Gianyar, Juragan Wisata Alam dan Budaya
Hampir semua jenis wisata berkembang di Kabupaten Gianyar, Bali. Berkah itu menjadikan Gianyar meraih skor tertinggi pada aspek sumber daya alam dan budaya dalam Daya Saing Pariwisata 2019.
Kabupaten Gianyar, Bali, menyimpan segudang sumber daya alam dan budaya yang menjadi keunikan tersendiri dibandingkan dengan delapan daerah lain di Bali. Hampir semua jenis wisata berkembang di kabupaten ini, mulai dari wisata alam, buatan, seni budaya, hingga minat khusus. Berkah itu menjadikan Gianyar meraih skor tertinggi pada aspek sumber daya alam dan budaya dalam Daya Saing Pariwisata 2019.
Hasil pengukuran Daya Saing Pariwisata (DSP) yang dilakukan Litbang Kompas menunjukkan, Gianyar mendapat skor tertinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia pada aspek sumber daya alam dan budaya sebagai tulang punggung daya tarik pariwisata. Pada aspek tersebut, Gianyar meraih skor 3,10 (skala 1-5), sementara pada aspek keseluruhan kabupaten ini menduduki peringkat ke-11 dari 508 kabupaten/kota di Indonesia.
Aktivitas pariwisata yang memadukan keindahan alam dan budaya tersebar di wilayah seluas 368 kilometer persegi, tetapi ada tiga kawasan yang menjadi ikon pariwisata. ketiga kawasan itu adalah Gianyar Utara yang pusatnya di Tampaksiring, Gianyar Barat yang berpusat di Ubud, dan Gianyar Selatan dengan jantungnya ada di Sukawati. Ketiga kawasan itu menjadi destinasi utama wisatawan yang berkunjung ke kabupaten ini.
Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Gianyar, kawasan Gianyar Utara yang terdiri dari Kecamatan Payangan, Tegallalang, dan Tampaksiring merupakan daerah konservasi air, pengembangan agrowisata, dan warisan budaya.
Kawasan Gianyar Barat di Kecamatan Ubud merupakan pusat pengembangan seni dan budaya, kegiatan wisata alam dan budaya, serta pusat industri kerajinan rumah tangga. Adapun Gianyar Selatan yang meliputi Kecamatan Sukawati dan Blahbatuh menjadi pusat perdagangan seni, kegiatan wisata belanja, dan industri kerajinan rumah tangga.
Kawasan Ubud
Kawasan seluas 42,38 kilometer persegi ini menjadi destinasi utama wisatawan asing di kabupaten tersebut. Kawasan yang menjadi cikal bakal pariwisata Gianyar ini dulunya merupakan Kerajaan Ubud. Adalah Cokorda Gede Agung Sukawati sebagai Raja Ubud yang membangun pariwisata di Gianyar sehingga berkembang pesat.
Kebijakannya membuat Ubud yang kala itu masih berupa pedesaan bisa berkembang menjadi daerah pariwisata yang dikunjungi wisatawan mancanegara. Cokorda Gede Agung Sukawati memiliki hubungan yang baik dengan tiga seniman warga Eropa, yakni Walter Spies, Johan Rudolf Bonet, dan Antonio Blanco. Ketiga seniman itu berandil besar dalam mengekspos Ubud ke luar negeri.
Ubud memang eksotik dan memesona. Wisatawan bisa menikmati suasana pariwisata di tengah kehidupan pedesaan dengan melihat kehidupan masyarakat Ubud yang masih mempertahankan tradisi budaya Bali tempo dulu. Selain itu, udara yang sejuk dan suasana alam pedesaan yang asri juga membuat wisatawan betah menetap di kawasan itu.
Wisatawan banyak yang menginap di rumah-rumah warga (homestay). Mereka tidak hanya melihat kehidupan masyarakat sehari-hari, tetapi juga merasakan dan mengalami secara langsung kehidupan masyarakat Bali, khususnya Gianyar.
Pengalaman berinteraksi dengan penduduk hingga menjalani kehidupan nyata adat istiadat yang sudah dijalani masyarakat Bali sejak ratusan tahun lalu itu membuat wisatawan betah dan bakal kembali ke Ubud di masa mendatang.
Selain kehidupan sehari-hari, Ubud juga menyajikan seni pertunjukan yang berakar dari budaya Bali. Hampir tiap hari sanggar-sanggar di kawasan itu menyediakan hiburan bagi wisatawan yang ingin menikmati kebudayaan Bali. Sanggar-sanggar tersebut mementaskan kesenian Bali, seperti legong, sendratari, dan semua tradisi yang bernapaskan Bali. Tak hanya menyajikan pertunjukan seni, sanggar juga mengajarkan tari Bali bagi wisatawan yang ingin belajar tarian tradisional.
Selain seni budaya, wisatawan juga bisa menikmati sejuknya udara dan rindangnya pepohonan ditemani kawanan monyet di obyek wisata Mandala Suci Wanara Wana atau Monkey Forest. Kawasan hutan seluas 12,5 hektar ini berlokasi strategis dan dekat dengan pusat kegiatan pariwisata Ubud. Monkey Forest menyajikan ratusan jenis pepohonan yang rindang dan ratusan monyet yang turun-temurun hidup di hutan itu.
Hutan ini adalah salah satu obyek wisata alam favorit yang banyak dikunjungi wisatawan asing dan domestik. Tiap tahun, tak kurang dari 1,3 juta wisatawan berkunjung ke tempat itu, sebanyak 90 persen di antaranya wisatawan asing.
Selain hutan, ada tiga pura sakral yang berada di area Monkey Forest yang dibangun pada abad ke-14. Ketiga pura itu adalah Pura Dalem Agung sebagai pura utama, tempat penyembahan Dewa Siwa di barat daya hutan; Pura Beji, tempat penyembahan Dewi Gangga di barat laut; dan Pura Prajapati, yang berada di timur laut. Pura terakhir ini dekat dengan area kuburan yang digunakan secara temporer untuk menunggu ritual ngaben (kremasi jenazah) massal yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Kawasan Tampaksiring
Selain Ubud, kawasan lain yang juga memesona wisatawan adalah Tampaksiring. Pura Tirta Embul menjadi destinasi utama wisatawan di kawasan itu. Tahun 2018, wisatawan asing yang mengunjungi pura mencapai 631.592 orang.
Pura Tirta Empul terbagi dalam tiga bagian, yakni Jaba Pura, Jaba Tengah, dan Jeroan. Di bagian Jaba Tengah terdapat sebuah kolam dengan 33 pancuran. Wisatawan bisa melihat dan mengikuti tradisi unik berupa mandi di pancuran air di sebuah kolam yang oleh masyarakat Bali disebut melukat.
Selain Pura Tirta Empul, pengunjung juga bisa melihat keberadaan Istana Kepresidenan Tampaksiring yang lokasinya bersebelahan. Wisatawan hanya bisa menyaksikan istana ini dari luar karena tidak dibuka untuk umum.
Terdapat dua kelompok percandian yang dipisahkan oleh aliran sungai tersebut. Candi pertama terletak di sebelah barat sungai yang berjumlah empat buah dan candi kedua terletak di sebelah timur sungai yang berjumlah lima buah. Kompleks candi itu terlihat unik karena candi-candi sengaja dibuat di dalam cekungan untuk melindungi dari ancaman erosi.
Pasar Seni Sukawati
Pasar Seni Sukawati sangat terkenal di Bali. Pasar ini menjadi pintu masuk pertama untuk berkunjung ke Gianyar. Pasar ini menjual pakaian dan kerajinan tradisional khas Bali dengan harga yang sangat murah. Wisatawan bisa berbelanja kain pantai, celana dan pakaian dengan motif Bali, tas anyaman, lukisan, hingga patung dan ukiran khas Bali.
Ada empat pasar seni yang menjadi obyek kunjungan wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Bali. Dua dari empat pasar seni itu berlokasi di pusat Kecamatan Sukawati, yaitu Pasar Seni I dan Pasar Seni IV. Dua pasar lainnya adalah Pasar III yang berada di Cemenggoan dan Pasar II di Guang. Hampir tiap hari ratusan bus antarkota antarpulau membawa rombongan wisatawan nusantara ataupun mancanegara yang datang dan pergi silih berganti.
Saat ini, Pasar Sukawati dalam proses renovasi dengan biaya dari APBN sebesar Rp 89 miliar dan dana pendamping dari APBD Gianyar Rp 3,9 miliar. Pasar yang mampu menampung 1.700 pedagang ini menurut rencana kembali beroperasi tahun depan.
Selain tiga kawasan wisata utama, Gianyar juga memiliki tiga kebun binatang yang memesona wisatawan. Ketiga kebun binatang itu adalah Taman Burung (Bali Bird Park), Kebun Binatang Bali (Bali Zoo), serta Bali Safari dan Marine Park.
Bali Bird di Kecamatan Sukawati yang menempati lahan seluas sekitar 2 hektar menampung sekitar 1.000 burung dari 250 jenis burung yang berbeda. Tidak hanya aneka jenis burung, wisatawan juga dapat melihat berbagai jenis tanaman tropis yang jumlahnya sekitar 2.000 jenis tanaman. Keberadaan tanaman tersebut menambah asri dan segar suasana.
Sementara Bali Zoo yang berlokasi di Kecamatan Sukawati menempati lahan seluas 12 hektar dihuni sekitar 100 spesies satwa langka dari jenis mamalia, reptil, dan burung. Adapun Bali Safari dan Marine Park bagian dari Taman Safari Indonesia yang terletak di Kecamatan Gianyar memiliki sekitar 60 spesies dan 400 satwa langka yang berasal dari Indonesia, Afrika, dan India.
Tahun 2018, pengunjung Bali Zoo mencapai tak kurang dari 389.313 wisatawan, Bali Bird sebanyak 204.601 orang, dan Bali Safari 450.515 orang. Separuh dari jumlah pengunjung di ketiga obyek wisata tersebut berasal dari mancanegara.
Penopang ekonomi
Sama seperti daerah lain di Bali, Kabupaten Gianyar selama ini menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor utama penopang ekonomi daerah. Lebih dari separuh penduduknya menggantungkan hidupnya di sektor tersebut. Setiap tahun tak kurang dari 3 juta wisatawan datang ke Gianyar dan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Mayoritas yang berkunjung adalah wisatawan asing.
Kedatangan wisatawan asing itu membawa berkah bagi penduduk Gianyar. Dari data statistik, kesejahteraan penduduk kabupaten itu terlihat meningkat setiap tahun. Tahun 2010, produk domestik regional bruto harga berlaku per kapita tercatat Rp 23,1 juta. Tahun 2015 meningkat menjadi Rp 40,6 juta dan tahun 2018 menjadi Rp 52,2 juta.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Gianyar pun mengalami lonjakan yang sangat berarti. Bila tahun 2015 membukukan Rp 457,3 miliar, selang tiga tahun kemudian menjadi Rp 770 miliar dan tahun 2019 mencapai Rp 1,03 triliun.
Dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2020, PAD ditetapkan Rp 1,230 triliun atau meningkat sekitar 25 persen dibandingkan dengan target PAD 2019 yang tercatat Rp 970 miliar. Sektor pariwisata sendiri berkontribusi 60-70 persen dari total PAD kabupaten yang bersumber dari pajak daerah, retribusi, dan pengelolaan kekayaan daerah. (LITBANG KOMPAS)