Pemerintah Segera Evakuasi WNI
Pemerintah Indonesia segera mengevakuasi WNI di Kota Wuhan dan telah mempersiapkan berbagai langkah antisipatif untuk menekan penyebaran virus korona jenis baru.
Pemerintah China telah memberi izin kepada Indonesia untuk melakukan evakuasi WNI di Kota Wuhan. Berbagai persiapan fasilitas di dalam negeri pun dilakukan untuk menunjang evakuasi dan mengantisipasi persebaran virus korona jenis baru.
Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajarannya untuk segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Langkah ini sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah untuk melindungi warga negara dari ancaman virus korona.
Perintah untuk mengevakuasi WNI tersebut disampaikan Presiden setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, dan Kepala BNPB Doni Monardo di ruang tunggu Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta pada Kamis (30/1/2020).
Sehari setelahnya, pada Jumat (31/1/2020), Kementerian Luar Negeri telah menemui Duta Besar China di Jakarta. Pemerintah China pun telah mengizinkan pesawat Indonesia untuk masuk ke wilayah China dan mengevakuasi WNI dari kota yang terpapar virus korona. Secara tegas, Kemenlu juga menyampaikan, keberangkatan pesawat evakuasi akan dilakukan secepat mungkin, kurang dari 24 jam sejak Jumat sore.
Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajarannya untuk segera mengevakuasi warga negara Indonesia
TNI AU memang telah menyiapkan tiga pesawat untuk mengevakuasi WNI di Wuhan sejak beberapa hari lalu. Ada dua pesawat Boeing 737 dan satu C130 Hercules yang disiapkan. TNI AU bersiaga penuh 24 jam dan menunggu instruksi pemberangkatan dari Menko Polhukam Mahfud MD dan Kementerian Luar Negeri.
Realisasi untuk mengevakuasi WNI di tengah kegentingan wabah virus korona memang tidak mudah. Diketahui, akses menuju ke negara China, terlebih dari dan ke Kota Wuhan memang sangat terbatas.
Evakuasi yang dilakukan oleh Indonesia harus mendapatkan izin dari Pemerintah China. Mengingat kondisi Kota Wuhan yang memang sedang lock down untuk meminimalkan penyebaran virus. Pemerintah setempat memang menangguhkan pemberangkatan pesawat, kapal, kereta api dan bawah tanah, hingga transportasi publik dalam kota lainnya.
Diplomasi
Izin yang diberikan oleh Pemerintah China kepada Indonesia untuk mengevakuasi warganya merupakan buah dari diplomasi yang memang terus diupayakan. Sebelum ini, beberapa negara telah lebih dulu membawa keluar warganya agar terlepas dari wabah virus korona.
Menurut pakar hukum internasional Hikmanto Juwana, dalam kondisi mendesak seperti mewabahnya virus korona ini, dikenal istilah back door diplomacy agar evakuasi warga negara lain di China dapat segera mungkin dilakukan.
Hikmanto menganalisis, diplomasi model itu telah dilakukan negara-negara seperti Amerika dan Jepang sehingga berhasil membawa keluar warga negaranya dari China. Sebetulnya Pemerintah Indonesia dapat pula melakukan diplomasi ”pintu belakang” layaknya dua negara tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dibawa dalam negosiasi Indonesia dan China, seperti kepentingan hubungan bisnis dan lainnya.
Selain telah memberikan lampu hijau, Pemerintah China juga siap memfasilitasi Indonesia yang akan mengevakuasi warganya. Kemenlu juga telah melakukan banyak perhitungan terkait teknis evakuasi dengan melihat sebaran WNI di Wuhan.
Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kemenlu setidaknya juga telah menyiapkan dua skenario untuk mengevakuasi WNI di Wuhan. Pertama, pemerintah berupaya untuk menjemput WNI keluar dari wilayah Hubei dan dibawa ke kota yang lebih aman dari ancaman virus korona. Pilihan kedua, jika memungkinkan pemerintah berencana membawa WNI di Wuhan untuk kembali ke Indonesia.
Ada sekitar 250 WNI di Kota Wuhan yang menurut rencana akan dievakuasi. Mayoritas dari mereka adalah pelajar yang sedang studi. Merebaknya virus Korona membuat aktivitas warga sangat terbatas. Sebagian besar dari WNI hanya bertahan di dalam asrama dengan penuh kekhawatiran.
Perhatian pada nasib WNI di Wuhan ini sangat menarik simpati. Terlebih setelah beberapa video dan kabar terbaru mengenai keadaan Kota Wuhan tersiar luas di media sosial.
Dalam video amatir dari seorang WNI, digambarkan Kota Wuhan berubah drastis menjadi kota yang sangat sepi. Tidak ada lalu lalang kendaraan atau orang yang berjalan di luar rumah. Kota menjadi lumpuh. Hanya sebagian supermarket yang buka dan tetap melayani jual beli kebutuhan logistik makanan.
Di kanal Twitter, tertulis status permintaan dari WNI yang berada di Wuhan agar Pemerintah Indonesia segera mengevakuasi warganya. Selain itu, akun atas nama @ylchaniago itu juga menyampaikan bahwa beberapa rekan sesama pelajar yang berasal dari sejumlah negara, seperti Jepang, Amerika, Suriah, Palestina, dan Jordania, sudah dapat keluar dari asrama untuk dievakuasi oleh pemerintah dari negaranya masing-masing.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui KBRI telah memberi bantuan kepada WNI di Wuhan. Bantuan Rp 560.000 per orang telah dikucurkan untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Kesiapan fasilitas
Persiapan fasilitas untuk pemulangan WNI dari Wuhan juga terus dilakukan. TNI dan Kemenkes telah menyiapkan lokasi karantina bagi WNI yang nantinya dievakuasi. Sesuai prosedur kesehatan, sepulangnya dari China para WNI harus dikarantina setidaknya selama 28 hari.
Semua rumah sakit milik TNI dipersiapkan untuk tempat karantina dan rujukan pengobatan virus korona. Satuan kesehatan lapangan dan personel kesehatan TNI dari seluruh Indonesia pun telah disiapkan untuk menjalankan misi tersebut.
Beberapa ruang isolasi rumah sakit di Jakarta juga turut disiapkan, seperti di RS Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Subroto, dan RS Persahabatan yang dapat menjadi tempat rujukan. Dalam penanganan virus korona, ruang isolasi memang diperlukan guna menjalani perawatan secara khusus.
Selain itu, upaya antisipatif lainnya juga dipersiapkan untuk menangkal persebaran virus korona. Sejumlah bandara Indonesia mengaktifkan alat pendeteksi suhu tubuh (thermo scanner) di area terminal kedatangan internasional, seperti Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Husein Sastranegara Bandung, Lombok International Airport (LIA), Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Langkah memasang thermo scanner ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, bahwa setiap pesawat luar negeri harus diawasi dan melalui tahapan pendeteksi tubuh untuk penumpang yang masuk ke bandara dan dilakukan karantina.
Tidak kurang dari 170 orang meninggal setelah terinveksi korona. Angka ini terus meningkat dari sebelumnya sekitar 128 orang. Sementara di Provinsi Hubei, ada lebih dari 1.700 orang yang terjangkit virus korona.
Dilaporkan pula, virus ini setidaknya telah menyebar ke 18 negara di luar China. Mulai dari Asia seperti Sri Lanka, Thailand, Taiwan, Vietnam, Korea Selatan, Jepang, Kamboja, hingga Australia. Virus ini diduga juga telah sampai di Jerman, Perancis dan Amerika Serikat. (EREN MARSYUKRILLA/LITBANG KOMPAS)