Generasi Z dan Y Dominasi Media Daring
Generasi Z dan Y paling sering mengakses berita daring. Kedua generasi ini juga menjadi pengakses dominan layanan media sosial.
Media daring cenderung identik dengan anak muda. Media daring diakses lebih sering oleh generasi yang usianya lebih muda, yakni generasi Z dan generasi Y. Demikian halnya dengan media sosial yang juga cenderung diakses lebih sering juga oleh dua generasi ini dibandingkan generasi pendahulunya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan hasil survei pengguna internet di Indonesia periode 2019-kuartal II 2020 secara daring.
Hasilnya, jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II tahun ini naik menjadi 73,7 persen dari populasi atau setara 196,7 juta pengguna. Kondisi ini jelas berdampak terhadap perilaku masyarakat dalam bermedia.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah mengubah cara berkomunikasi banyak orang secara signifikan, termasuk dalam mengonsumsi informasi. Survei Nasional Kompas pada 27 Desember 2020 hingga 9 Januari 2021 yang dilakukan secara tatap muka terhadap 2.000 responden di 34 provinsi, salah satunya, menunjukkan kondisi tersebut di tengah pandemi yang melanda.
Informasi selama masa pandemi kian didapatkan secara digital. Meski demikian, terlihat porsi mereka yang tidak pernah mengakses berita lewat situs daring ataupun media sosial cenderung masih tinggi.
Dari keseluruhan responden, setidaknya ada 41,1 persen responden yang mengaku tidak pernah mengakses situs berita daring dalam seminggu. Sementara ada 34,3 persen responden yang mengaku tidak pernah atau kurang dari sekali sehari mengakses media sosial.
Ketika memperoleh informasi atau berita lewat situs berita daring melalui telepon seluler, dari kelompok responden yang jarang (sekali hingga dua kali dalam seminggu), sebagian besar (63,6 persen) cenderung membaca saja apa yang disajikan media, sedangkan 21 persen cenderung mencari sendiri secara aktif dari sumber di internet.
Sementara itu, kelompok yang sering membaca berita di situs berita daring cukup terbagi antara yang membaca apa saja yang disajikan media (46,1 persen) dan mencari sendiri secara aktif di internet (37,9 persen). Namun, dari mereka yang selalu membaca berita di situs berita daring, sebagian besar (51 persen) membaca apa saja yang disajikan media.
Mereka yang jarang mengakses berita di situs berita daring dalam seminggu rata-rata menghabiskan waktu 18,92 menit per hari. Sementara mereka yang sering menonton, membaca, ataupun mengakses situs berita daring dalam seminggu rata-rata menghabiskan waktu 35,93 menit per hari.
Di pihak lain, mereka yang selalu memperbarui informasi dengan mengakses situs berita daring setiap hari dalam seminggu rata-rata menghabiskan 36,76 menit per hari.
Lama waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk mengakses media sosial cenderung lebih lama dibandingkan mengakses, menonton, dan membaca informasi dari situs berita daring. Kelompok yang jarang mengakses media sosial dalam sehari cenderung mengakses media sosial 20,83 menit per hari.
Lama waktu lebih panjang untuk kelompok yang lebih sering mengakses media sosial dalam sehari. Mereka menghabiskan waktu rata-rata 41,42 menit per hari. Bahkan, kelompok yang hampir setiap jam mengakses media sosial dalam sehari bisa menghabiskan waktu rata-rata 51,27 menit per hari.
Kondisi ini setidaknya dapat dijelaskan lagi dari variasi yang muncul secara berbeda antara generasi Z, X, Y, dan baby boomers terkait kebiasaan mereka mengakses situs berita daring dan media sosial.
Berita daring
Generasi Y dan Z memiliki kebiasaan mengikuti perkembangan berita harian. Namun, bagaimana mereka mengonsumsi berita ternyata jauh berbeda dengan bagaimana orangtua mereka (generasi sebelumnya) dalam mengonsumsi berita. Saat ini, media daring dan media sosial menjadi pilihan publik yang berpotensi besar menggeser posisi media konvensional sebagai sumber informasi.
Survei Nasional Kompas yang diadakan pada akhir Desember 2020 hingga awal Januari 2021 menunjukkan, generasi Z dan generasi Y/milenial muda (berusia 22 hingga 30 tahun) cenderung lebih banyak mengakses situs berita daring dalam seminggu.
Generasi Z (berusia kurang dari 22 tahun) yang mengakses berita lewat situs berita daring sebanyak sekali hingga dua kali dalam seminggu mencapai 46,9 persen. Sementara yang lebih sering atau sebanyak 3-6 kali dalam seminggu mencapai 23 persen, serta ada 15,9 persen yang setiap hari membuka dan memperbarui informasi lewat situs berita daring.
Kondisi serupa terjadi pada generasi Y/milenial muda (berusia 22-30 tahun) yang juga cenderung lebih banyak mengakses situs berita daring. Setidaknya 43,2 persen dari generasi ini membaca situs berita daring sekali hingga dua kali dalam seminggu.
Sementara itu, yang mengakses situs berita daring sebanyak 3-6 kali dalam seminggu pada kelompok ini mencapai 20,3 persen. Selain itu, ada 16,3 persen yang menjadikan membaca berita dari situs berita daring sebagai kebiasaan setiap hari.
Hal ini berbeda dengan generasi milenial dewasa (berusia 31-40 tahun). Setidaknya 31,9 persen dari kelompok ini tidak pernah membaca berita dari situs berita daring. Namun, ada 43,4 persen yang membaca satu hingga dua kali dalam seminggu.
Sebanyak 11,5 persen membaca situs berita daring sebanyak 3-6 kali dalam seminggu. Sementara 13,2 persen lainnya selalu membaca berita dari situs daring setiap hari dalam seminggu.
Generasi X (berusia 41-52 tahun) cenderung tidak memiliki kebiasaan membaca situs berita daring dengan teratur. Sebanyak 50,3 persen mengaku tidak pernah membaca berita dari situs daring dalam seminggu. Sementara 28,1 persen membaca satu hingga dua kali dalam sehari. Hanya 9,6 persen yang sering atau 3-5 kali dalam seminggu membaca situs berita daring dan 13,2 persen yang senantiasa membaca berita dari situs daring setiap hari.
Lama waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk mengakses media sosial cenderung lebih lama dibandingkan mengakses, menonton, dan membaca informasi dari situs berita daring.
Bahkan, sebagian besar generasi baby boomers (berusia 53-71 tahun) tidak pernah membaca berita dari situs berita daring dalam seminggu. Hanya 13,1 persen yang membaca sekali hingga dua kali dalam seminggu, 4 persen yang membacanya lebih sering (3-6 kali dalam seminggu), dan 7,1 persen yang setia membaca setiap hari.
Namun, generasi Z, Y, dan Z sama-sama memiliki kecenderungan lebih banyak membaca apa saja yang disajikan oleh media. Meski demikian, seperempat dari generasi Z dan Y serta sepersepuluh dari generasi X memiliki kecenderungan mencari sendiri informasi yang dibutuhkan di internet.
Di satu sisi, kondisi ini mendukung percepatan meluasnya informasi. Namun, di sisi lain, semakin mudahnya mendapatkan informasi saat ini menjadikan hoaks semakin mudah tersebar. Terlebih, literasi digital di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah.
Media sosial
Generasi Z (berusia kurang dari 22 tahun) dan generasi Y/milenial muda ataupun milenial dewasa cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dalam mengakses media sosial. Selain portal berita daring, media sosial menjadi salah satu wadah bagi generasi Y dan Z dalam mencari informasi.
Setidaknya 42,9 persen generasi Z mengakses media sosial 2-5 kali dalam sehari. Bahkan, 32,1 persen mengakses media sosialnya setiap jam dalam sehari. Adapun 19,6 persen dari generasi Z mengakses media sosial sekali dalam sehari. Hanya 5,4 persen yang tidak melakukannya minimal sekali dalam sehari.
Kondisi yang sama juga terjadi pada generasi Y/milenial mula. Sebanyak 37 persen mengakses media sosial setidaknya 2-5 kali dalam sehari. Bahkan, 24,7 persen mengakses media sosial setiap jam setiap hari. Sementara yang mengakses sekali dalam sehari mencapai 27,8 persen. Sisanya, yakni 10,6 persen, tidak pernah mengakses media sosial dalam sehari.
Meski masih menunjukkan kecenderungan lebih banyak yang mengakses media sosial dalam sehari pada generasi Y/milenial dewasa, pada kategori ini ada peningkatan persentase yang tidak pernah mengakses media sosial dalam sehari. Setidaknya ada 19,2 persen generasi Y/milenial dewasa (berusia 31-40 tahun) yang tidak pernah mengakses media sosial dalam sehari.
Namun, ada 34,8 persen dari mereka yang mengakses media sosial dalam waktu yang jarang atau sekali dalam sehari. Sementara 30,7 persen mengakses media sosial dengan frekuensi lebih sering, yakni 2-5 kali dalam sehari. Bahkan, ada 15,3 persen yang selalu mengakses media sosial setiap jam dalam sehari.
Kondisi berbeda dengan generasi X (berusia 41-52 tahun) dan baby boomers (berusia 53-71 tahun). Pada dua generasi ini, lebih banyak yang tidak pernah dan jarang mengakses media sosial setiap hari. Pada generasi X, setidaknya ada 46,4 persen yang tidak memiliki kebiasaan mengakses media sosial setiap hari. Adapun yang jarang mengakses mencapai 26,7 persen. Pada generasi baby boomers, mereka yang tidak pernah mengakses media sosial setiap hari mencapai 76,9 persen.
Pilihan media sosial pada setiap generasi menunjukkan variasi yang berbeda sesuai kepercayaan setiap generasi terhadap informasi yang disajikan. Generasi Z mengaku lebih memercayai informasi dari Instagram, Whatsapp, baru kemudian Facebook, Youtube, dan Twitter.
Sementara generasi Y/milenial muda (berusia 22-30 tahun) lebih memercayai informasi dari Facebook, Whatsapp, baru kemudian Instagram, lalu Youtube dan Twitter.
Generasi Y/milenial dewasa (berusia 31-40 tahun) memiliki urutan pilihan media sosial paling dipercaya Facebook, diikuti Whatsapp, lalu Youtube dan kemudian Twitter. Pengguna media sosial pada generasi baby boomers lebih memercayai Whatsapp, kemudian Youtube, diikuti Facebook.
Semakin tingginya pengguna situs berita daring dan media sosial dari generasi Z dan Y menunjukkan semakin ”berkuasanya” generasi tersebut akan dunia digital saat ini.
Generasi ini tidak saja kian dituntut untuk mampu mencari, membuat, dan menciptakan informasi, tetapi juga harus mampu melakukan evaluasi terhadap informasi yang didapatkan. Dengan begitu, generasi ini tidak mudah termakan hoaks atau informasi palsu. (LITBANG KOMPAS)