Tradisi Natal Lintas Generasi
Tradisi Natal tidak hanya diisi dengan ibadah. Natal juga momen untuk merawat relasi sosial dan berbagai aktivitas lain.
Tradisi Natal tidak hanya diisi dengan ibadah. Natal juga momen untuk merawat relasi sosial dan berbagai aktivitas lain.
Ragam tradisi perayaan Natal terekam dalam jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan pada 14-15 Desember lalu. Tak ada perbedaan signifikan tentang tradisi perayaan Natal secara lintas generasi.
Dari sisi religiositas, momen ini tetap menjadi perayaan yang sakral, baik bagi generasi muda maupun generasi yang lebih tua.
Hampir semua responden (96,9 persen) dari generasi Z berusia 17 tahun hingga mereka yang telah berusia di atas 53 tahun (baby boomers dan silent generation) selalu mengikuti ibadah Natal ke gereja. Hal ini telah menjadi tradisi yang rutin dilakukan setiap tahun sebagai bentuk sukacita terhadap perayaan Natal.
Natal dimaknai sebagai momen yang religius bagi setiap generasi.
Kondisi ini berbeda dengan tradisi perayaan Natal di Amerika Serikat. Riset yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 3-8 Desember 2013 mengungkapkan, generasi yang lebih tua cenderung lebih religius dibandingkan generasi muda saat perayaan Natal.
Berdasarkan riset tersebut, 40 persen generasi milenial melihat Natal sebagai momen perayaan keagamaan, lebih kecil dibandingkan silent generation (68 persen) yang menilai Natal tak hanya sekadar tradisi.
Bagi orang Indonesia, Natal juga dimanfaatkan untuk merawat hubungan sosial dan kebersamaan oleh setiap generasi. Pada lingkungan keluarga inti, salah satu kebersamaan relasi keluarga itu diwujudkan dengan makan bersama. Mayoritas responden (96,9 persen) menjadikan makan bersama keluarga sebagai tradisi dalam menyambut Natal.
Selain keluarga inti, silaturahmi kepada sanak famili, teman, hingga tetangga juga jamak dilakukan saat Natal. Tradisi ini rutin dilakukan oleh 85,9 persen responden generasi Z hingga silent generation.
Tradisi untuk mengunjungi sanak famili memang jamak dilakukan saat perayaan Natal di banyak daerah. Ini terlihat dari banyaknya warga masyarakat yang pulang ke kampung halaman saat liburan Natal dan Tahun Baru. Tahun ini, Kementerian Perhubungan memprediksi pemudik pengguna angkutan umum saat liburan Natal dan Tahun Baru mencapai 16,40 juta penumpang.
Natal juga dimanfaatkan untuk merawat hubungan sosial dan kebersamaan oleh setiap generasi.
Bekerja
Namun, tak semua kalangan yang merayakan Natal dapat menikmati waktu untuk mudik atau berkumpul bersama keluarga. Tanggung jawab pekerjaan menuntut sebagian orang untuk tetap bekerja di tengah perayaan Natal.
Jika dibandingkan dengan generasi lain, anak muda berusia 17 hingga 30 tahun adalah generasi yang paling banyak bekerja saat Natal. Sekitar satu dari empat responden yang merayakan Natal pada generasi ini menyatakan tidak berlibur karena tuntutan pekerjaan.
Menilik profesinya, generasi muda yang harus bekerja saat Natal adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan swasta, pengusaha, hingga pekerja lepas. Kondisi ini terbilang wajar mengingat usia di bawah 30 tahun adalah awal usia produktif dalam bekerja.
Rata-rata anak muda yang masuk kategori usia ini baru memasuki dunia kerja sehingga banyak yang belum memperoleh hak cuti atau waktu liburan di akhir tahun.
Momen privat
Sementara pada generasi yang lebih tua, tidak banyak yang harus bekerja saat perayaan Natal. Sebagian besar responden dari generasi berusia di atas 40 tahun memilih untuk menghabiskan waktu saat liburan Natal dengan rehat sejenak dari segala aktivitas.
Natal menjadi momen privat/personal yang digunakan untuk menyalurkan hobi bagi generasi ini, salah satunya adalah menonton film.
Film-film dengan latar belakang perayaan Natal memang rutin dirilis jelang liburan Natal dan Tahun Baru. The Grinch misalnya, film animasi yang rilis jelang akhir tahun 2018 lalu.
Pada tahun ini, sejumlah film juga telah dirilis untuk menyambut Natal, seperti Last Christmas dan Black Christmas yang tayang di bioskop pada pengujung November dan pertengahan Desember lalu. Film ini dapat menjadi pilihan untuk menikmati waktu privat ketika liburan Natal.
Empat dari 10 responden dari generasi X (41-52 tahun) memanfaatkan momen Natal untuk menonton film favorit. Hal serupa juga dilakukan oleh generasi yang telah berusia di atas 53 tahun.
Hal ini menandakan bahwa pada generasi yang lebih tua, Natal tak hanya dimaknai sebagai momen spiritual, tetapi juga sebagai waktu khusus untuk sejenak menikmati hidup.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan generasi muda. Hanya dua dari 10 responden berusia di bawah 30 tahun yang memanfaatkan liburan Natal dengan menonton film. Hal ini cukup wajar mengingat banyak anak muda yang beraktivitas di luar rumah, melakukan perjalanan, atau bahkan harus bekerja saat Natal.
Kado natal
Di luar tradisi Natal yang dimaknai secara religius, sosial, dan personal, ada lagi tradisi lain yang dilakukan lintas generasi, yakni saling memberi kado, terutama kepada anggota keluarga.
Dalam jajak pendapat kali ini, tradisi memberi kado natal paling banyak dilakukan oleh responden pada usia 41-52 tahun atau generasi X (82,4 persen). Tradisi ini terbilang wajar karena generasi X memiliki anak, saudara, atau bahkan cucu di dalam keluarga yang dapat diberikan kado natal.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan tradisi perayaan Natal di Amerika Serikat. Merujuk riset yang dilakukan oleh Pew Research Center, tradisi memberi kado natal justru paling banyak (91 persen) dilakukan oleh generasi milenial. Hal ini mengindikasikan bahwa tradisi perayaan Natal antargenerasi tak selalu sama pada setiap negara. (Dedy Afrianto/Litbang Kompas)