Berita positif datang dari China. Sudah lebih dari 60.000 orang di China dinyatakan sembuh dari total sekitar 80.000 orang yang positif terinfeksi. Bisa dipastikan puncak jumlah penderita di China sudah terlewati.
Oleh
Reza Felix Citra
·5 menit baca
Berita positif datang dari China, tempat yang menjadi awal penyebaran wabah. Sampai tanggal 10 Maret 2020, sudah lebih dari 60.000 orang di China dinyatakan sembuh dari total sekitar 80.000 orang yang positif terinfeksi. Jumlah penderita baru sudah semakin sedikit sehingga bisa dipastikan puncak jumlah penderita di China sudah terlewati dan China akan segera terbebas dari virus ini.
Presiden China Xi Jinping pun, Selasa (10/3/2020), berkunjung ke Wuhan sebagai simbol kemenangan dalam mengatasi wabah. Dunia sempat mengecam dirinya saat ia memerintahkan untuk mengisolasi Wuhan yang saat itu menjadi pusat dari penyebaran virus ini.
Karena itu, Xi merasa perlu untuk datang untuk secara langsung menyampaikan rasa terima kasih kepada warga Wuhan yang telah berkorban dan juga untuk orang-orang yang berkontribusi memerangi virus ini.
Dia juga mengirim pesan kepada dunia bahwa tindakan ekstrem yang dilakukannya terbukti sangat efektif. Kota Wuhan pun diharapkan segera pulih kembali seperti sediakala.
Jika melihat tren jumlah penderita dari waktu ke waktu, terlihat puncak jumlah penderita di China terjadi pada pertengahan Februari 2020, tepatnya pada 16-18 Februari.
Seluruh penderita di China akan sembuh dalam 10 hari ke depan.
Setelah itu, jumlah pasien berangsur-angsur turun karena semakin banyaknya orang yang sudah dinyatakan sembuh. Jika hal ini terus terjadi secara relatif linier dan tidak ada kasus infeksi baru karena apalagi mutasi virus, secara matematis, seluruh penderita di China akan sembuh dalam 10 hari ke depan (20 Maret 2020).
Kasus di Eropa
Berbeda dengan China yang sudah berhasil mengatasi virus ini, wabah di Eropa justru baru dimulai. Italia menjadi pusat penyebaran baru di Eropa. Paling tidak sampai 10 Maret ini sudah lebih dari 10.000 orang dinyatakan positif.
Karena itu, Pemerintah Italia bergerak cepat menutup seluruh wilayahnya dari dunia luar. Cara ini sudah terbukti efektif, seperti juga China yang dengan segera mengisolasi kota Wuhan ketika awal virus ini menyebar.
Pasien pertama di Italia berawal dari seorang di wilayah Lombardy yang bertemu seorang temannya yang baru pulang dari China. Ketika dia jatuh sakit, dia masih dirawat seperti pasien biasa.
Baru beberapa hari kemudian, ketika dinyatakan positif Covid-19, dia diisolasi. Tapi itu sudah terlambat karena tidak diisolasi sejak awal, pasien ini sudah menularkan virus ke puluhan orang yang berinteraksi dengannya di rumah sakit.
Setelah jumlah kasus meningkat secara drastis, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte langsung bertindak mengisolasi kota Milan, semua perbatasan, dan 14 provinsi di utara Italia. Tapi karena kasus baru terus bertambah, juga di daerah lain, maka dalam pidatonya, Senin (9/3/2020) malam, Conte mengisolasi seluruh Italia.
Semua sekolah dan universitas diliburkan secara nasional, begitu juga semua acara publik dibatalkan. Warga Italia tidak diizinkan bepergian sampai 3 April 2020.
Beberapa negara Eropa lainnya, seperti Perancis, Spanyol, dan Jerman, juga perlu waspada. Jumlah warga terinfeksi di setiap negara ini sudah lebih dari 1.400 orang. Jika tidak segera mengambil tindakan, jumlah penderita akan meningkat secara eksponensial dan bisa mengancam warga dan negara lainnya.
Kasus di Asia
Di kawasan Asia, setelah China, negara yang terdampak paling besar virus ini adalah Korea Selatan dan Iran. Jumlah penderita dari setiap negara ini sudah lebih dari 7.000 orang. Namun, ada perbedaan situasi yang terjadi di kedua negara ini.
Korea Selatan lebih dahulu terkena wabah dan sepertinya sudah hampir mencapai puncaknya dalam beberapa hari ke depan. Dalam beberapa minggu ke depan, jika tidak terdapat jumlah kasus baru yang signifikan, Korea Selatan sepertinya juga akan segera pulih dan terbebas dari virus ini.
Sementara di Iran, kasus pertama baru ditemukan pada pertengahan Februari (18 Februari 2020). Namun, dalam waktu 20 hari, jumlah warga yang terinfeksi sudah melonjak menjadi 7.000-an orang. Sepertinya ini belum menjadi puncaknya.
Hal ini kemungkinan besar juga akibat sanksi Amerika yang melarang perusahaan asing pemasok obat dan alat kesehatan untuk bertransaksi dengan Iran. Dengan obat dan alat yang terbatas, tentu Iran tidak bisa maksimal memerangi virus ini.
Di Iran, virus ini diduga berkembang dari kota Qom, yang kemudian berkembang di seluruh provinsi di Iran. Tidak hanya warga yang terkena, tetapi juga ada 12 pejabat pemerintahan, bahkan Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi dinyatakan positif Covid-19 pada Selasa (25/2/2020). Bukan itu saja, penasihat Menteri Luar Negeri Iran Sheikholeslam juga dilaporkan meninggal pada Kamis (5/3/2020) setelah terinfeksi virus ini.
Kasus dunia
Dengan semakin berkurangnya jumlah pasien di China, bukan berarti dunia sudah aman dari Covid-19 ini. Melihat grafik tren jumlah penderita di seluruh dunia, terlihat ada kenaikan kembali di beberapa hari belakangan ini. Jika dibuat garis tren, ada kemungkinan jumlah penderita akan meningkat jauh lebih besar daripada jumlah penderita yang pernah ada selama ini.
Jika jumlah penderita di China sudah semakin berkurang, berarti terjadi kenaikan penderita di wilayah lain dari dunia. Mungkin jika dilihat per negara, jumlah penderita masih jauh lebih sedikit dari kasus yang terjadi di China. Namun, jika dijumlahkan, ternyata jumlahnya sudah jauh lebih besar dari jumlah penderita yang masih dirawat di China saat ini. Ini berarti perang terhadap virus ini tidak bisa dilakukan secara parsial.
Kerja sama dalam menemukan vaksin virus ini sudah mulai dilakukan oleh Pemerintah China dan Rusia. Selain itu, kerja sama menemukan alat pendeteksi yang cepat juga dilakukan kedua negara ini. Negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura, juga melakukan kerja sama dalam mengatasi penyebaran virus korona baru ini.
Indonesia juga sudah mengupayakan adanya kerja sama internasional dalam menghadapi virus ini. Dalam sidang Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke-146 yang diselenggarakan di Geneva, Swiss, pada 3-8 Februari, wakil Indonesia menyampaikan apresiasi atas usaha Pemerintah China dalam menekan penyebaran virus serta mendorong kerja sama para pakar dan ilmuwan kesehatan dalam menekan penyebaran virus.
Nilai-nilai kemanusiaan menjadi pertimbangan utama di atas kepentingan lainnya.
Dengan jumlah total penderita mencapai lebih dari 110.000 orang yang tersebar di 115 negara, sudah seharusnya seluruh negara di dunia bekerja sama untuk mengatasi wabah virus ini. Bumi ini hanya satu dan apa yang terjadi di satu belahan bumi lain akan berefek pada belahan bumi lainnya.
Mungkin sudah saatnya nilai-nilai kemanusiaan menjadi pertimbangan utama di atas kepentingan lainnya. Perang terhadap virus ini adalah perang dunia dan perlu kerja sama semua warga dunia untuk mengatasinya secara tuntas. (LITBANG KOMPAS)