Untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir, tema kesehatan menjadi narasi yang mendominasi pemberitaan utama media cetak nasional. Salah satunya adalah meluasnya wabah Covid-19.
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir, tema kesehatan menjadi narasi yang mendominasi pemberitaan utama media cetak nasional. Meluasnya wabah Covid-19 akibat virus korona baru hingga lintas benua turut menarik perhatian media di Indonesia dengan berbagai sudut pandang pemberitaan.
Dominasi tema politik dan hukum yang biasanya menghiasi jagat pemberitaan utama media cetak nasional selama setahun terakhir tergantikan dengan tema kesehatan pada Februari lalu. Hal ini tergambar dalam analisis Litbang Kompas terhadap berita utama (headline) di halaman satu dari enam surat kabar nasional.
Hampir semua media nasional mengangkat tema kesehatan sebagai pemberitaan utama. Republika, misalnya, sebanyak 42,3 persen pemberitaan utama sepanjang Februari lalu mengangkat tema tentang kesehatan. Tema ini juga menjadi pembahasan utama bagi media lainnya, seperti Kompas dan Media Indonesia.
Pemilihan tema kesehatan sebagai pemberitaan utama tidak terlepas dari penyakit coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh virus korona baru, SARS-CoV-2. Hampir seluruh (94,4 persen) pemberitaan utama pada media cetak nasional mengangkat isu ini dalam tema kesehatan.
Wabah Covid-19 menjadi perhatian dunia internasional sejak awal tahun ini. Sejak pertama kali dilaporkan oleh China kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019, wabah Covid-19 dengan cepat menyebar hingga benua Eropa dan Amerika. Pada kawasan Asia Tenggara, penyakit ini menimbulkan kekhawatiran setelah Thailand mengonfirmasi kasus pertama pada 13 Januari lalu.
Penyakit Covid-19 kian menjadi perhatian setelah pemerintah memutuskan untuk memulangkan 238 warga negara Indonesia yang berada di Provinsi Hubei, China, pada 1 Februari lalu. Setelah kebijakan ini, penyakit Covid-19 kian ramai diberitakan. Kebijakan penutupan penerbangan dari dan menuju China, kasus positif WNI terjangkit Covid-19 di luar negeri, hingga pemulangan awak kapal pesiar Diamond Princess dan World Dream, tak luput dari pemberitaan media.
Dalam kasus Covid-19, media tidak hanya dibutuhkan sebagai wahana komunikasi massa, tetapi juga sebagai guru bagi masyarakat luas.
Media cetak di Indonesia menggunakan berbagai pendekatan dalam mewartakan setiap tahapan perkembangan Covid-19. Upaya edukasi juga turut dilakukan untuk menangkal informasi bohong dan menenangkan masyarakat terkait wabah Covid-19.
Media Indonesia, misalnya, turut menyuarakan agar masyarakat tidak panik melalui berita utama berjudul ”Masyarakat Diminta Tenang” dan ”Tidak Usah Khawatir, Mereka Sehat”. Hal serupa juga turut disuarakan oleh Kompas melalui berita berjudul ”Warga Tak Perlu Resah”.
Berbagai informasi bohong atau hoaks sempat beredar terkait virus korona baru sejak Februari baru. Beberapa info seperti kota zona kuning Covid-19 hingga adanya pasien yang dicurigai positif Covid-19 di sebuah rumah sakit daerah beredar luas di tengah-tengah masyarakat. Informasi tersebut diluruskan oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Dalam hal ini, upaya beberapa media cetak untuk memberikan informasi yang menenangkan masyarakat menunjukkan, media massa tetap menjalankan fungsinya sebagai media informasi dan pendidikan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Ini perlu dilakukan agar masyarakat dapat menyerap informasi secara utuh tentang Covid-19 di tengah banjir informasi di media sosial.
Dampak
Selain menjalankan fungsi pendidikan terkait wabah Covid-19, media cetak nasional juga turut menyuarakan upaya preventif yang harus dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengantisipasi dampak dari penyakit ini. Dari sisi ekonomi, lampu kuning turut diberikan oleh beberapa media nasional agar Indonesia siap menghadapi dampak dari wabah Covid-19.
Tempo, misalnya, yang memberikan lampu kuning melalui pemberitaan berjudul ”Pengusaha Khawatirkan Pasokan Bahan Baku” dan ”Wabah dari Cina Goyang Ekonomi Indonesia”. Hal serupa juga disampaikan oleh Republika yang juga menyuarakan kewaspadaan terhadap dampak ekonomi dari wabah Covid-19.
Solusi yang harus dilakukan juga turut disuarakan oleh Koran Sindo dengan berita berjudul ”Korona Meluas, RI Harus Cari Pasar Ekspor Baru”. Banyaknya negara yang terdampak wabah Covid-19, terutama China, dikhawatirkan dapat berdampak pada perdagangan luar negeri Indonesia. Untuk itu, langkah cepat perlu dilakukan agar tak berimbas pada perekonomian Indonesia secara lebih luas.
Persoalan ekonomi menjadi suatu hal yang tengah diantisipasi oleh pemerintah. Pada akhir Februari, pemerintah mengucurkan paket kebijakan fiskal sebesar Rp 10,3 triliun untuk mencegah dampak negatif dari wabah virus korona baru. Sejumlah keputusan seperti insentif pajak hotel hingga diskon perjalanan diberikan sebagai stimulus untuk mendongkrak perekonomian.
Selain ekonomi, dampak sosial dari Covid-19 juga tak luput pemberitaan utama media massa sepanjang Februari lalu. Gagalnya sejumlah jemaah pada berbagai daerah melaksanakan umrah turut menjadi sorotan dalam pemberitaan utama. Ini terbilang wajar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang melakukan umrah selalu meningkat dalam beberapa tahun terakhir dari 717.015 anggota jemaah tahun 2014 menjadi 1 juta anggota jemaah pada 2018.
Bertahan
Pemberitaan wabah Covid-19 menutup isu lainnya dalam pemberitaan utama sepanjang Februari lalu. RUU Cipta Kerja yang sempat ramai dibahas hanya menyumbang 12,1 persen dari total pemberitaan utama. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian media nasional pada penyebaran wabah Covid-19.
Jika melihat tren pemberitaan pada awal Maret, tema kesehatan dengan isu wabah Covid-19 tampaknya akan terus menghiasi jagat pemberitaan media massa sepanjang bulan ini, bahkan berpotensi lebih masif dibandingkan bulan sebelumnya. Semakin bertambahnya jumlah penderita positif Covid-19 dari dua orang pada awal Februari 2020 menjadi 27 orang pada 10 Maret lalu turut menjadi faktor pendorong banyaknya pemberitaan tentang Covid-19.
Selain itu, kebutuhan informasi utuh di tengah-tengah masyarakat juga dapat mendorong semakin masifnya pemberitaan tentang Covid-19. Kebutuhan informasi ini tergambar dari riuh media sosial yang kerap membahas tentang Covid-19 setiap kali ada tambahan kasus positif di Indonesia.
Dalam kasus Covid-19, media tidak hanya dibutuhkan sebagai wahana komunikasi massa, tetapi juga sebagai guru bagi masyarakat luas. Kontrol sosial dan fungsi pendidikan tentu perlu dilakukan secara berbarengan agar penyakit Covid-19 dapat dipahami secara utuh bagi masyarakat luas, tetapi juga tak abai pada setiap kebijakan pemerintah. (LITBANG KOMPAS)