Kita Tidak Sendiri Menghadapi Pandemi
Warga dunia sedang menghadapi musuh bersama, yakni virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi Covid-19. Beragam respons warga dunia menunjukkan bahwa kita tidak sendiri menghadapi pandemi.
Terjadinya pandemi Covid-19 membuat negara-negara dunia memberlakukan pembatasan sosial dan karantina wilayah. Kebijakan ini membuat warga dunia beradaptasi dengan membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
Masyarakat global banyak berdiam di tempat tinggal masing-masing sebagai bagian komitmen bersama untuk memutus rantai penularan wabah virus korona. Namun, perkembangan teknologi informasi membantu konektivitas manusia walau hanya berada di rumah.
Selama masa-masa yang serba terbatas ruang geraknya, internet menjadi tumpuan masyarakat untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Ragam informasi dicari penduduk dunia di internet, salah satunya melalui mesin pencari Google. Mulai dari informasi seputar gejala Covid-19, update korban pandemi, pengumpulan donasi, kebijakan karantina, hingga upaya penemuan vaksin.
Dari penelusuran yang dilakukan, informasi-informasi yang banyak dicari (populer) dapat terekam data jejak digitalnya. Melalui jejak pencarian informasi warga tersebut, dapat diperoleh gambaran fenomena yang menjadi perhatian masyarakat di berbagai belahan dunia saat dirundung pandemi yang sama.
Penelusuran difokuskan pada tiga negara dengan jumlah kasus meninggal tertinggi akibat Covid-19. Tiga negara tersebut adalah Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia. Hingga Selasa 6 Mei 2020, total korban meninggal akibat virus korona baru dari tiga negara tersebut sejumlah 125.992 jiwa. Angka ini mencakup separuh dari total kematian di seluruh dunia yang berjumlah 257.239 kasus.
Rentang penelusuran dibatasi pada periode sepekan, yakni mulai 29 April hingga 6 Mei 2020. Batas waktu tersebut dipilih karena cukup untuk melihat ragam peristiwa terkini di berbagai belahan dunia yang diberi atensi lebih oleh masyarakat.
Amerika Serikat
Jika banyak negara dipusingkan dengan pandemi, Amerika Serikat adalah salah satu yang paling merasakan. Saat ini, jumlah korban meninggal terbanyak akibat Covid-19 berada di negara ”Paman Sam”. Hingga 6 Mei 2020, jumlah korban sudah mencapai 71.064 jiwa. Jumlah korban jiwa ini 15 kali lipat lebih banyak dibanding korban jiwa di China, tempat virus korona baru pertama kali merebak.
Karena menjadi episentrum baru wabah korona, tidak heran jika Covid-19 menjadi salah satu topik informasi primadona di AS. Dalam seminggu terakhir, donasi dan riset tentang mutasi virus korona menjadi dua hal yang banyak dicari warga AS.
Pencarian informasi tentang donasi bersamaan dengan aktivitas perusahaan animasi kelas dunia, Walt Disney. Korporasi Disney mengambil bagian menghadapi pandemi dengan memproduksi masker kain, mendonasikannya, dan juga menghibahkan keuntungan penjualan dari produknya.
Produsen film Star Wars, Frozen, dan Marvel ini merilis produk baru berupa masker kain bermotif tokoh Disney untuk anak-anak. Popularitas tokoh-tokoh animasi Disney menjadi daya tarik pembuatan masker kain.
Sebanyak satu juta masker kain bergambar Baby Yoda, Mickey Mouse, dan beragam karakter lainnya disumbangkan bagi anak-anak yang berada di lingkungan rawan Covid-19 di Amerika Serikat. Masker didistribusikan oleh lembaga relawan MedShare.
Selain mendonasikannya, Disney juga menjual masker ini melalui toko daring di laman resminya. Penjualan dibuka mulai 30 April 2020 lalu. Dari keuntungan penjualan masker, senilai 1 juta dollar AS akan disalurkan sebagai dana amal untuk membantu menangani wabah Covid-19.
Selain program donasi Disney, informasi lain yang banyak dicari publik AS datang dari ranah penelitian. Sekelompok peneliti dari Los Alamos National Laboratory mempublikasikan hasil riset tentang mutasi virus SARS-CoV-2. Temuan ini menghebohkan masyarakat AS dan terekam di jejak pencarian Google.
Kata kunci pencarian ”mutant coronavirus” berada pada peringkat dua terpopuler setelah masker dari Disney. Dalam riset yang dihasilkan oleh B Kober, dkk menyebutkan bahwa SARS-CoV-2 mengalami mutasi pada paku-paku virus. Paku (spikes) ini yang menyebabkan sebuah virus mampu menginfeksi manusia dan sel-selnya.
Temuan 14 mutasi yang terjadi pada virus korona baru dapat mengurangi efektivitas khasiat vaksin yang sedang dikembangkan oleh ilmuwan di seluruh penjuru dunia. Dampak dari mutasi virus ini, disebut juga dengan gelombang lanjutan, yakni virus akan lebih cepat menyebar.
Spanyol
Lain di Amerika Serikat, beda pula perilaku masyarakat Spanyol. Jika publik AS sedang waspada terhadap temuan mutasi virus SARS-CoV-2, warga Spanyol mulai dapat menikmati aktivitas luar ruangan setelah 48 hari menjalani lockdown.
Surat kabar El Pais memberitakan bahwa sejak Sabtu 2 Mei 2020 pemerintah Spanyol memberi izin warganya beraktivitas di luar tempat tinggal. Namun, tetap diberlakukan aturan-aturan khusus bagi masyarakat yang hendak bepergian.
Kata kunci ”horarios salir coronavirus” atau aturan keluar di saat pandemi virus korona mencuat dalam jejak pencarian di Google. Kementerian Kesehatan Spanyol melalui Official State Gazette (BOE) menerapkan pembagian zona waktu aktivitas luar ruang.
Pembagian zona waktu yang diterapkan adalah sebagai berikut. Pukul 23.00-00.00 dan 00.00-06.00 untuk keperluan bekerja atau hal mendesak. Pada jam 06.00-10.00 dan 20.00-23.00 untuk belanja, jalan-jalan serta berolahraga bagi kelompok usia 14 hingga 69 tahun.
Pukul 10.00-12.00 dan 19.00-20.00 diperuntukkan bagi warga usia 70 tahun atau lebih serta orang yang berkebutuhan khusus. Mereka dapat berolahraga dan melakukan aktivitas luar ruangan di rentang waktu tesebut.
Antusiasme masyarakat Spanyol merayakan ”kebebasan” ini cukup beralasan mengingat sejak 29 Maret 2020 lalu dirumahkan oleh pemerintah. Artinya, sudah satu setengah bulan penduduk Spanyol berdiam diri di rumah. Kini, mereka mulai dapat kembali bergerak lebih leluasa.
Italia
Masih dari benua Eropa, Italia merupakan negara terdampak Covid-19 dengan korban meninggal terbanyak. Tanpa membedakan status sosial, korona menyerang siapa saja termasuk komedian Giacomo Poretti. Karena korona, warga negeri asal makanan pizza ini seminggu terakhir banyak memperbincangkan Giacomo Poretti.
Tren pencarian di Google menunjukkan kata kunci ”Giacomo Poretti Coronavirus” menanjak signifikan. Giacomo terinfeksi virus korona dan sedang menjalani isolasi.
Giacomo sebelum berkarier di dunia hiburan bekerja sebagai perawat. Walau sebagai mantan perawat, tetap saja merasa khawatir dengan kondisi dirinya. Istrinya menunjukkan gejala tertular Covid-19 beberapa hari kemudian. Kabar baiknya, anaknya tidak menunjukkan gejala infeksi walau kedua orang tuanya tertular.
Pandemi korona membuat kehidupan sosial warga menjadi terbatas. Antarindividu tidak bisa bertemu secara fisik. Situasi ini mendorong musisi Checco Zalone terinspirasi menciptakan lagu dan klip video tentang kondisi lockdown. Zalone mengaransemen lagu tentang sepasang kekasih yang harus terpisah dan tak dapat bertemu karena pandemi.
Zalone tampil dalam video yang mengisahkan sepasang kekasih yang sedianya berjumpa tanggal 9 Maret 2020, tetapi harus batal. Penyebabnya adalah pengumuman pemberlakuan lockdown pada 8 Maret 2020 oleh Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
Karya Zalone mendapat respons positif oleh masyarakat Italia. Jika dilihat dari popularitasnya, video ini paling banyak dicari oleh warga Italia yang tinggal di wilayah Puglia, Basilicata, dan Piemonte.
Indonesia
Dari satu pandemi, timbul beragam aksi menanggapi. Masa-masa sulit akibat wabah korona di Italia mendapat hiburan video klip parodi karya Zalone. Sedangkan di Indonesia suasana yang sedikit menghibur masyarakat datang dari program listrik gratis. Per 1 Mei 2020 program listrik gratis dari pemerintah selama 6 bulan bagi pelanggan listrik 450VA mulai berlaku.
Pelanggan dengan kapasitas 900 VA yang masuk dalam kategori subsidi mendapat potongan biaya sebesar 50 persen. Program ini berlangsung pada 1 Mei hingga 30 Oktober 2020.
Kebijakan yang melegakan di masa pendemi tersebut banyak dicari publik Indonesia. Pada 1 Mei 2020, lebih dari sejuta pengguna Google mencari informasi di Google tentang metode klaim token gratis dari PLN.
PT PLN menyediakan dua kanal untuk mendapatkan token. Pertama melalui situs resmi www.pln.co.id dan yang kedua melalui chat WhatsApp ke nomor 08122-123-123.
Topik trending kedua di Indonesia terkait wabah virus korona adalah kabar bahwa pemilik KTP-el berhak menerima bantuan senilai Rp 1 juta.
Rumor bantuan dapat diklaim dengan mendaftarkan diri melalui alamat https//s.id/ektp-covid19. Kabar ini beredar di grup chatting WhatsApp.
Namun, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kemudian menyatakan bahwa kabar tersebut adalah bohong. Banyak informasi yang menyesatkan di masa pandemi. Hingga 18 April 2020, Kominfo telah menemukan 554 isu hoaks yang tersebar pada 1.209 platform digital.
Sebagai salah satu ancaman nyata yang dapat menyerang setiap orang di mana saja, sangat masuk akal bahwa informasi tentang pandemi Covid-19 banyak dicari masyarakat. Melalui jejak data pencarian di Google Trends dapat diketahui persoalan, kondisi, serta pikiran masyarakat di belahan lain dunia. Fenomena ini dapat menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri menghadapi pandemi.
Bantuan sosial
Di negara-negara yang berhadapan dengan jumlah besar kasus korona (AS, Spanyol, Italia), aksi simpati dalam bentuk penggalangan donasi, hingga hiburan lagu mengemuka sebagai sarana saling menguatkan solidaritas sesama korban pandemi.
Sementara di Indonesia, topik pandemi masih identik dengan pemenuhan hajat hidup orang banyak (subsidi listrik dan bantuan sosial). Tantangan kebijakan yang dihadapi pemerintah Indonesia untuk menanggulangi pandemi, bukan hanya ancaman kematian masyarakat dari penyakit Covid-19, tetapi juga urusan perut warganya.
Hal ini terihat dari dampak ekonomi sosial masyarakat Indonesia yang terkena pandemi. Hingga 4 Mei 2020, Kementerian Tenaga Kerja mencatat, sebanyak 1.722.956 orang telah kehilangan pekerjaan.
Jumlah ini terdiri dari 1.032.960 buruh yang dirumahkan, 375.165 buruh yang di-PHK, dan 314.833 orang di sektor informal yang pekerjaannya mandek. Sektor usaha kecil menengah juga tidak luput tergulung pandemi.
Survei Laboratorium Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran pada April-Mei 2020 terhadap UMKM di Jawa Barat menunjukkan, sebanyak 47 persen UMKM telah berhenti beroperasi.
Pencarian informasi yang dilakukan masyarakat Indonesia yang terekam dalam Google Trends dapat memberikan petujuk apa yang paling banyak dipikirkan penduduk Indonesia terkait pandemi.
Baca juga: Evaluasi Segera Kartu Prakerja
Munculnya pencarian yang berkaitan dengan kebutuhan dasar seperti subsidi listrik dan bantuan sosial menjadi gambaran kegelisahan masyarakat terhadap nasib mereka di kala pandemi.
Semakin hari semakin bertambah masyarakat yang tertekan hidupnya akibat pandemi korona. Program-program penanganan krisis yang menguatkan kemampuan daya beli masyarakat seperti jaring pengaman sosial, padat karya, subsidi pendidikan, atau bantuan langsung tunai dapat diperluas jangkauannya untuk mencegah dampak sosial ekonomi yang lebih banyak. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?