Waswas Warga Tiap Hujan Besar di Ibu Kota
Luasnya dampak banjir membuat warga DKI Jakarta patut waswas tiap kali turun hujan besar datang.
Banjir yang mengepung Ibu Kota pada awal pekan ini melumpuhkan sejumlah kawasan. Warga DKI Jakarta patut waswas tiap kali turun hujan besar, terutama mereka yang tinggal di daerah rentan banjir.
Hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur DKI Jakarta mulai Minggu (23/2/2020) hingga Selasa (25/2) mengakibatkan banjir di sejumlah kawasan. Berdasarkan informasi dari laman petabencana.id, hingga 25 Februari 2020 pukul 11.00, tercatat ratusan kawasan terendam banjir.
Laman petabencana.id dijalankan oleh Yayasan Peta Bencana dengan memanfaatkan penggunaan media sosial dalam situasi darurat untuk mengumpulkan, menyortir, dan menampilkan informasi risiko secara waktu nyata (real time).
Tinggi genangan di ruas jalan yang terdampak pun berbeda-beda. Selain sebaran genangan air di sejumlah titik, peta digital ini juga memberi informasi ketinggian banjir yang berbeda di kawasan terendam. Mulai dari 10-70 cm, seperti di daerah Johar Baru dan Menteng, Jakarta Pusat, hingga di atas 150 cm di daerah Pengadegan, Jakarta Selatan.
Akses warga Jabodetabek untuk melintas di tol juga terhalang. Salah satunya di jalur Tol Cakung-Cilincing (Kawasan Berikat Nusantara) di Km 58 dari arah Cikunir ditutup sementara karena ada genangan air di jalan arteri.
Begitu pula di ruas tol JORR Non S arah Rorotan, tol dari GT Cikunir 4 arah Jatiasih, jalur tol JORR W2 Utara (keluar Meruya), tol Jakarta-Tangerang, tol Jagorawi arah Bogor, yang ikut terimbas genangan air dan kepadatan kendaraan yang melintas.
Jalur darat lainnya yang terhambat ialah akses kereta rel listrik (KRL) Commuterline. Rute perjalanan KRL sempat terhambat karena kereta tidak melewati Stasiun Sudirman, Karet, Tanah Abang, Duri, Angke, hingga Jatinegara. Perjalanan KLR rute Bogor berakhir di Manggarai dan rute Cikarang/Bekasi melewati Pasar Senen terhenti di Stasiun Pasar Senen.
Hingga Selasa (25/2/2020) siang ini pukul 12.00, PT Kereta Commuter Indonesia terus memperbarui informasi. Genangan air di Stasiun Sudirman saat ini mulai surut sehingga perjalanan rute Bogor/Depok/Nambo-Angke sudah dapat dilalui. Sementara perjalanan kereta komuter antara Manggarai-Angke mengalami pergantian jalur.
Situasi ini tidak hanya melumpuhkan ruas-ruas jalan yang tiap hari diakses, tetapi juga ke permukiman warga. Kumpulan informasi banjir yang masuk ke rumah-rumah dapat disaksikan di sejumlah platform media sosial.
Dari platform Twitter, misalnya, tagar banjir (#banjir) memuat foto, video, komentar, serta pengaduan warganet tentang situasi banjir yang melanda daerah permukiman atau jalan di sekitar mereka tinggal. Sejak pukul 05.30, topik banjir bercokol di peringkat pertama trending topic hingga pukul 11.30 WIB.
Sementara itu, lebih dari 100 TK hingga SMA/SMK juga diliburkan, baik karena lumpuhnya akses maupun bangunan sekolah yang ikut terendam. Pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta masih terus mendata sekolah-sekolah yang diliburkan pada Selasa (25/2).
Kepala Subbagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sonny Juhersoni mengatakan, sejatinya tidak ada sekolah yang diliburkan, tetapi para peserta didik tetap belajar di rumah dengan pengawasan guru dan orangtua.
Meski demikian, kegiatan belajar dan monitoring para pelajar di rumah akan terhambat pula. Pasalnya, PT PLN sejak pagi sudah mematikan aliran listrik ke lokasi-lokasi yang terendam banjir demi keselamatan warga. Ikhsan Asaad, GM PLN UID Jakarta Raya, juga menyarankan agar warga yang terkena banjir dapat memutus aliran listrik untuk sementara dengan mematikannya dari miniature circuit breaker (MCB).
Tercatat, setidaknya 347 gardu listrik di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang yang tidak dioperasikan demi faktor keselamatan. Antara lain di daerah Cempaka Putih, Menteng, Bintara, dan Pondok Gede. Jika banjir sudah surut, PLN merekomendasikan warga untuk melapor ke pusat layanan PLN di kontak PLN123 agar listrik dapat dinyalakan kembali.
Persoalan pemutusan aliran listrik ini tentu bukan hal remeh. Pada Selasa (25/2) siang ditemukan dua korban tewas di Kota Bekasi akibat tersengat aliran listrik melalui peralatan yang basah akibat hujan dan banjir. Kedua korban diduga tersengat aliran listrik akibat instalasi listrik di perumahan yang kurang terawat baik.
Tidak hanya warga kota yang terimbas, hewan-hewan peliharaan yang menggantungkan diri kepada majikannya juga menjadi korban. Pada banjir bandang awal Januari lalu, Animal Defender Indonesia berhasil menyelamatkan 15 anjing dan 12 kucing peliharaan korban banjir.
Layanan Animal Defender siap membantu warga kota untuk mengevakuasi hewan peliharaannya selama 24 jam dan turut membuka donasi untuk kegiatan penyelamatan mereka.
Secara keselurahan, banjir yang berkali-kali melanda Jakarta membuat semua pihak waswas tiap hujan besar datang. Aktivitas di sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan sebagainya menjadi lumpuh.
Upaya Pemprov DKI
Luasnya dampak banjir harus disikapi dengan kebijakan penanggulangan dalam skala besar. Ini mengingat potensi warga terdampak banjir yang juga tidak sedikit jumlahnya.
Banjir pada awal 2020 di wilayah DKI Jakarta membuat setidaknya 16 orang meninggal di wilayah Ibu Kota. Banjir juga berdampak pada berbagai sektor usaha dan wisata. Kerugian akibat banjir pada 1-5 Januari 2020 ditaksir Rp 1,05 triliun.
Berdasar data dari Potensi Desa 2015, jumlah penduduk DKI Jakarta yang bermukim di bantaran sungai mencapai lebih dari 21.000 keluarga (KK). Melihat banjir yang kerap melanda Jakarta, para warga inilah yang menjadi korban pertama dari imbas sungai yang meluap. Di sisi lain, program normalisasi sungai di Jakarta untuk mengurangi banjir juga terhenti.
Normalisasi sungai yang terhenti ini baru mencapai 16 kilometer dari 33 kilometer panjang sungai. Sebagai gantinya, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan strategi naturalisasi sungai dengan merujuk pada Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air secara Terpadu dengan Konsep Naturalisasi.
Naturalisasi adalah cara mengelola prasarana sumber daya air melalui konsep pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) dengan tetap memperhatikan kapasitas tampungan, fungsi pengendalian banjir, serta konservasi.
Naturalisasi sungai hanyalah salah satu di antara lima program upaya penanggulangan banjir. Masih ada program lainnya yang menjadi pekerjaan rumah untuk segera dilakukan, seperti penataan kali/waduk dan pembangunan drainase.
Namun, di tengah upaya penanggulangan banjir, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan sebagian Ruang Terbuka Hijau Pluit Karang, Jakarta Utara, untuk dialihfungsikan menjadi sentra kuliner. Begitu pula dengan proyek revitalisasi kawasan Monas yang akhirnya dibenahi kembali.
Kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi luas RTH di Jakarta ini tentu menjadi polemik tambahan mengingat hari ini dan awal Januari 2020 lalu, Ibu Kota dikepung banjir besar.
Prioritas
Hal lain yang mengemuka adalah persiapan ajang Formula E di Jakarta. Di tengah perdebatan mengenai acara Formula E yang akan diselenggarakan 6 Juni 2020 mendatang, persoalan banjir seharusnya tetap menjadi agenda utama Pemprov DKI Jakarta saat ini.
Pada Minggu (22/2) dilakukan uji coba teknik pengaspalan lintasan seluas 15 meter x 4 meter di kawasan sisi tenggara Monas. Padahal, sebelumnya, Komisi E DPRD DKI Jakarta dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) mengajukan penolakan terhadap rencana Formula E di Monas.
Kendati perhelatan Formula E sudah makin dekat, persoalan saluran air, tersedianya ruang terbuka hijau, dan mitigasi bencana banjir di Jakarta seharusnya menjadi fokus utama untuk dikerjakan saat ini. Hal ini penting dan mendesak mengingat hujan lebat masih mengintai wilayah Jabodetabek.
Hujan ringan dan lebat masih mendominasi cuaca di DKI Jakarta dan sekitarnya sepanjang 25-27 Februari 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut memetakan intensitas curah hujan yang tergolong ekstrem di wilayah Ibu Kota. Kondisi ini terjadi dengan dugaan keberadaan siklon tropis yang sedang aktif di selatan Indonesia.
Makin banyak warga khawatir saat hujan deras tiba. Tidak hanya warga yang bermukim di daerah aliran sungai, tetapi juga penumpang kereta komuter atau bus Transjakarta, pengguna jalan tol, dan warga yang terdampak pemadaman listrik.
Terlepas dari faktor cuaca, Pemprov DKI Jakarta harus fokus menggarap permasalahan banjir yang berkali-kali melanda Jakarta awal tahun ini. Hujan besar dan banjir menjadi sepaket bencana bagi Ibu Kota saat ini. Di bantaran kali tentunya, warga-warga kian waswas dijadikan kambing hitam untuk direlokasi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?