Instruksi yang disampaikan Presiden Jokowi tersebut sejalan dengan permintaan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. ”Semua negara harus melakukan tes kepada semua terduga. Tanpa pengetesan, kasus tidak dapat diisolasi dan rantai infeksi tidak terputus,” ujarnya.
Jumlah kasus baru di Indonesia dalam satu bulan ini menunjukkan peningkatan. Jika pada 25 Maret 2020 terdapat 104 kasus baru, jumlahnya meningkat satu bulan kemudian. Pada 25 April 2020, terdapat 396 kasus baru. Sedangkan jumlah kasus baru pada 1 Mei 2020 sebanyak 433 kasus.
Menghadapi wabah Covid-19 yang makin meningkat jumlahnya, Indonesia melakukan percepatan tes massal. Mencermati data jumlah tes dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan Kawal Covid-19, mulai 4 April 2020 hingga 26 April 2020, rata-rata jumlah orang yang dites setiap hari mencapai 2.130 orang.
Bahkan, pada 26 April 2020, lebih dari 4.400 orang melalui serangkaian pengecekan Covid-19 di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia melakukan tes Covid-19 terhadap 56.974 orang penduduknya.
Jika dirasio per 1 juta penduduk, angka yang didapat pun berada di kisaran 211 orang, jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio pada bulan lalu yang berkisar 30 orang per 1 juta penduduk.
Hingga 1 Mei 2020, jumlah pengetesan terus meningkat. Sebanyak 76.538 orang telah mengikuti tes PCR di 89 laboratorium. Dengan jumlah tes yang semakin meningkat, rasio tes per 1 juta penduduk juga meningkat menjadi 374 orang.
Negara lain
Bukan hanya Indonesia, langkah percepatan pengecekan juga dilakukan oleh negara-negara tetangga di wilayah Asia Tenggara. Hingga 26 April 2020, Vietnam menjadi negara dengan total tes Covid-19 yang paling tinggi di ASEAN.
Pada tanggal tersebut, sebanyak 212.965 orang telah dicek di negara tersebut. Jika dibuat rasio, angka tersebut setara dengan 2.000 tes lebih per 1 juta penduduknya. Jumlah ini bahkan mengungguli beberapa negara yang lebih maju di Eropa, seperti Belanda dengan 193.000 tes dan Belgia dengan 189.000 tes.
Negara kedua dengan jumlah pengecekan Covid-19 tertinggi di ASEAN adalah Thailand. Pada hari yang sama dengan Vietnam, Thailand telah melakukan pengecekan terhadap lebih dari 142.589 warga negaranya. Jika dirasio, setidaknya 2.000 orang per 1 juta penduduk di Thailand telah melalui pengetesan.
Malaysia dan Singapura menjadi negara ketiga dan keempat dengan jumlah pengecekan hingga 131.491 dan 121.774 orang per 26 April 2020. Walau total orang yang telah dicek lebih rendah dari Vietnam dan Thailand, rasio tes per 1 juta penduduk di kedua negara tersebut jauh lebih tinggi.
Di Malaysia, rasio orang yang dites per 1 juta penduduk berada di angka 4.063 orang. Rasio tersebut jauh lebih tinggi di Singapura, dengan lebih dari 20.000 orang per 1 juta penduduk telah dites di negara tersebut.
Dilihat dari jumlah tes yang telah dilakukan, Indonesia belum menempati peringkat lima besar di tingkat ASEAN. Setelah keempat negara yang telah disebutkan, Filipina menjadi negara kelima dengan jumlah tes Covid-19 terbanyak di ASEAN dengan jumlah tes lebih dari 84.789 orang.
Namun, mengingat besarnya jumlah penduduk di negara tersebut, rasio tes per 1 juta penduduk di Filipina terpaut jauh dengan rasio keempat negara di atasnya. Dengan populasi lebih dari 109 juta orang, rasio tes per 1 juta penduduk di Filipina hanya berada di angka 771 orang.
Namun, angka total tes dan rasio tes per 1 juta penduduk di Filipina itu masih jauh mengungguli Indonesia. Pada tanggal yang sama, Indonesia menempati posisi keenam negara yang melakukan tes Covid-19 terbanyak di ASEAN dengan total tes 56.974 penduduk.
Jika dirasio, per 1 juta penduduk hanya ada 211 orang yang dites di Indonesia. Dari segi jumlah tes, Indonesia hanya unggul atas Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, dan Laos dengan jumlah tes masing-masing sebesar 12.000, 6.000, 5.000, dan 1.000 tes.
Namun, walau tergolong rendah dalam hal total tes, Brunei justru menempati urutan teratas dari segi rasio tes per 1 juta penduduk. Melihat rasionya, lebih dari 29.000 orang per 1 juta penduduk di Brunei telah dites. Rasio ini bahkan jauh mengungguli Singapura di posisi kedua dengan angka rasio sebesar 20.000 tes per 1 juta penduduk.
Tantangan pandemi
Dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, tes Covid-19 yang dilakukan Indonesia masih tertinggal. Namun, upaya melakukan tes massal bukan semata menjadi ajang perlombaan antarnegara untuk menjadi yang terbanyak. Urgensi peningkatan jumlah tes yang dilakukan terutama merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi.
Jika dibandingkan dengan bulan lalu, peningkatan tes cepat di Indonesia memberi angin segar upaya penanganan wabah korona. Pada 2 Maret hingga 3 April 2020, setiap hari rata-rata Pemerintah Indonesia melakukan tes Covid-19 terhadap 239 orang. Saat ini rata-rata warga yang dites mencapai 7.506 per minggu.
Melakukan tes cepat juga menjadi komitmen dunia melawan pandemi Covid-19. Dengan tes massal, data kasus korona dapat terpetakan. Hal ini sejalan dengan permintaan WHO kepada semua negara anggota untuk memberikan data terkait pandemi Covid-19.
WHO membuat panduan jenis data yang setiap minggu perlu dikumpulkan oleh setiap negara anggota. Dua di antaranya adalah data jumlah kasus baru dan jumlah dites baru.
Ketersedian data tersebut menjadi bagian dari tiga strategi dunia dalam menghadapi Covid-19. Strategi itu adalah memperlambat dan menghentikan penularan, mencegah terjadinya wabah, serta menunda penyebaran.
Strategi berikutnya, memberikan perawatan yang optimal untuk semua pasien, terutama pasien yang mengalami sakit serius. Terakhir, meminimalkan dampak epidemi pada sistem kesehatan, layanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Mengingat pentingnya ketersediaan data kasus baru dan data jumlah orang dites baru, tindakan tes massal harus terus ditingkatkan. Belajar dari kesuksesan Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam, dengan tingkat pengecekan yang tinggi, pemerintah ketiga negara itu dapat menekan kasus Covid-19.
Dengan mengetahui data kasus, kebijakan lanjutan melalui isolasi kasus positif dan pelacakan interaksi pengidap dengan orang lain di masyarakat dapat diambil secara cepat dan tepat.
Baca juga : Pentingnya Transparansi dan Sinkronisasi Data Covid-19
Terlebih, muncul fenomena ditemukan banyak kasus positif yang tidak terdeteksi karena si pengidap hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak mengalami gejala. Di Wuhan, China, kasus tersembunyi ini diperkirakan hampir mencapai 60 persen dari total kasus positif.
Melihat pengalaman itu, pemeriksaan masif dan penelusuran kontak merupakan kunci sukses memerangi pandemi Covid-19. Tentu saja dengan diimbangi kebijakan lain, seperti ketegasan menerapkan pembatasan sosial berskala besar serta kedisiplinan warga untuk melakukan pembatasan fisik. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?