Dua Sisi Pandemi Covid-19
Datangnya pandemi Covid-19 ibarat menghadirkan satu sisi yang membuat masyarakat cemas dari sisi kesehatan, ekonomi, dan bisnis. Akan tetapi, memunculkan sisi positif bagi ekologi dan kolaborasi dunia menghadapi pandemi
Datangnya pandemi Covid-19 ibarat menghadirkan satu sisi yang membuat masyarakat cemas dari sisi kesehatan, ekonomi, dan bisnis. Akan tetapi, memunculkan sisi positif bagi ekologi dan kolaborasi dunia menghadapi pandemi.
Penyakit Covid-19 mewabah begitu luas dan cepat di dunia. Dalam waktu 112 hari sejak dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Covid-19 sudah menjangkiti 2.426.788 orang. Dibandingkan dengan dua penyakit yang diakibatkan virus korona lainnya, kasus Covid-19 lebih banyak terjadi.
Penyakit sindrom pernapasan akut (SARS) menjangkiti 8.096 orang selama November 2002 hingga Juli 2003 (8 bulan). Sementara penyakit sindrom pernapasan Timur Tengah atau Middle East respiratory syndrome (MERS) menjangkiti 2.519 orang dalam kurun yang panjang, sejak April 2012-Januari 2020 (8 tahun).
Baca juga : Ekonomi Pariwisata Sesudah Wabah Virus Korona
Dari perbandingan itu terlihat, kecepatan penyebaran virus korona baru ini lebih ganas daripada dua wabah terdahulu. Jumlah korban jiwa akibat Covid-19 lebih banyak ketimbang MERS atau SARS.
Hingga 21 April 2020, Covid-19 sudah mengakibatkan 166.122 orang meninggal dunia. Bandingkan dengan jumlah korban MERS dan SARS. Pada periode April 2012-Januari 2020, sedikitnya 866 orang meninggal akibat penyakit MERS. Adapun penyakit SARS mengakibatkan 774 orang meninggal.
Tekanan ekonomi
Tidak hanya dari sisi kesehatan, wabah korona juga menimbulkan kecemasan pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 diprediksi anjlok minus 3 persen.
Prediksi Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan, dampak ekonomi Covid-19 dapat mencapai 4,1 triliun dollar AS atau setara dengan 4,8 persen produk domestik bruto (PDB) dunia.
Sebagaimana fenomena global, sinyal perlambatan ekonomi juga menyasar RI. Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan Indonesia tahun ini berisiko turun. Pada skenario berat menjadi 2,3 persen dan menjadi negatif 0,4 persen pada skenario sangat berat.
Merespons wabah Covid-19, Bank Dunia menyediakan dana taktis 12 miliar dollar AS untuk membantu negara-negara mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi dari wabah global. Sementara Indonesia mengalokasikan dana Rp 405,1 triliun untuk paket stimulus fiskal antisipasi pandemi.
Di sektor bisnis, sejumlah sektor turut terdampak, seperti pariwisata dan penerbangan. Pembatasan sosial di sejumlah negara membuat mobilitas wisatawan asing ikut terhenti.
Baca juga : Tantangan Maskapai Dunia Hadapi Pandemi Covid-19
Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) memperkirakan, tahun ini jumlah perjalanan wisatawan internasional akan menurun hingga 30 persen. Imbasnya, menggerus penerimaan pariwisata internasional hingga 450 miliar dollar AS.
Demikian pula dengan industri penerbangan dunia. Karantina wilayah atau negara hingga larangan masuk dari negara-negara yang terjangkit wabah korona membuat pergerakan manusia tersendat.
Tak sedikit maskapai kehilangan sekitar 70-80 persen penumpang dalam waktu singkat akibat Covid-19. Penurunan ini disebabkan pemberlakuan karantina dan larangan perjalanan di lebih dari 208 negara di dunia.
Hal ini menimbulkan kerugian besar bagi keuangan maskapai. Menurut data yang dihimpun oleh Covid Airline Tracker, secara global maskapai mengurangi frekuensi penerbangan domestik dan internasional dalam jumlah besar, bahkan hingga 100 persen.
Di Indonesia, maskapai Garuda Indonesia menunda sejumlah 23 rute penerbangan domestik dan internasional. Terdapat 11 rute domestik yang ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Adapun rute internasional rata-rata ditunda hingga 30 April 2020.
Baca juga : Ketika Semua Harus Dilakukan di Rumah
Bahaya pengangguran
Tak terelakkan, pandemi Covid-19 menyisakan masalah pengangguran. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan dalam skenario terburuk, sedikitnya 24,7 juta orang di dunia akan menganggur terkena dampak ekonomi Covid-19.
Pemetaan ILO tersebut berkaca dari pengalaman saat krisis ekonomi global dan darurat kesehatan global sebelumnya. Pada masa pandemi ini, penurunan penghasilan terjadi karena penurunan aktivitas ekonomi di tengah pembatasan fisik dan sosial. Nominal penghasilan yang hilang akibat pandemi diperkirakan 860 miliar dollar AS hingga 3,4 triliun dollar AS.
Ada empat sektor yang dipastikan terdampak menurut ILO, yakni ritel, manufaktur, bisnis properti, dan penyedia akomodasi serta makanan. Dalam empat sektor tersebut, ILO memprediksi terdapat sekitar 1,25 miliar orang di seluruh dunia yang bekerja di dalamnya.
Di Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat per 7 April 2020 sebanyak 1.200.031 pekerja di 74.430 perusahaan terkena dampak pandemi. Sebagian dari mereka dirumahkan atau bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga : Hadapi Ancaman Gelombang PHK Akibat Covid-19, Pemerintah Siapkan Stimulus
Kualitas lingkungan
Walau bukan hal yang dikehendaki, kehadiran wabah Covid-19 memunculkan sisi positif bagi ekologi dan lingkungan. Sisi lain Covid-19 muncul dari pengurangan aktivitas manusia akibat pembatasan fisik hingga harus menjalani karantina atau isolasi.
Akibat wabah, Pemerintah China kemudian memberlakukan lockdown di beberapa wilayahnya, terutama kota Wuhan. Mereka menutup akses transportasi sejak 23 Januari 2020 untuk mengurangi penyebaran virus.
Para ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Eropa (ESA) lalu membandingkan citra satelit pada 1-20 Januari 2020 dengan 20-25 Februari 2020 di China.
Hasilnya, terjadi penurunan drastis kadar nitrogen dioksida (NO2) dimulai di sekitar Wuhan, kemudian meluas di seluruh China. Gas NO2 merupakan gas yang banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan fasilitas industri.
Selain pengurangan polusi udara, berkurangnya aktivitas manusia secara ekstrem berpengaruh pada tingkat kejernihan kanal-kanal di Venesia. Sebagaimana di China, Pemerintah Italia menutup sebagian besar wilayah di bagian utara, termasuk kota Venesia, sejak 8 Maret 2020.
Sejak saat itu, Venesia yang termasuk salah satu kota tujuan utama wisata di Italia menjadi sepi. Untuk pertama kali dalam bertahun-tahun, air kanal menjadi bersih, bahkan ikan-ikan jelas terlihat.
Berbagai media, terutama media sosial, kemudian menyebarkan foto-foto kanal Venesia yang jernih hingga ikan-ikan di dalam kanal dapat terlihat. Bahkan, muncul juga angsa dan lumba-lumba di kanal tersebut.
Solidaritas dunia
Hal positif lain yang muncul dari pandemi adalah kolaborasi dunia menghadapi wabah Covid-19. Kolaborasi ini muncul dalam gerakan solidaritas sosial dan upaya penemuan obat dan vaksin.
Gerakan solidaritas sosial tergambar dari aksi bantuan kepada tenaga medis dan masyarakat yang terdampak pandemi. Berbagai merek top di bidang mode, seperti Saint Laurent, Balenciaga, dan Gucci, memproduksi masker bagi tenaga medis sebagai respons kelangkaan masker medis.
Kontribusi juga diberikan berbagai perusahaan teknologi kelas dunia, seperti Google, Twitter, Microsoft, dan LinkedIn. Mereka melakukan berbagai kontribusi, mulai dari memperbesar kapasitas layanan, menggratiskan sejumlah layanan, hingga menyumbang langsung para tenaga medis.
Berbagai portal berita juga mendedikasikan halaman baru khusus untuk Covid-19. Langkah tersebut juga diikuti dengan membuka akses gratis terhadap pemberitaan terkait Covid-19.
Portal berita The New York Times, The Washington Post, The Guardian, The Straits Times, dan South China Morning Post menambahkan halaman khusus untuk tema Covid-19. Sementara laman Wall Street Journal dan Kompas menempatkan liputan khususnya terkait Covid-19 di halaman muka utama mereka di bawah menu.
Perilaku bersih
Kerja sama dunia ditunjukkan pula dalam upaya penelitian vaksin dan pengobatan penyakit korona Covid-19. Kolaborasi ini melibatkan puluhan lembaga dan universitas di seluruh dunia, di antaranya Global Research Collaboration for Infectious Disease Preparedness, Centers for Disease Control and Prevention, Imperial College London, Johns Hopkins School of Medicine, University of Oxford, dan Unicef.
Dalam upaya penemuan vaksin Covid-19, WHO mencatat 70 formula vaksin dari seluruh dunia hingga 11 April 2020, yang kemudian diteliti. Tiga jenis vaksin sudah memasuki tahapan fase 1 uji klinis, sementara lainnya masih pada fase praklinis.
Di luar upaya penemuan vaksin, upaya penanganan penyakit Covid-19 juga dilakukan melalui pengobatan. Saat ini setidaknya ada 87 jenis pengobatan yang dikembangkan, 12 di antaranya sudah diuji coba ke manusia.
Jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi Covid-19 salah satunya menggunakan obat malaria, yaitu klorokuin. Selain itu, ada pula tablet obat anti-influenza Avigan yang diproduksi Fujifilm, Jepang.
Optimisme tentang pengobatan untuk Covid-19 datang pada 17 April 2020. Rumah sakit Universitas Chicago yang berpartisipasi dalam studi tentang obat antivirus, buatan perusahaan Amerika Serikat Gilead Sciences, mengungkapkan bahwa obat remdesivir telah mendorong pemulihan yang cepat pada 113 pasien.
Kerja sama dunia dalam upaya penemuan pengobatan Covid-19 menunjukkan sisi positif lain dari kolaborasi bersama di tingkat negara/lembaga dunia untuk menghadapi wabah korona.
Di tingkat warga, wabah korona juga menghadirkan prinsip dasar menjaga kebersihan diri. Lebih sering mencuci tangan, tidak mengusap muka, mata, mulut, dan hidung menjadi perilaku yang banyak dilakukan banyak orang.
Masyarakat juga makin peduli dengan menghindari interaksi fisik dekat dengan orang lain, seperti menggunakan masker dan menghindari jabat tangan, untuk mencegah penularan. Kepedulian ini juga tampak dari informasi yang paling banyak dicari publik terkait dengan Covid-19 di mesin pencari Google.
Masyarakat juga makin peduli dengan menghindari interaksi fisik dekat dengan orang lain.
Google Trends mencatat, sepanjang 21 Januari 2020-21 April 2020, informasi yang banyak dicari seputar perkembangan kasus, gejala atau ciri-ciri, serta tentang virus korona. Ini menjadi gambaran kesadaran masyarakat akan pengenalan dan penularan virus mematikan tersebut.
Di luar aspek-aspek pandemi di atas, kesadaran hidup sehat tersebut merupakan disrupsi sesungguhnya perilaku kesehatan masyarakat, yang muncul karena kehadiran Covid-19.
(LITBANG KOMPAS)