logo Kompas.id
RisetKota Pesisir Melawan Banjir
Iklan

Kota Pesisir Melawan Banjir

Menghadapi banjir tak cukup hanya dengan upaya teknis, terlebih mengandalkan sistem pengendali banjir warisan Belanda. Pertumbuhan kota pesisir telah mengambil alih daerah konservasi, membuat kegagalan sistem tersebut.

Oleh
M PUTERI ROSALINA
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/pWSrJkRlMwgi0BsbOTRON5ItSP4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2F20181206_POMPA-AIR_B_web_1544073716.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kolam retensi dan rumah pompa berperan besar mengurangi dampak genangan banjir yang mulai terjadi di Kota Semarang, Kamis (6/12/2018)

Penanganan banjir dan rob  di kota pesisir pantura Jawa tak cukup hanya mengandalkan infrastruktur fisik seperti pembangunan kanal, tanggul, polder, ataupun pompa untuk mengatasi air limpasan banjir.

Jakarta, Semarang, dan Surabaya mengadopsi sistem pengendalian banjir pemerintahan kolonial Belanda, yakni mengalirkan air secepat-cepatnya ke laut. Pembangunan kanal menjadi pilihan utama saat itu. Terbangunlah Kanal Banjir Barat di Jakarta pada 1922, kemudian Kanal Banjir Barat (1879) dan Kanal Banjir Timur (1896) di Semarang.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000