Bali United, Modernisasi Berbuah Prestasi
Selain pembinaan pemain usia muda, terobosan juga dilakukan oleh Bali United dalam hal tata kelola klub. Konsep industri sepak bola modern bak klub profesional di liga Eropa mulai dicoba untuk diterapkan.
Upaya untuk mengelola sepak bola secara modern membuahkan tropi bagi Bali United pada musim kompetisi 2019 lalu. Pembenahan tata kelola klub berbasis industri sepak bola menjadi kekuatan klub berjuluk “Serdadu Tridatu” ini untuk mengarungi kompetisi.
Bali United bukanlah pendatang baru dalam dunia sepak bola Indonesia. Sebelumnya, klub ini dikenal dengan nama Persisam Putra Samarinda yang bermarkas di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Pada musim kompetisi 2014, Persisam berganti nama menjadi Putra Samarinda (Pusam).
Tim yang saat itu berjuluk “Pesut Mahakam” ini selalu mengalami kerugian setelah adanya kebijakan pelarangan penggunaan APBD bagi klub profesional. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD. Dalam aturan ini, dana hibah hanya dapat diberikan kepada bidang keolahragaan nonprofesional.
Setelah kebijakan pelarangan APBD diterapkan, Pusam mengalami kerugian antara Rp 10 miliar hingga Rp 15 miliar setiap tahunnya sejak tahun 2012 hingga 2014. Manajemen klub kesulitan untuk mencari pemasukan tambahan, baik dari penjualan tiket pertandingan maupun sponsor. Dana yang diraih dari sejumlah sumber pemasukan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tim.
Untuk mengatasi persoalan ini, pemilik tim menggandeng investor baru, yakni Yabes Tanuri yang merupakan adik dari Presiden Direktur PT Multistrada Arah Sarana, Pieter Tanuri. Saat itu, terdapat rencana untuk memindahkan Pusam ke daerah lainnya seperti Martapura (Kalimantan Selatan), Bandung (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), hingga ke Pulau Dewata, Bali.
Pada akhirnya, pilihan jatuh ke Bali dengan alasan belum adanya klub sepak bola yang menonjol dari daerah ini. Padahal, Bali adalah daerah wisata yang telah dikenal oleh dunia internasional. (Kompas, 18 Desember 2014)
Sejak musim kompetisi 2015, Pusam resmi berganti nama menjadi Bali United Pusam dan pindah markas ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Kabupaten Gianyar, Bali. Sebelumnya, stadion ini pernah digunakan sebagai markas Persegi Gianyar, salah satu klub yang pernah berada di kasta tertinggi liga Indonesia pada tahun 2000-an.
Terobosan
Pergantian identitas ini menjadi titik balik kebangkitan Pusam. Dengan identitas baru, sejumlah terobosan dilakukan dalam tata kelola klub sepak bola. Langkah pertama yang dilakukan adalah merekrut Indra Sjafri, mantan pelatih timnas U-19 yang saat itu tengah naik daun. Di bawah asuhan Indra Sjafri, Bali United Pusam mulai meletakkan landasan tim yang akan dibangun. Bali United tidak dipersiapkan sebagai tim instan, melainkan tim yang akan tumbuh secara jangka panjang melalui pembinaan pemain usia muda.
Pembinaan pemain usia muda menjadi terobosan yang dilakukan oleh Bali United hingga saat ini. Bahkan, tim yang berjuluk Serdadu Tridatu tersebut pernah memiliki program Bali United Summer Camp, yakni program pelatihan sepak bola bagi anak muda berusia 10 hingga 17 tahun.
Hasil pembinaan usia muda salah satunya terlihat saat Bali United U-18 berhasil mengalahkan timnas China U-19 dengan skor 2-0 dalam laga uji coba yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta pada 19 Oktober 2019 lalu. Padahal, China adalah salah satu tim yang diperhitungkan dalam kancah sepak bola Asia.
Selain pembinaan pemain usia muda, terobosan juga dilakukan oleh Bali United dalam hal tata kelola klub. Konsep industri sepak bola modern bak klub profesional di liga Eropa mulai dicoba untuk diterapkan.
Sejumlah keran pemasukan dibuka dari berbagai lini, salah satunya adalah dengan melakukan penjualan suvenir. Penjualan dilakukan secara daring melalui laman resmi Bali United. Selain itu, penjualan secara langsung juga dilakukan melalui Bali United Store hingga beberapa lokasi yang menjadi titik keramaian di Bali. Para pendukung dapat memiliki sejumlah suvenir seperti jersey, jam, tumbler, hingga syal berlogo Bali United. Tak banyak klub di Indonesia yang melakukan hal serupa.
Terobosan lainnya yang dilakukan adalah dengan membuka paket stadium tour, yakni tur untuk melihat sejumlah fasilitas di Stadion Kapten I Wayan Dipta. Para peserta tur dapat mengunjungi sejumlah fasilitas seperti President Room untuk melihat sejarah Bali United, ruang ganti pemain, lapangan, hingga berakhir dengan jamuan makan berat.
Paket tur ini biasanya disediakan oleh tim elite di Eropa seperti Manchester United (Stadion Old Trafford), Real Madrid (Stadion Santiago Bernabéu), dan Barcelona (Stadion Camp Nou). Meski stadium tour belum dikenal sebagai bagian bagian dari wisata di Indonesia, Bali United tampak berani mengambil terobosan baru.
Pembinaan pemain usia muda menjadi terobosan yang dilakukan oleh Bali United hingga saat ini
Paket tur yang ditawarkan memang tak terlepas dari sejumlah perbaikan fasilitas stadion yang dilakukan oleh Bali United setelah menyewa dari Pemerintah Kabupaten Gianyar. Bahkan, stadion ini juga telah dilengkapi dengan jacuzzi atau fasilitas kolam air hangat yang dapat digunakan oleh pemain setelah bertanding. Dengan segenap fasilitas yang dimiliki, wajar saja jika PSSI menjadikan stadion ini sebagai salah satu calon tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 mendatang.
Sejumlah terobosan yang dilakukan memberikan dampak positif bagi keuangan klub. Jika saat masih bernama Pusam tim ini mengalami kerugian hingga Rp 15 miliar per tahun, maka pada 2018, tim ini berhasil meraup laba bersih Rp 5,52 miliar dengan total pendapatan Rp 115,2 miliar.
Pendapatan ini sebagian besar berasal dari pemasukan sponsor dan 15 persen di antaranya dari penjualan cendera mata. Artinya, ide penjualan cendera mata yang digagas oleh Bali United membuahkan hasil positif bagi keuangan klub. (Kompas, 18 Juni 2019)
Terobosan selanjutnya yang dilakukan oleh Bali United adalah melakukan pencatatan saham perdana (IPO). Pada Juni 2019 lalu, Bali United melalui PT Bali Bintang Sejahtera Tbk selaku pengelola klub resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melepas 2 miliar lembar saham atau 33,33 persen dari setoran modal. Bali United menjadi klub sepak bola pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang melepas sahamnya ke publik.
Prestasi
Sejumlah perbaikan tata kelola yang dilakukan berbanding lurus dengan prestasi klub. Pada musim kompetisi tahun 2017, atau kompetisi pertama yang diadakan setelah Indonesia terkena sanksi FIFA, tim ini nyaris menjadi juara Liga 1. Namun, Bali United harus rela finis di posisi kedua setelah memiliki poin yang sama dengan Bhayangkara FC namun kalah secara head to head.
Bali United sempat terpuruk pada tahun 2018. Saat itu, tim ini hanya berhasil finis di peringkat 11. Namun, pada 2019, Bali United melakukan sejumlah perubahan, salah satunya dengan menggaet Stefano “Teco” Cugurra, pelatih asal Brasil yang membawa Persija Jakarta menjadi juara Liga I pada musim kompetisi 2018.
Pergantian pelatih ini memberikan efek positif bagi tim. Pada musim pertamanya bersama Bali United, Teco berhasil meraih gelar juara Liga 1. Perlahan tapi pasti, perubahan tata kelola klub yang dilakukan mulai membuahkan hasil.
Keberhasilan Bali United juga bersisian dengan semakin banyaknya basis pendukung tim. Berdasarkan data yang dirilis oleh Fox Sport Asia, Bali United menjadi tim dengan dengan rata-rata jumlah penonton ketiga terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2019. Ini menandakan bahwa tim ini berhasil menarik hati masyarakat di Pulau Dewata untuk datang langsung ke stadion demi menonton pertandingan.
Banyaknya pendukung Bali United juga tergambar dari jumlah pengikut di instagram. Dari 18 klub peserta Liga 1 2019 lalu, Bali United menjadi tim kelima dengan jumlah pengikut terbanyak, yakni 896.000. Untuk sekelas tim yang baru pindah markas selama 4 tahun, jumlah pengikut ini tergolong besar. Bali United hanya kalah dengan klub besar lainnya di Indonesia, yakni Persib Bandung (3,8 juta), Persija Jakarta (2,4 juta), Persebaya Surabaya (1,5 juta), dan Arema FC (1,2 juta).
Tahun ini, Bali United akan menjadi perwakilan Indonesia dalam kompetisi antarklub di Asia. Perjalanan Bali United akan dimulai dari babak kualifikasi untuk bisa menembus fase penyisihan grup. Ini tentu menjadi tantangan selanjutnya bagi Bali United di tengah sejumlah perbaikan tata kelola yang dilakukan. Mampukah Bali United melangkahkan kaki ke level internasional? (Dedy Afrianto/Litbang Kompas)