Perubahan Basis Dukungan Politik Calon Presiden 2024
Di balik bertahannya nama-nama capres yang muncul, hal yang menarik diamati lebih jauh ialah peta dukungan publik. Sebab, terjadi perubahan basis dukungan pada sejumlah tokoh, baik dari basis wilayah maupun parpol.
Oleh
Dedy Afrianto/ LITBANG KOMPAS
·6 menit baca
Pelaksanaan Pemilihan Umum 2024 yang masih cukup lama dan penanganan dampak pandemi Covid-19 tampaknya membuat fokus masyarakat masih tertuju pada nama-nama tokoh nasional yang banyak muncul di pemberitaan media ketika ditanya soal sosok calon presiden. Namun, terjadi perubahan basis dukungan politik yang diraih, menyiratkan mulai menghangatnya riak politik nasional.
Dua setengah tahun setelah Pemilu 2019 berlalu, nama-nama tokoh yang muncul dalam benak publik masih berkutat pada sosok yang sama. Tak ada perubahan berarti dari persepsi masyarakat soal sosok-sosok yang namanya muncul ke permukaan kompetisi politik nasional, terutama pada posisi 10 calon dengan elektabilitas tertinggi. Lima survei nasional Litbang Kompas sejak Oktober 2019 hingga Oktober 2021 merekam kondisi ini.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Tak jauh berbeda dibanding tiga survei sebelumnya, nama Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih berada di peringkat tiga teratas. Prabowo dan Ganjar di posisi teratas dengan elektabilitas yang sama, yakni 13,9 persen. Sebelumnya, setelah Pilpres 2019, tingkat keterpilihan Prabowo selalu di peringkat tertinggi survei capres.
Sementara Anies, yang selalu membayangi elektabilitas Prabowo di survei-survei sebelumnya, untuk pertama kali disalip Ganjar. Elektabilitas Ganjar naik hampir dua kali lipat, enam bulan terakhir, sedangkan elektabilitas Anies cenderung stagnan dalam tiga survei terakhir.
Selain Prabowo, Ganjar, dan Anies, sejumlah tokoh lainnya juga turut membayangi. Elektabilitas tokoh-tokoh itu ada di peringkat berikutnya, dengan rata-rata perolehan berkisar 4 persen sampai 5 persen. Mereka ialah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (5,1 persen), Menteri Sosial Tri Rismaharini (4,9 persen), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (4,6 persen), dan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (4,5 persen).
Di balik bertahannya nama-nama tokoh yang muncul, hal yang menarik untuk diamati lebih jauh ialah peta dukungan publik. Sebab, terjadi perubahan basis dukungan pada sejumlah tokoh, baik dari basis wilayah maupun pendukung partai politik.
Perubahan yang cukup signifikan tampak pada basis pemilih Ganjar. Elektabilitas Ganjar meningkat dari survei April 2021 sebesar 7,3 persen menjadi 13,9 persen saat ini. Kenaikan elektabilitas Ganjar adalah yang tertinggi dibanding tokoh lainnya. Ganjar juga satu-satunya tokoh yang selalu naik elektabilitasnya pada setiap periode survei.
Jika menengok profil pemilih, Ganjar mengalami penguatan basis dukungan pada pemilih di Pulau Jawa. Pada April 2021, sebanyak 80,5 persen pendukungnya adalah pemilih yang berdomisili pada daerah-daerah di Pulau Jawa. Saat ini, basis dukungan Ganjar di Pulau Jawa semakin menguat. Dari seluruh responden yang memilih Ganjar, 86,2 persen adalah pemilih yang berada di Jawa.
Pada satu sisi, penguasaan Ganjar di Pulau Jawa mengindikasikan adanya pertumbuhan basis pemilih di akar rumput yang cukup konsisten. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah faktor, seperti mulai bergeraknya sukarelawan Sahabat Ganjar, hingga polemik politik di internal partai yang justru melambungkan nama Ganjar di ruang publik.
Namun, di sisi lain, Ganjar belum mampu memperluas basis dukungan di luar Pulau Jawa. Penguasaan suara di luar Jawa justru berhasil dilakukan Prabowo yang unggul di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dibandingkan tokoh lainnya.
Di tengah kecenderungan penurunan elektabilitas, Prabowo justru berhasil meraup dukungan yang terdistribusi lebih merata di luar Jawa. Berbeda dengan Ganjar, basis pemilih Prabowo tak hanya terpusat di satu wilayah tertentu. Posisi politik Prabowo sebagai bagian dari Kabinet Indonesia Maju tampaknya turut berpengaruh pada distribusi dukungan politik.
Basis parpol
Selain gugus wilayah, corak basis dukungan juga tampak dari pendukung parpol. Bagi pendukung PDI-P saat ini, baru sebagian kecil pilihan berlabuh pada sosok Ganjar. Sebanyak 26,2 persen responden pemilih PDI-P menyatakan memilih Ganjar sebagai capres. Meski masih kecil, raihan dukungan ini meningkat dibanding pada Januari 2021. Saat itu hanya 14,7 persen pendukung PDI-P yang memilih Ganjar.
Penambahan basis dukungan ini tidak terlepas dari semakin banyaknya pendukung PDI-P yang telah memutuskan pilihan. Jika di awal tahun ini 57,2 persen responden pemilih PDI-P belum menentukan sosok capres pilihan, jumlahnya saat ini semakin menyusut menjadi 28,5 persen.
Ganjar juga meraih basis dukungan yang cukup besar dari pemilih PKB. Sebagian besar responden pemilih PKB (21,3 persen) saat ini memilih Ganjar sebagai capres. Basis dukungan ini juga bertambah dibandingkan dengan pada awal 2021 dengan raihan dukungan dari pemilih PKB 10,9 persen.
Sementara itu, Prabowo masih meraih dukungan utama dari pemilih Gerindra. Sebanyak 42,9 persen responden pemilih Gerindra saat ini memutuskan untuk mendukung Prabowo sebagai capres. Namun, dibandingkan survei pada awal tahun ini, terjadi penurunan dukungan kepada Prabowo dari pemilih Gerindra. Sebelumnya, hampir separuh (49,1 persen) pemilih Gerindra melabuhkan dukungannya kepada Prabowo. Kondisi ini menyiratkan terjadinya peralihan dukungan sebagian pendukung Gerindra kepada tokoh lainnya sebagai capres.
Di tengah penurunan dukungan dari pemilih Gerindra, Prabowo justru meraih penambahan basis dukungan dari pemilih Golkar. Jika pada survei Januari 2021 Prabowo meraih dukungan dari 19,5 persen responden pemilih Golkar, dukungan kepada Prabowo saat ini meningkat menjadi 27,6 persen.
Anies, meskipun berasal dari kalangan nonpartai, meraih dukungan yang cukup besar dari pemilih PKS dan Demokrat. Dukungan bagi Anies dari responden pemilih PKS naik dari 29,7 persen pada Januari 2021 menjadi 32,9 persen saat ini. Anies kini juga jadi pilihan utama dari pemilih Demokrat (21,5 persen) dibandingkan tokoh lainnya.
Terjadinya perubahan basis pemilih menjadi tantangan tersendiri, baik bagi tokoh politik yang akan berlaga dalam suksesi kepemimpinan nasional maupun bagi pemerintah. Bagi tokoh politik, tantangan kian terlihat karena semakin banyak masyarakat yang mulai melirik dan menentukan pilihan sejak saat ini. Kondisi ini tergambar dari semakin kecilnya jumlah responden yang menyatakan belum menentukan pilihan pada setiap periode survei sejak Agustus 2020.
Panggung politik
Pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak 2024 juga menimbulkan konsekuensi politik bagi kepala daerah, terutama Anies, Ganjar, dan Ridwan Kamil, yang masa jabatannya akan habis sebelum tahun 2024. Padahal, panggung politik dibutuhkan oleh setiap tokoh untuk bersaing meraih dukungan publik dalam hajatan politik nasional.
Sementara dari sisi pemerintah, menjaga stabilitas dalam menjalankan roda pemerintahan juga menjadi tantangan yang tidak mudah. Pasalnya, sebagian sosok yang menjadi pilihan utama publik adalah tokoh yang menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan. Bahkan, tokoh yang tak masuk dalam peringkat elektabilitas tertinggi pun tampak telah mulai bergerak menjaring dukungan.
Kondisi ini tentu menjadi catatan khusus menjelang memasuki gerbang tahun politik, apalagi belum ada calon yang benar-benar mendominasi serta masih cukup banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan (37,2 persen). Artinya, semua calon masih mempunyai potensi bersaing. Tentu dengan catatan stabilitas dan kinerja pemerintahan tetap perlu dijaga di tengah denyut politik yang kian terasa.