuk cobek terbesar dengan diameter 2,5 meter dalam festival rujak uleg dalam rangka hari jadi Kota Surabaya. Acaranya pun dikemas dengan atraktif dan unik. Sebanyak 1.600 peserta rujak menggunakan kostum unik.
Sebanyak 14 acara besar sukses dilaksanakan di 2019 untuk membahagiakan para wisatawan dan warga sekitar. Kesuksesan acara ini akan kembali diulang tahun 2020 dengan menghadirkan konsep yang berbeda.
Berkuliner dan belanja juga tidak perlu bersusah payah. Di sini telah tersedia ragam pusat perbelanjaan dan tempat makan. Sebanyak 28 pusat belanja tradisional dan modern telah hadir. Usaha pembangunan infrastruktur pendukung, destinasi wisata, dan acara tersebut telah memberikan hasil positif bagi pertumbuhan kunjungan wisatawan. Target kunjungan wisatawan telah terlampaui sejak 2013.
Tak heran jika Kota Surabaya menempati posisi kedua dalam DSP berkat usahanya yang luar biasa dalam menggenjot kedatangan wisatawan. Meskipun demikian, pemerintah kota tetap berupaya semakin meningkatkan kunjungan wisatawan. Upaya ini tetap dijalankan sesuai tujuan pemerintah pusat dalam menumbuhkan perekonomian dan mendatangkan devisa dari sektor pariwisata. (Wirdatul Aini/Litbang Kompas)