logo Kompas.id
RisetLebaran di Era Kolonial: Dari ...
Iklan

Lebaran di Era Kolonial: Dari Beduk hingga Ketupat Dadakan

Idul Fitri tak hanya menjadi momen keagamaan bagi masyarakat Indonesia. Di baliknya, terselip nilai-nilai persatuan dan keberagaman yang telah bertahan selama berabad-abad.

Oleh
Dedy Afrianto
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/rIin-lTPqGbfHAOtsxnu2K5oLIM=/1024x682/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FWhatsApp-Image-2020-05-24-at-9.58.40-AM_1590420152.jpeg
DOKUMEN BIRO PERS, MEDIA DAN INFORMASI SEKRETARIAT PRESIDEN

Presiden Joko Widodo melaksanakan shalat Idul Fitri di halaman depan Wisma Bayurini, Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (25/5/2020).

”Kalau kita sudah berpuasa 29 hari, dengan hati berdebar-debar, kita menunggu bunyi beduk. Apakah esok hari kita sudah berlebaran, atau harus mencukupkan puasa 30 hari.” (Mohamad Roem)

Mohamad Roem, Menteri Luar Negeri pada era pemerintahan Soekarno, masih merawat dengan baik kenangan Idul Fitri pada dekade 1930-an. Saat itu, Indonesia masih berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Momen ibadah puasa dan Lebaran praktis tak terpisahkan dari sejumlah kebijakan pemerintah kolonial.

Editor:
A Tomy Trinugroho
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000