Penunjukan pelatih berkelas dunia hingga uji coba pertandingan dengan tim elite Eropa dilakukan untuk membentuk mental dan karakter pemain ”Garuda Muda” Indonesia agar siap berkompetisi di level Asia, bahkan dunia.
Oleh
Dedy Afrianto
·6 menit baca
Geliat persiapan untuk menghadapi sejumlah pertandingan internasional mulai dilakukan oleh skuad ”Garuda Muda”. Penunjukan pelatih berkelas dunia hingga uji coba pertandingan dengan tim elite Eropa dilakukan untuk membentuk mental dan karakter pemain muda Indonesia agar siap berkompetisi di level Asia, bahkan dunia.
Tim nasional sepak bola Indonesia akan menghadapi sejumlah pertandingan internasional sepanjang tahun 2020. Di kancah Asia, Garuda Muda akan tampil pada putaran final Piala Asia U-19 di Uzbekistan dan Piala Asia U-16 di Bahrain. Tiket putaran final di pentas Asia ini diraih setelah timnas U-19 dan U-16 berhasil melewati fase kualifikasi pada 2019 lalu.
Sementara di regional Asia Tenggara, Indonesia juga akan tampil pada gelaran Piala AFF U-19 dan U-16. Federasi Sepak Bola Asia Tenggara telah menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah kedua ajang ini.
Rangkaian persiapan telah mulai dilakukan oleh PSSI selaku induk organisasi sepak bola Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menunjuk Shin Tae-yong sebagai manajer dan pelatih timnas Indonesia. Shin dipercaya sebagai pelatih timnas senior dan membantu supervisi timnas kelompok usia U-19 dan U-16.
Keputusan PSSI untuk merekrut Shin bisa dibilang sebagai langkah strategis. Pasalnya, Shin bukanlah sosok baru dalam kancah sepak bola dunia. Pelatih berusia 49 tahun ini berpengalaman memimpin Korea Selatan dalam Piala Dunia 2018 lalu.
Di level timnas yunior, Shin juga berpengalaman memimpin pasukan muda Korea Selatan dalam Piala Dunia U-20 tahun 2017. Pengalaman Shin tentu menjadi modal bagi Indonesia yang akan tampil pada Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang.
Shin dibantu sejumlah pelatih lokal, seperti Indra Sjafri, Nova Arianto, Bima Sakti, dan Markus Horison, yang akan bahu-membahu membangun tim Garuda Muda dari kelompok usia U-16 hingga U-23.
Setelah ditunjuk sebagai pelatih pada akhir Desember 2019, Shin melakukan langkah cepat dengan segera membentuk timnas U-19. Bersama Gong Oh-kyun, asisten pelatih timnas Korea Selatan saat Piala Dunia U-20 tahun 2017, serta para pelatih lokal, Shin mulai melakukan seleksi terhadap para pemain di bawah usia 19 tahun.
Dari lebih 59 pemain yang dipanggil, 28 di antaranya terpilih mengikuti pemusatan latihan di Thailand selama 12 hari yang dimulai sejak Selasa, 21 Januari 2020. Inilah langkah awal persiapan Garuda Muda sebelum bertarung pada pertandingan di kancah internasional.
Dalam proses seleksi, sejumlah nama yang sebelumnya memperkuat timnas U-19 tahun 2019, seperti Beckham Putra dan Rendy Juliansyah, harus rela tersingkir. Sementara Jack Brown, pemain akademi di tim kasta ketiga Liga Inggris, Lincoln City, harus rela dicoret dalam seleksi.
Ini adalah kegagalan kedua yang dialami pemain blasteran Inggris dan Indonesia tersebut dalam seleksi tim nasional Indonesia. Sebelumnya, Jack Brown pernah gagal dalam seleksi timnas U-19 tahun 2017 lalu.
Fisik
Selama di Thailand, tim Garuda Muda melakukan sejumlah program latihan dan latih tanding hingga 1 Februari lalu. Konsep yang diusung memang berbeda dengan kebiasaan timnas yunior sebelumnya yang lebih banyak melakukan pemusatan latihan dan uji coba dengan klub lokal di Indonesia.
Pada pemusatan di Thailand, tampak bahwa tim pelatih fokus pada pembentukan kekuatan fisik pemain. Ini terlihat dari penggunaan teknologi GPS Sport Vest untuk memantau perkembangan fisik pemain. Alat ini diletakkan di bagian dada pemain sehingga dapat merekam data tentang kecepatan dan pergerakan pemain selama latihan. Data inilah yang digunakan sebagai evaluasi bagi tim pelatih.
Pada pemusatan latihan pertama di bawah kepemimpinan Shin, taktik belum menjadi fokus. Dalam setiap uji coba, fisik dan kualitas operan menjadi hal utama yang menjadi perhatian tim pelatih.
Dalam rangkaian latih tanding yang dilakukan, Garuda Muda memperoleh satu kali kemenangan dan lima kali kekalahan. Kemenangan diraih saat timnas U-19 berhadapan dengan Kyung Hee University, salah satu tim universitas di Korea Selatan dengan skor 2-1. Sementara kekalahan dialami saat menghadapi tim di Liga Korea, seperti Seongnam FC, Busan Ipark, dan Bucheon FC 1995.
Secara keseluruhan, anak asuhan Shin berhasil mencetak empat gol dan 18 kali kebobolan. Artinya, secara rata-rata, timnas U-19 membukukan 0,7 gol dan kebobolan tiga gol dalam setiap pertandingan.
Latihan fisik dan teknik dasar yang diberikan oleh pelatih tim nasional harus dilanjutkan saat pemain dikembalikan ke klub masing-masing.
Pertandingan ini memang tidak bisa dijadikan patokan kualitas timnas yang sesungguhnya mengingat bahwa ini adalah pemusatan latihan pertama yang fokus pada peningkatan fisik dan teknik dasar pemain. Selain itu, sebagian lawan yang dihadapi adalah tim utama yang berpengalaman bermain di Liga Korea.
Walakin, kekalahan saat latih tanding akan lebih baik bagi Garuda Muda untuk membentuk mental mengingat beratnya laga yang harus dilalui timnas U-19 pada kompetisi resmi. Hasil pemusatan latihan di Thailand dapat menjadi pelajaran bagi timnas untuk melangkah ke fase pelatihan berikutnya setelah fisik, yakni taktik permainan.
Pembinaan usia muda
Selain pemusatan latihan di Thailand, Garuda Muda dengan tim yang berbeda juga tengah menjalani latihan dan rangkaian uji coba dengan sejumlah tim elite Eropa. Melalui program Garuda Select, PSSI mengirimkan 24 pemain berusia di bawah 19 tahun untuk berlatih dan bertanding di Inggris dan Italia sejak awal Oktober 2019 lalu.
Tim yang dikirim PSSI adalah anak muda yang dibina Dennis Wise dan Des Walker. Keduanya adalah mantan pemain tim nasional Inggris pada dekade 1990-an. Program ini merupakan lanjutan dari Garuda Select tahap pertama yang telah usai dilakukan pertengahan tahun lalu.
Selain latihan, tim ini juga melakukan latih tanding dengan beberapa klub besar, seperti tim yunior dari Juventus, Inter Milan, Torino, dan Como. Tim Garuda Select berhasil memetik dua kemenangan atas Torino U-17 (3-0) dan Como U-17 (1-0), serta mengalami dua kekalahan saat berhadapan dengan Juventus U-17 (1-2) dan Inter Milan U-17 (2-3).
Ini tentu menjadi modal berharga bagi regenerasi sepak bola Indonesia. Ditambah dengan gudang pemain muda pada kompetisi domestik U-18 dan U-16, Indonesia memiliki banyak pilihan pemain muda untuk berkompetisi pada pertandingan skala internasional. Dengan begitu, sistem promosi dan degradasi pemain, seperti yang dilakukan oleh Indra Sjafri sebelumnya, tetap dapat dilakukan untuk menyaring bibit terbaik.
Namun, salah satu tantangan yang dihadapi adalah pembinaan pada level klub. Latihan fisik dan teknik dasar yang diberikan oleh pelatih tim nasional harus dilanjutkan saat pemain dikembalikan ke klub masing-masing. Ini menjadi pekerjaan rumah klasik yang dialami oleh Indonesia dalam hal pembinaan pemain sepak bola.
Tantangan selanjutnya adalah konsistensi permainan. Garuda Muda memang mencatatkan beberapa capaian pada 2019 lalu, seperti juara Piala AFF U-22 dan medali perak SEA Games yang diraih timnas U-23. Namun, pengalaman yang lebih matang dibutuhkan untuk menembus dominasi tim elite Asia ataupun dunia.
Bagaimanapun, serangkaian persiapan pada pemain kelompok usia di bawah 19 tahun akan bermuara pada persiapan Indonesia untuk menghadapi gelaran Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang. Kini, asa sepak bola Indonesia bergantung kepada Garuda Muda.
Dengan sederet pelatih berpengalaman dan program pembibitan hingga ke Benua Biru, mampukah tim Garuda mengepakkan sayap? Piala Asia U-16 dan U-19 adalah jawaban sebelum melangkah lebih lanjut ke Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang. (Litbang Kompas)