Sebagian besar masyarakat dunia mengharapkan pariwisata domestik di setiap negara dapat segera pulih. Di Indonesia, tenaga kerja di sektor pariwisata yang berjumlah 6 juta-7 juta orang harus diselamatkan.
Oleh
Budiawan Sidik A
·4 menit baca
Momentum masa transisi menuju normal baru diharapkan mampu menghidupkan kembali sektor pariwisata di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Hal itu dapat ditempuh melalui kunjungan wisatawan domestik.
Hasil survei panel tanggapan para pakar pariwisata yang dipublikasikan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menunjukkan sebagian besar masyarakat dunia mengharapkan pariwisata domestik di setiap negara dapat segera pulih. Dalam survei yang dirilis Mei 2020 itu, responden mengharapkan Juli-September 2020 sebagai masa pemulihan.
Ada 24 persen responden yang mengharapkan wisata internasional dapat segera pulih dalam rentang Juli-September. Adapun sekitar 45 persen responden berharap rentang periode ini menjadi momentum awal memulihkan kondisi pariwisata dalam negeri. Hal itu berarti lebih banyak responden mengharapkan wisatawan domestik menjadi penyelamat sektor pariwisata di setiap negara untuk sementara ini.
Setelah kunjungan turis domestik membaik, baru kemudian pariwisata internasional ditingkatkan di setiap kawasan. Ada sejumlah negara yang kini mulai membuka pariwisata, seperti Siprus, Thailand, Perancis, Meksiko, dan Turki. Negara Perancis, Meksiko, dan Turki membuka beberapa obyek wisata, tetapi sementara ini khusus untuk warga lokal.
Ada lebih banyak responden mengharapkan wisatawan domestik menjadi penyelamat sektor pariwisata di setiap negara untuk sementara ini.
Di Perancis, pemerintah mulai membuka pantai, mengizinkan perjalanan kendaraan hingga 100 kilometer, dan memperbolehkan kunjungan di sejumlah museum. Di Meksiko, beberapa obyek wisata dibuka secara bertahap. Wisatawan domestik Meksiko diizinkan terlebih dahulu, baru diikuti wisatawan Amerika, Kanada, dan negara lain.
Turki melakukan hal serupa. Pariwisata domestiknya dibuka sejak Mei dan selanjutnya dioperasikan bertahap pada Juni-Juli bagi pelancong internasional. Di Thailand, pariwisata lebih diprioritaskan bagi warga setempat. Pelancong dari luar negeri masih dilarang masuk. Namun, Pemerintah Thailand berencana membuka paket wisata internasional jangka panjang ke daerah-daerah terpencil. Tujuannya memudahkan pemantauan kesehatan para turis.
Dari sejumlah negara itu, Siprus cukup unik dalam membangkitkan pariwisatanya. Pemerintah negara itu bersedia menanggung biaya berobat bagi turis asing yang terkena Covid-19. Semua biaya untuk menginap, makan, minum, dan obat-obatan juga ditanggung pemerintah. Disediakan pula fasilitas hotel karantina bagi keluarga pasien atau orang dekat wisatawan yang terkena Covid-19. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi turis agar tak ragu dan khawatir lagi saat mengunjungi Siprus.
Langkah yang diambil di sejumlah negara menunjukkan wisatawan domestik menjadi tumpuan utama untuk menumbuhkan kembali pariwisata. Hal ini juga dilakukan Indonesia. Sekarang ada sejumlah obyek wisata unggulan di Indonesia yang telah dibuka, antara lain Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Obyek wisata di Samosir, Danau Toba, menurut rencana, dibuka untuk turis mulai Juli ini. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Taman Nasional Gunung Rinjani, wisata air di tiga gili (Trawangan, Air, dan Meno), Pulau Moyo, serta kawasan Mandalika bakal segera beroperasi.
Obyek wisata di Nusa Tenggara Timur, yang terkenal dengan Pulau Komodo, dibuka sejak Juni lalu, baik untuk turis lokal maupun mancanegara. Berbagai obyek wisata menerapkan protokol kesehatan bagi semua pengunjung. Salah satu yang cukup ketat adalah obyek wisata purbakala candi, seperti di Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Pengunjung di tiga obyek wisata ini diminta membeli tiket secara daring. Pengelola juga menyiapkan sarana cuci tangan di beberapa lokasi. Semua pengunjung wajib mengenakan masker, menjaga jarak antarpengunjung, dan menghindari kerumunan. Jumlah pengunjung dibatasi maksimal 25 persen dari total kapasitas normal.
Atasi dampak
Penyelamatan pariwisata nasional dari keterpurukan penting dilakukan. Menurut laporan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Mei lalu, setidaknya ada 1.700 hotel yang berhenti operasi akibat terdampak Covid-19. Kondisi ini berpengaruh besar pada nasib karyawan.
Berdasarkan catatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Mei lalu, ada lebih dari 1 juta pekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan. Sejumlah usaha pariwisata juga telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sekitar 375.000 orang. Ada pula sekitar 314.000 pekerja informal di bidang wisata yang terkena dampak.
Ada lebih dari 1 juta pekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan.
Secara kumulatif, jumlah pekerja pariwisata terdampak korona minimal mencapai 1,7 juta orang. Pada akhir tahun lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, setidaknya ada 8,5 juta orang yang bekerja di sektor usaha akomodasi dan makan-minum. Artinya, gara-gara Covid-19, jumlah pekerja di sektor akomodasi ini untuk sementara menyusut menjadi kurang dari 7 juta orang.
Situasi itu tentu menyebabkan penurunan kontribusi sektor akomodasi dan makan-minum terhadap produk domestik bruto (PDB). Besar kontribusi yang pada tahun lalu mencapai Rp 333 triliun hampir mustahil dapat tercapai tahun ini. Mencapai setengahnya saja sepertinya sudah sangat baik.
Potensi wisatawan Nusantara tak bisa dipandang sebelah mata. Dalam satu tahun, belanja wisatawan Nusantara secara kumulatif lebih banyak daripada turis asing.
Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2017 BPS, total pengeluaran biaya turis asing di Indonesia Rp 198 triliun. Angka ini terpaut jauh dari pengeluaran wisatawan domestik yang mencapai nominal Rp 253 triliun. Hal ini menunjukkan pariwisata dalam negeri berperan besar dalam menyelamatkan pariwisata Indonesia dalam masa sulit sekarang.
Maka, apabila pada Juli ini pariwisata domestik mulai dibuka di sejumlah tempat, ada harapan besar sektor ini segera membaik. Tenaga kerja di sektor pariwisata yang berjumlah 6 juta-7 juta orang dapat terselamatkan. Pemasukan wisata dari belanja para turis Nusantara bisa kembali dikumpulkan. Meski tak sebanyak biasanya, setidaknya ada pengeluaran belanja turis domestik yang dapat menggerakkan perekonomian.