Covid-19 dalam Bingkai Surat Kabar
Wabah Covid-19 berkepanjangan hingga mencapai rentang waktu hampir tiga bulan, bahkan diperkirakan bisa lebih. Isu Covid-19 pun mendominasi halaman muka enam surat kabar nasional.
Siapa sangka wabah Covid-19 akan berkepanjangan hingga mencapai rentang waktu hampir tiga bulan, bahkan diperkirakan bisa lebih. Sejak pertengahan Januari 2020 hingga hari ini, halaman muka enam surat kabar nasional hampir setiap hari memberitakan secara rutin Covid-19.
Hasil analisis isi berita tentang Covid-19 di enam surat kabar nasional (Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Koran Sindo, dan Indopos) periode Januari-Maret 2020 yang dilakukan Litbang Kompas menggambarkan bagaimana dari hari ke hari wabah Covid-19 ini dikisahkan oleh surat kabar.
Kasus di Wuhan, China, menjadi pembuka kisah yang cukup mengejutkan, tidak terkecuali bagi warga di Tanah Air. Betapa tidak, sejumlah WNI, baik pelajar, mahasiswa, maupun pekerja, berada di Wuhan dan sejumlah provinsi di ”negeri tirai bambu” tersebut saat wabah ini mulai mengguncang dunia. Kekhawatiran ini memuncak tatkala WNI dari China dipulangkan ke Tanah Air.
Kepulangannya pun sempat menuai pro dan kontra lantaran mereka sempat dikarantina di Kepulauan Natuna. Resistensi atau penolakan warga di Natuna sangat beralasan dan kini seakan menjadi kenyataan ketika wabah ini menyebar ke penjuru dunia dan telah merenggut ribuan jiwa.
Hingga Kamis (19/3/2020), di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan, 25 orang meninggal dunia akibat serangan Covid-19. Kecemasan di masyarakat semakin tidak bisa dihindari. Langkah nyata dari pemerintah berupa pembatasan aktivitas di luar dan menjaga jarak dengan orang lain (social distance) ketika berada di tempat umum merupakan sinyal peringatan bahwa Covid-19 harus secepatnya diredam agar tidak meluas. Terlebih lagi hingga hari ini masih menimbulkan kepanikan.
Persoalan Covid-19
Surat kabar sebagai pembawa pesan atas suatu peristiwa atau fenomena memiliki misi untuk mendudukkan persoalan Covid-19 hingga menjadi gamblang kepada masyarakat. Dalam pantauan pemberitaan terhadap enam surat kabar nasional, setidaknya terdapat sejumlah persoalan terkait Covid-19.
Pertama, secara umum enam surat kabar pada awal meledaknya kasus ini mengangkat persoalan korban penyakit yang disebabkan virus korona ini. Peningkatan jumlah korban yang boleh dikatakan seperti deret ukur dan terjadi sangat cepat meluas ke sejumlah negara menjadi titik awal bagi surat kabar untuk membedah serangan virus ini sebagai persoalan bencana internasional.
Pada edisi 22 Januari 2020, misalnya, sejumlah surat kabar mengangkat kasus ini sebagai berita utama. Kompas mengangkat judul ”Antisipasi Penyebaran Virus”. Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya virus korona tipe baru. Hal itu menyusul adanya informasi bahwa virus itu menular antarmanusia. Peningkatan kewaspadaan dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan perputaran manusia dari Indonesia ke China ataupun sebaliknya menjelang tahun baru Imlek.
Sementara pada edisi yang sama, Media Indonesia menulis ”Belum Ada Vaksin Cegah Korona”. Pemerintah Indonesia belum memiliki vaksin yang dapat menangkal virus korona. Karena itu, masyarakat harus mewaspadai penyebaran virus penyebab pneumonia dari Wuhan, China tengah, tersebut. Ada tiga vaksin pneumonia di Indonesia. Ketiga vaksin itu tidak cocok dengan virus korona, artinya tidak bisa mencegah virus korona.
Koran Sindo menulis berita dengan judul ”Wabah Pneumonia Menular Antarmanusia”. Alarm peringatan mengenai ancaman wabah pneumonia mulai terdengar nyaring. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertimbangkan untuk mendeklarasikan darurat kesehatan internasional agar negara-negara di dunia meningkatkan kewaspadaan menyusul penularannya yang amat cepat.
Persoalan kedua adalah kritik surat kabar terhadap langkah antisipasi dan deteksi dini terhadap Covid-19 yang dinilai kian sulit karena sebaran virus semakin tidak terkendali. Surat kabar di satu sisi mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak siap, kurang terbuka, dan kurang cepat. Namun, di sisi lain, surat kabar memberikan semangat kepada masyarakat agar semua elemen bersatu padu melawan ancaman virus yang mematikan ini.
Kompas pada edisi 1 Februari 2020 mengangkat judul ”Deteksi Dini Kian Sulit”. Temuan terbaru menunjukkan, sebagian orang yang terinfeksi virus korona baru tidak menunjukkan gejala sakit, tetapi tetap bisa menularkannya kepada orang lain. Hal ini menyebabkan upaya penapisan suhu tubuh tidak efektif. Maka, sejumlah negara telah menutup kunjungan orang dari China.
Masih pada edisi yang sama, Media Indonesia memuat berita ”Gerak Cepat Evakuasi”. Proses pemulangan 243 warga negara Indonesia dari Hubei, provinsi di China yang menjadi sumber penyebaran virus korona, terus dilakukan dengan akselerasi penuh. WHO mengumumkan status wabah virus korona di China sebagai darurat kesehatan internasional.
Ketiga, persoalan dampak ekonomi dan ancaman resesi dunia akibat wabah Covid-19 menjadi ulasan surat kabar yang cukup komprehensif dibahas setelah meningkatnya jumlah penderita Covid-19. Persoalan yang diulas surat kabar meliputi ancaman resesi ekonomi dunia, sepinya dunia pariwisata, penundaan pertemuan antarnegara, penundaan kegiatan olahraga, dan penutupan sementara aktivitas perdagangan di sejumlah negara.
Pada 26 Februari 2020, Kompas mengangkat judul ”Cadangan Rp 10,3 Triliun untuk Cegah Dampak Ekonomi”. Untuk mencegah dampak negatif dari virus korona dan perlambatan ekonomi dunia terhadap ekonomi Indonesia, Presiden Joko Widodo menerbitkan paket kebijakan fiskal senilai Rp10,3 triliun. Anggaran itu diambil dari dana cadangan di APBN 2020. Dengan paket ini, berbagai insentif disiapkan
Terkait resesi ini, Republika pada 2 Maret 2020 mengangkat judul ”Ekonomi Dunia Dibayangi Resesi”. Penyebaran penyakit Covid-19 akibat virus korona jenis baru yang terus meluas ke banyak negara telah memukul pereknomian dunia. Bahkan, ekonomi dunia disebut berada di bayang-bayang resesi karena virus korona belum teratasi. Kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi semakin besar karena sejumlah negara melaporkan kasus kematian pertama pasien virus korona.
Persoalan keempat adalah langkah nyata dan solusi yang diambil pemerintah agar persebaran virus ini tidak meluas. Presiden Joko Widodo pada 15 Maret 2020 mengimbau kepada semua lapisan masyarakat untuk belajar dan bekerja dari rumah selama dua pekan untuk mencegah meluasnya penderita.
Kompas pada 16 Februari mengangkat judul ”Indonesia Memasuki Fase Kritis Pandemi Covid-19”. Indonesia memasuki fase kritis penanggulangan pandemi Covid-19. Kegagalan mencegah meluasnya sebaran infeksi bakal memicu ledakan kasus. Karena itu, selain mengurangi aktivitas, penapisan untuk deteksi virus juga mesti diperluas dengan mempermudah akses warga memeriksakan diri.
Sementara pada edisi tersebut, Media Indonesia mengangkat judul ”Produktif dari Rumah”. Laju penularan penyakit akibat infeksi virus korona harus ditahan dan ditekan agar tidak semakin meluas di Tanah Air. Untuk itu, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat membatasi aktivitas luar ruangan dan saling menjaga jarak (social distancing)sehingga rantai penularan Covid-19 dapat diredam.
”Newsmaker”
Selama hampir tiga bulan wabah Covid-19 diberitakan di halaman satu pada enam surat kabar nasional, tercatat sejumlah tokoh yang menjadi newsmaker pemberitaan. Newsmaker tersebut merupakan pihak yang diberitakan dan menjadi sorotan media karena dikutip pernyatannya. Presiden Joko Widodo merupakan newsmaker yang paling banyak dikutip pernyataannya oleh enam surat kabar nasional terkait dengan Covid-19.
Newsmaker berikutnya adalah Achmad Yurianto, yakni juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19. Peran dari Achmad Yurianto yang menjelaskan kepada pers terkait perkembangan penanganan Covid-19 menempatkannya sebagai sumber informasi resmi atau rujukan yang diteruskan oleh pers pada pemberitaan.
Jika ditelusuri lebih lanjut, atribut narasumber juga akan mengerucut pada Presiden dan menteri atau staf kementerian yang terkait penanganan Covid-19. Berikutnya, warga masyarakat menempati urutan selanjutnya sebagai narasumber yang konsisten dimintai pendapat atau keterangan oleh surat kabar.
Upaya preventif terhadap Covid-19 saat ini justru menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Sekuat apa pun instruksi dari pemerintah untuk membatasi diri, bahkan hingga level karantina, tetapi tanpa disertai peran aktif warga untuk bahu-membahu melakukan proteksi diri dengan menjaga kesehatan, upaya menekan sebaran Covid-19 akan sia-sia. (LITBANG KOMPAS)